Berkat PLN, Perekonomian Desa Bangkit dan Kian Menggeliat
loading...
A
A
A
PEKANBARU - Tangan lembut Yuliana begitu cekatan merajut dan merangkai benang hingga membentuk beragam kerajinan bernilai ekonimis tinggi di Rumah Kreatif Kampung Patin.
Jari jemari ibu berusia 28 tahun itu begitu lincah, dipadu sepasang mata awas mengaitkan simpul demi simpul benang demi hasil yang memuaskan pelanggan.
Sesekali, dia mengelus rambut putrinya yang masih berusia 10 tahun yang duduk manis di sampingnya. Rutinitas itulah yang dilakukan Yuliana demi meningkatkan ekonomi rumah tangga.
Kepiawaian Yuliana itu didapat berkat binaan dari PT PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau dalam wadah Rumah Kreatif Kampung Patin. Bukan hanya Yuliana, banyak wanita-wanita di Desa Koto Mesjid belakangan ini mengeluti kerajinan tangan rajut bernilai ekonomi tinggi.
Sebelum mahir merajut, mereka terlebih dahulu dilatih di Rumah Kreatif Kampung Patin yang berlokasi di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau binaan dari PT PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau.
Sejumlah kerajinan rajutan yang dihasilkan para srikandi di desa yang lokasinya cukup terpencil itu antara lain adalah tas, masker, sepatu, alas gelas, topi gantungan kunci dan lainnya. Untuk mengerjakan, para perempuan di desa ini bisa menyambi.
"Kalau saya merajut dari nol. Saya belajar di rumah kreatif binaan PLN ini dari tahun 2019. Sekarang saya sudah bisa sendiri. Saya kebanyakan mengerjakan rajutan itu di rumah. Setelah pekerjaan di rumah selesai, saya merajut sambil mengasuh anak. Di rumah kreatif juga saya merajut sekaligus bersilahturahmi dengan teman teman," kata ibu tiga anak ini.
Dari usaha merajut ini, wanita berkulit sawo matang ini mengaku sangat terbantu. Dalam satu pekan, dia bisa menghasilkan uang Rp 200 ribu. Uang itu bisa membantu biaya sekolah dan kebutuhan rumah tangga.
"Suami saya bekerja serabutan, giling cabai, berdagang apa saja. Jadi, dengan saya punya kesibukan merajut, sangat membantu ekonomi keluarga. Pekerjaan ini tidak merepotkan. Kita bisa merajut di selah kesibukan mengurus rumah," tutur wanita berhijab ini dengan senyum lebar.
Dwi salah satu mahasiswi di Universitas Islam Negeri (UIN) Suska di Pekanbaru terlihat memasuki Rumah Kreatif Kampung Patin. Setelah menyapa para wanita yang lebih senior darinya, mahasiswi semester 5 itu bergegas mengambil jarum dan benang rajut. Wanita berparas cantik ini, mulai merajut. Bagi wanita di Rumah Kreatif Kampung Patin, Dwi terkenal ahli merajut gantungan kunci (suvernir).
"Kalau membuat gantungan kunci saya bisa buat lima buah satu hari. Saya baru empat bulan di sini, jadi perlu banyak belajar sama ibu-ibu di Rumah Kreatif Kampung Patin ini. Usai belajar daring, saya kemari belajar. Dari pada main kesana kemari tidak jelas, saya memilih belajar merajut bisa dapat uang. Lumayan satu minggu dapat uang Rp 150 ribu. Uangnya bisa bantu keluarga dan jajan adik," ucap anak kedua, dari lima bersaudara ini.
Hasil kerajinan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) itu sendiri dipasarkan di sejumlah wilayah seperti Sumatera dan Jawa. Untuk di Riau, mereka memasarkannya di Wisata Puncak Kompe yang lokasinya sekitar 10 menit perjalanan dari desa mereka. Harga kerajinan rajut mereka jual dari harga Rp 15 ribu hingga Rp 450 ribu per satuan, tergangtung dari tingkat kesulitan kerajinan tersebut.
