Kisah Kesaktian Prabu Siliwangi Mengalahkan Macan Putih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para raja selalu diyakini sebagai sosok titisan dewa. Karena itu, kerap kesaktian yang mereka miliki diyakini juga sebagai pemberian atau anugerah dewa. Demikian pun kesaktian yang dimiliki Prabu Siliwang i. Bahkan dengan kesaktian yang dimilikinya tersebut, Prabu Siliwangi bisa mengalahkan Maung Putih, harimau yang menjadi 'panglima' dari kawanan harimau.
Kisah Prabu Siliwangi yang juga dikenal bijaksana itu beredar luas di kalangan masyarakat di tataran Tanah Pasundan. Para seniman bahkan mengabadikan kisah heroik Ayah Pangeran Kian Santang itu dalam lukisan berupa seekor macan putih yang selalu berada di sekitar Prabu Siliwangi.
Cerita rakyat mengungkapkan bagaiman Prabu Siliwangi menaklukkan Maung Bodas dan kemudian menjadi khodam (pasukan jin) yang selalu mendampingi sang ksatria ke mana saja dia pergi.
Kisahnya bermula ketika Prabu Siliwangi suatu waktu dalam pengembaraannya hendak ke Curug Sawer, Majalengka untuk melepas lelah. Dalam perjalanannya itu, tiba-tiba dia dikepung segerombolan kawanan macan putih. Sang Prabu hendak diterkam.
Namun, berkat kesaktian yang dimilikinya, dia tidak terluka sama sekali. Sebaliknya, justru kawanan macan putih itu yang tersungkur. Melihat banyak anak buah terkulai, panglima kawanan macan putih atau Maung Bodas maju melawan sang Prabu Siliwangi. Maka terjadilah pertempuran sengit antara keduanya.
Namun, kesaktian Prabu Siliwangi tak luntur. Dia berhasil mengalahkan sang raja gaib macan putih. Sebagai pihak yang kalah, sejak saat itulah Maung Bodas dan seluruh pasukan jin yang menjadi pengikutnya bertekuk lutut dan siap mendampingi Prabu Siliwangi ke mama saja dia pergi. Bahkan, konon, seluruh pasukannya berjanji akan membantu Prabu Siliwangi selaku penguasa Tanah Pasundan.
Lain cerita rakyat (mitos/epos) lain pula tafsiran ilmuwan asal negeri Belanda. Scipio, seorang peneliti Belanda pernah membuat sebuah laporan hasil penelitian yang ditujukan kepada Gubernur Jenderal VOC, Joanes Camphuijs. Scipio melaporkan hasil penelitiannya mengenai jejak sejarah istanah Kerajaan Pajajaran di kawasan Pakuan, yang sekarang dikenal daerah Batutulis Bogor.
Dalam laporan yang ditulis pada 23 Desember 1687 itu, Scipio menyampaikan, “dat hetselve paleijs en specialijck de verheven zitplaets van den getal tijgers bewaakt ent bewaart wort”. Kalau diterjemahkan begini; Bahwa istana tersebut terutama sekali tempat duduk yang ditinggikan untuk Raja 'Jawa' Pajajaran, masih berkabut dan dijaga serta dirawat oleh sejumlah besar harimau.
Hasil ekspedisi Scipio itu mengindikasikan bahwa kawasan Pakuan yang ratusan tahun sebelumnya merupakan pusat kerajaan Pajajaran telah berubah menjadi sarang harimau.
Menurut Scipio fakta bahwa tempat itu menjadi sarang harimau menimbulkan mitos-mitos bernuansa mistis di kalangan penduduk sekitar Pakuan mengenai hubungan antara keberadaan harimau dan hilangnya Kerajaan Pajajaran.
Kisah Prabu Siliwangi yang juga dikenal bijaksana itu beredar luas di kalangan masyarakat di tataran Tanah Pasundan. Para seniman bahkan mengabadikan kisah heroik Ayah Pangeran Kian Santang itu dalam lukisan berupa seekor macan putih yang selalu berada di sekitar Prabu Siliwangi.
Cerita rakyat mengungkapkan bagaiman Prabu Siliwangi menaklukkan Maung Bodas dan kemudian menjadi khodam (pasukan jin) yang selalu mendampingi sang ksatria ke mana saja dia pergi.
Kisahnya bermula ketika Prabu Siliwangi suatu waktu dalam pengembaraannya hendak ke Curug Sawer, Majalengka untuk melepas lelah. Dalam perjalanannya itu, tiba-tiba dia dikepung segerombolan kawanan macan putih. Sang Prabu hendak diterkam.
Namun, berkat kesaktian yang dimilikinya, dia tidak terluka sama sekali. Sebaliknya, justru kawanan macan putih itu yang tersungkur. Melihat banyak anak buah terkulai, panglima kawanan macan putih atau Maung Bodas maju melawan sang Prabu Siliwangi. Maka terjadilah pertempuran sengit antara keduanya.
Namun, kesaktian Prabu Siliwangi tak luntur. Dia berhasil mengalahkan sang raja gaib macan putih. Sebagai pihak yang kalah, sejak saat itulah Maung Bodas dan seluruh pasukan jin yang menjadi pengikutnya bertekuk lutut dan siap mendampingi Prabu Siliwangi ke mama saja dia pergi. Bahkan, konon, seluruh pasukannya berjanji akan membantu Prabu Siliwangi selaku penguasa Tanah Pasundan.
Lain cerita rakyat (mitos/epos) lain pula tafsiran ilmuwan asal negeri Belanda. Scipio, seorang peneliti Belanda pernah membuat sebuah laporan hasil penelitian yang ditujukan kepada Gubernur Jenderal VOC, Joanes Camphuijs. Scipio melaporkan hasil penelitiannya mengenai jejak sejarah istanah Kerajaan Pajajaran di kawasan Pakuan, yang sekarang dikenal daerah Batutulis Bogor.
Dalam laporan yang ditulis pada 23 Desember 1687 itu, Scipio menyampaikan, “dat hetselve paleijs en specialijck de verheven zitplaets van den getal tijgers bewaakt ent bewaart wort”. Kalau diterjemahkan begini; Bahwa istana tersebut terutama sekali tempat duduk yang ditinggikan untuk Raja 'Jawa' Pajajaran, masih berkabut dan dijaga serta dirawat oleh sejumlah besar harimau.
Hasil ekspedisi Scipio itu mengindikasikan bahwa kawasan Pakuan yang ratusan tahun sebelumnya merupakan pusat kerajaan Pajajaran telah berubah menjadi sarang harimau.
Menurut Scipio fakta bahwa tempat itu menjadi sarang harimau menimbulkan mitos-mitos bernuansa mistis di kalangan penduduk sekitar Pakuan mengenai hubungan antara keberadaan harimau dan hilangnya Kerajaan Pajajaran.