Monumen Sejarah Masuknya Islam di Sulsel Butuh Perhatian Pemerintah
loading...
A
A
A
LUWU - Monumen Pendaratan Islam Lapondoso di Kabupaten Luw u dinilai butuh perhatian pemerintah setempat karena kondisinya memprihatinkan dan terancam roboh. Padahal, Monumen Lapandoso adalah situs bersejarah sekaligus simbol religi masuknya Islam di Sulsel.
Berdasarkan pantauan, kondisi Monumen Lapandoso kini terancam rubuh. Tiang penyangga terlihat sudah retak atau terbelah. Untuk menjaga tiang ini agar tidak patah, masyarakat setempat terpaksa mengikat tiangnya dengan kawat.
Bukan hanya itu, akses jalan menuju bangunan bersejarah tersebut tidak aman dilalui. Jembatannya sudah rusak dan roboh sehingga butuh kehatian-hatian ekstra ketika melintas.
Salah seorang tokoh pemuda di Kecamatan Bua, Sarwan, mendorong Dinas Pariwisata Luwu untuk memperhatikan objek wisata dan budaya Lapandoso.
"Ini bukan hanya aset orang Bua, tapi aset Pemkab Luwu bahkan aset Pemprov Sulsel. Lapandoso dan Assallange memiliki nilai sejarah tinggi, Tugu Lapandoso ada tonggak sejarah yang menandai pertama kalinya masuknya dan diterimanya Islam di Sulawesi Selatan ," ujarnya.
Dirinya menjelaskan, kondisi Tugu Lapandosi sangat memprihatinkan. Jika Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan bisa mengelola situs sejarah ini dengan baik. "Saya rasa akan menjadi salah satu idola di Sulsel bahkan nasional dan tentunya bisa menjadi penyumbang PAD bagi Kabupaten Luwu," sambung Sarwan.
Menurut dia, Monumen Lapandoso dan Assallange memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata religi. Selain karena nilai sejarahnya yang tinggi, letaknya juga strategis. Hanya beberapa kilometer dari Bandara Bua maupun dari jalan poros nasional hanya 2 kilometer saja.
Tokoh pemuda lainnya di Kecamatan Bua , Hidayat Ibrahim, menyampaikan pendapat serupa. Ia juga menyayangkan Pemerintah Desa Pabbaresseng dan Kecamatan Bua yang kurang memperhatikan situs bersejarah tersebut.
"Setiap tahun masyarakat usulkan di Musrenbang, baik desa maupun kecamatan agar Tugu Lapandoso dan Assallange ini diperhatikan, kucurkan anggaran untuk mempercantik hingga bisa menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten Luwu," ujarnya.
Sayangnya, kata dia, justru Monumen Lapandoso saat ini hampir rubuh. Hal itu berarti pemerintah setempat tidak peduli dengan peninggalan sejarah di Bua.
Berdasarkan pantauan, kondisi Monumen Lapandoso kini terancam rubuh. Tiang penyangga terlihat sudah retak atau terbelah. Untuk menjaga tiang ini agar tidak patah, masyarakat setempat terpaksa mengikat tiangnya dengan kawat.
Bukan hanya itu, akses jalan menuju bangunan bersejarah tersebut tidak aman dilalui. Jembatannya sudah rusak dan roboh sehingga butuh kehatian-hatian ekstra ketika melintas.
Salah seorang tokoh pemuda di Kecamatan Bua, Sarwan, mendorong Dinas Pariwisata Luwu untuk memperhatikan objek wisata dan budaya Lapandoso.
"Ini bukan hanya aset orang Bua, tapi aset Pemkab Luwu bahkan aset Pemprov Sulsel. Lapandoso dan Assallange memiliki nilai sejarah tinggi, Tugu Lapandoso ada tonggak sejarah yang menandai pertama kalinya masuknya dan diterimanya Islam di Sulawesi Selatan ," ujarnya.
Dirinya menjelaskan, kondisi Tugu Lapandosi sangat memprihatinkan. Jika Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan bisa mengelola situs sejarah ini dengan baik. "Saya rasa akan menjadi salah satu idola di Sulsel bahkan nasional dan tentunya bisa menjadi penyumbang PAD bagi Kabupaten Luwu," sambung Sarwan.
Menurut dia, Monumen Lapandoso dan Assallange memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata religi. Selain karena nilai sejarahnya yang tinggi, letaknya juga strategis. Hanya beberapa kilometer dari Bandara Bua maupun dari jalan poros nasional hanya 2 kilometer saja.
Tokoh pemuda lainnya di Kecamatan Bua , Hidayat Ibrahim, menyampaikan pendapat serupa. Ia juga menyayangkan Pemerintah Desa Pabbaresseng dan Kecamatan Bua yang kurang memperhatikan situs bersejarah tersebut.
"Setiap tahun masyarakat usulkan di Musrenbang, baik desa maupun kecamatan agar Tugu Lapandoso dan Assallange ini diperhatikan, kucurkan anggaran untuk mempercantik hingga bisa menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten Luwu," ujarnya.
Sayangnya, kata dia, justru Monumen Lapandoso saat ini hampir rubuh. Hal itu berarti pemerintah setempat tidak peduli dengan peninggalan sejarah di Bua.
(agn)