Selain kerajinan merajut, di Rumah Kreatif Kampung Patin yang berukuran 6 x 9 meter ini, juga ada kerajinan membuat kelapa jelly. Usaha kecil yang juga binaan PLN ini juga sangat bermanfaat untuk membantu ekonomi Desa Koto Mesjid. Usaha menjual kelapa jelly Rumah Kreatif Kampung Patin membawa berefek domino terhadap ekonomi. Rumah Kreatif Kampung Patin membeli kelapa muda milik warga.
"Kalau kami yang membuat kelapa jelly ada enam orang. Kalau yang wanita ini tugasnya memasak air kelapa dengan jelly. Kalau kaum pria ini tugasnya mencari kelapa mudanya dan mengupasnya. Kami beli kelapa warga itu hargnya Rp 5 ribu per buah. Sementara kelapa jelly yang sudah kami olah itu kita jual Rp 20 ribu per buah. Pelanggan sangat suka dengan buatan kami. Kita beri nama kelapa jelly ini dengan Dekla," ucap Rina Hartati.
Hasil dari usaha kecil ini juga sangat menjanjikan. Per bulannya mereka bisa membuat 800 buah kelapa jelly. Rumah Kreatif Kampung Patin memasarkan produk kelapa jelly ini di Pekanbaru dan Wisata Kompe.
"Dengan usaha ini saya bisa menguliahkan anak. Hasil dari jualan Dekla ini sangat membantu ekonomi rumah tangga. Warga desa kami juga senang kelapa mereka kita beli. Bahkan kita sering kehabisan kelapa jenis gading. Karena memang tidak sembarangan kelapa bisa dibuat kelapa jelly. Setiap bulannya kita bisa menjual 800 buah," timpal, Refni Juita pengerajin kelapa Jelly.
Sementara, Dony Maryandi, Ketua Rumah Kreatif Kampung Patin mengatakan, pada awal tahun 2018 di Desa Koto Mesjid terdapat beberapa usaha kreatif masyarakat dalam memanfaatkan barang bekas, bambu dan tempurung untuk dijadikan kerajinan.
Usaha tersebut di antaranya adalah, kerajinan dari barang bekas paralon, pengolahan bambu dan tempurung, penempahan besi menjadi pisau parang khas dan kerajinan tangan rajutan dari benang rajut.
"Semua usaha itu awalnya dilakoni secara mandiri oleh masing-masing warga sehingga menyebabkan usaha yang dilakukan sulit untuk berkembang. Kemudian digagaslah suatu wadah untuk menyatukan usaha kreatif itu. Pihak PLN yang membiayai usaha di Rumah Kreatif Kampung Patin, baik dari dana, pembinaan, alat kerajinan rajut pendingin kelapa jelly dan lainnya. Perekonomian di desa kami sangat terbantu," ucapnya.
Akibat kreativitas warga Desa Koto Mesjid, membuat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno berkunjung ke desa itu pada 12 September 2021. Sandiaga Uno mengatakan bahwa Desa Mesjid sebagai 50 desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Desa Masjid meraih juara II sebagai desa wisata terbaik II tahun 2021 untuk kategori suvenir.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Hartono menyampaikan bahwa keberadaan rumah kreatif mendorong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dinilai memiliki potensi besar sebagai penggerak kebangkitan ekonomi masyarakat desa, terlebih pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.
Hal ini juga sejalan dengan salah satu tujuan pembangungan berkelanjutan. PLN selalu siap membantu perekonian masyarakat. "Bantuan ini merupakan bentuk dukungan kami dalam menumbuhkan potensi masyarakat desa, mendorong terciptanya lapangan kerja serta sumber ekonomi baru dengan adanya pemasaran dan produk Rumah Kreatif di Kampung Patin. Semoga bantuan PLN Peduli ini dapat menjadi peluang dan semangat baru bagi masyarakat desa di wilayah Kabupaten Kampar untuk terus mengembangkan usaha dan potensi yang dimiliki," tandasnya, Rabu (15/12/2021).
Jari jemari ibu berusia 28 tahun itu begitu lincah, dipadu sepasang mata awas mengaitkan simpul demi simpul benang demi hasil yang memuaskan pelanggan.
Sesekali, dia mengelus rambut putrinya yang masih berusia 10 tahun yang duduk manis di sampingnya. Rutinitas itulah yang dilakukan Yuliana demi meningkatkan ekonomi rumah tangga.
Kepiawaian Yuliana itu didapat berkat binaan dari PT PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau dalam wadah Rumah Kreatif Kampung Patin. Bukan hanya Yuliana, banyak wanita-wanita di Desa Koto Mesjid belakangan ini mengeluti kerajinan tangan rajut bernilai ekonomi tinggi.
Sebelum mahir merajut, mereka terlebih dahulu dilatih di Rumah Kreatif Kampung Patin yang berlokasi di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau binaan dari PT PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau.
Sejumlah kerajinan rajutan yang dihasilkan para srikandi di desa yang lokasinya cukup terpencil itu antara lain adalah tas, masker, sepatu, alas gelas, topi gantungan kunci dan lainnya. Untuk mengerjakan, para perempuan di desa ini bisa menyambi.
"Kalau saya merajut dari nol. Saya belajar di rumah kreatif binaan PLN ini dari tahun 2019. Sekarang saya sudah bisa sendiri. Saya kebanyakan mengerjakan rajutan itu di rumah. Setelah pekerjaan di rumah selesai, saya merajut sambil mengasuh anak. Di rumah kreatif juga saya merajut sekaligus bersilahturahmi dengan teman teman," kata ibu tiga anak ini.
Dari usaha merajut ini, wanita berkulit sawo matang ini mengaku sangat terbantu. Dalam satu pekan, dia bisa menghasilkan uang Rp 200 ribu. Uang itu bisa membantu biaya sekolah dan kebutuhan rumah tangga.
"Suami saya bekerja serabutan, giling cabai, berdagang apa saja. Jadi, dengan saya punya kesibukan merajut, sangat membantu ekonomi keluarga. Pekerjaan ini tidak merepotkan. Kita bisa merajut di selah kesibukan mengurus rumah," tutur wanita berhijab ini dengan senyum lebar.
Dwi salah satu mahasiswi di Universitas Islam Negeri (UIN) Suska di Pekanbaru terlihat memasuki Rumah Kreatif Kampung Patin. Setelah menyapa para wanita yang lebih senior darinya, mahasiswi semester 5 itu bergegas mengambil jarum dan benang rajut. Wanita berparas cantik ini, mulai merajut. Bagi wanita di Rumah Kreatif Kampung Patin, Dwi terkenal ahli merajut gantungan kunci (suvernir).
"Kalau membuat gantungan kunci saya bisa buat lima buah satu hari. Saya baru empat bulan di sini, jadi perlu banyak belajar sama ibu-ibu di Rumah Kreatif Kampung Patin ini. Usai belajar daring, saya kemari belajar. Dari pada main kesana kemari tidak jelas, saya memilih belajar merajut bisa dapat uang. Lumayan satu minggu dapat uang Rp 150 ribu. Uangnya bisa bantu keluarga dan jajan adik," ucap anak kedua, dari lima bersaudara ini.
Hasil kerajinan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) itu sendiri dipasarkan di sejumlah wilayah seperti Sumatera dan Jawa. Untuk di Riau, mereka memasarkannya di Wisata Puncak Kompe yang lokasinya sekitar 10 menit perjalanan dari desa mereka. Harga kerajinan rajut mereka jual dari harga Rp 15 ribu hingga Rp 450 ribu per satuan, tergangtung dari tingkat kesulitan kerajinan tersebut.
Selain kerajinan merajut, di Rumah Kreatif Kampung Patin yang berukuran 6 x 9 meter ini, juga ada kerajinan membuat kelapa jelly. Usaha kecil yang juga binaan PLN ini juga sangat bermanfaat untuk membantu ekonomi Desa Koto Mesjid. Usaha menjual kelapa jelly Rumah Kreatif Kampung Patin membawa berefek domino terhadap ekonomi. Rumah Kreatif Kampung Patin membeli kelapa muda milik warga.
"Kalau kami yang membuat kelapa jelly ada enam orang. Kalau yang wanita ini tugasnya memasak air kelapa dengan jelly. Kalau kaum pria ini tugasnya mencari kelapa mudanya dan mengupasnya. Kami beli kelapa warga itu hargnya Rp 5 ribu per buah. Sementara kelapa jelly yang sudah kami olah itu kita jual Rp 20 ribu per buah. Pelanggan sangat suka dengan buatan kami. Kita beri nama kelapa jelly ini dengan Dekla," ucap Rina Hartati.
Hasil dari usaha kecil ini juga sangat menjanjikan. Per bulannya mereka bisa membuat 800 buah kelapa jelly. Rumah Kreatif Kampung Patin memasarkan produk kelapa jelly ini di Pekanbaru dan Wisata Kompe.
"Dengan usaha ini saya bisa menguliahkan anak. Hasil dari jualan Dekla ini sangat membantu ekonomi rumah tangga. Warga desa kami juga senang kelapa mereka kita beli. Bahkan kita sering kehabisan kelapa jenis gading. Karena memang tidak sembarangan kelapa bisa dibuat kelapa jelly. Setiap bulannya kita bisa menjual 800 buah," timpal, Refni Juita pengerajin kelapa Jelly.
Sementara, Dony Maryandi, Ketua Rumah Kreatif Kampung Patin mengatakan, pada awal tahun 2018 di Desa Koto Mesjid terdapat beberapa usaha kreatif masyarakat dalam memanfaatkan barang bekas, bambu dan tempurung untuk dijadikan kerajinan.
Usaha tersebut di antaranya adalah, kerajinan dari barang bekas paralon, pengolahan bambu dan tempurung, penempahan besi menjadi pisau parang khas dan kerajinan tangan rajutan dari benang rajut.
"Semua usaha itu awalnya dilakoni secara mandiri oleh masing-masing warga sehingga menyebabkan usaha yang dilakukan sulit untuk berkembang. Kemudian digagaslah suatu wadah untuk menyatukan usaha kreatif itu. Pihak PLN yang membiayai usaha di Rumah Kreatif Kampung Patin, baik dari dana, pembinaan, alat kerajinan rajut pendingin kelapa jelly dan lainnya. Perekonomian di desa kami sangat terbantu," ucapnya.
Akibat kreativitas warga Desa Koto Mesjid, membuat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno berkunjung ke desa itu pada 12 September 2021. Sandiaga Uno mengatakan bahwa Desa Mesjid sebagai 50 desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Desa Masjid meraih juara II sebagai desa wisata terbaik II tahun 2021 untuk kategori suvenir.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Hartono menyampaikan bahwa keberadaan rumah kreatif mendorong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dinilai memiliki potensi besar sebagai penggerak kebangkitan ekonomi masyarakat desa, terlebih pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.
Hal ini juga sejalan dengan salah satu tujuan pembangungan berkelanjutan. PLN selalu siap membantu perekonian masyarakat. "Bantuan ini merupakan bentuk dukungan kami dalam menumbuhkan potensi masyarakat desa, mendorong terciptanya lapangan kerja serta sumber ekonomi baru dengan adanya pemasaran dan produk Rumah Kreatif di Kampung Patin. Semoga bantuan PLN Peduli ini dapat menjadi peluang dan semangat baru bagi masyarakat desa di wilayah Kabupaten Kampar untuk terus mengembangkan usaha dan potensi yang dimiliki," tandasnya, Rabu (15/12/2021).
(nic)