Industri Hulu Migas di Natuna Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi dan Wisata
loading...
A
A
A
NATUNA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terus meningkatan peran industri nasional dan lokal pada seluruh pelaksanaan industri hulu migas.
Upaya ini dilakukan, demi terciptanya efek lingkup berganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional dan daerah. Salah satunya dengan mengimplementasikan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), dan mensosialisasikan pengembangan kapasitas nasional industri migas untuk mencapai target produksi minyak satu juta barel per hari, dan 12 miliar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030.
Bahkan, di tengah pandemi COVID-19, Industri hulu migas masih menjadi sektor vital dalam menggerakan perputaran roda perekonomian nasional maupun daerah. Kehadiran industri hulu migas tak hanya memberikan dampak positif pada pendapatan pemerintah daerah melalui Dana Bagi Hasil (DBH) migas, tapi juga masyarakat melalui dampak tak langsung atas beroperasinya suatu wilayah kerja migas.
Roda perekonomian industri hulu migas telah dibantu oleh industri komoditas utama penunjang migas dengan tingkat capaian TKDN sebesar 57%. Di dalam industri penunjang migas tersebut terdapat usaha-usaha kecil dan menengah (UKM) yang telah ikut berkontribusi memajukan perekonomian, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Pada 2020, kontribusi hulu migas ke penerimaan negara mencapai Rp122 triliun atau 144 persen dari target APBN-P 2020. Hingga Agustus 2021, penerimaan negara dari sektor hulu migas sudah mencapai Rp125 triliun atau 125 persen dari target APBN 2021.
Sementara realisasi investasi hingga 31 Agustus 2021 telah mencapai 6,1 miliar dollar AS, atau 49,27%. Angka tersebut meningkat sekitar 23,98 persen dari semester I 2021 yang mencapai 4,92 miliar dollar AS.
Terkait TKDN, pemerintah telah menetapkan tingkat capaian pada hulu migas sebesar 57 %. Dengan nilai pengadaan hulu migas yang mencapai 6,051 miliar dollar AS pada tahun ini, maka ada sekitar 3,448 miliar dollar AS alokasi untuk TKDN yang akan mendukung industri nasional.
Untuk mencapai target TKDN, SKK Migas bersama para stakeholder membuat Vendor Development Program. Hal tersebut sebagai upaya untuk memberdayakan perusahaan dalam negeri untuk berkembang dan dapat digunakan oleh KKKS.
Program tersebut diharapkan bisa meningkatkan kemampuan penyedia barang/jasa yang dibutuhkan hulu migas. Melalui Vendor Development Program, perusahaan-perusahaan lokal bisa mendapatkan pengetahuan dari berbagai perusahaan mancanegara untuk dapat memenuhi kebutuhan industri hulu migas sesuai dengan kriteria pemerintah.
Tujuan program tersebut untuk membina dan meningkatkan potensi perusahaan kecil lokal melalui program kemitraan, pembukaan lapangan kerja, dan akses bisnis. Selain itu untuk pengembangan industri penunjang migas yang di dalamnya terdapat usaha kecil dan usaha menengah.
Produksi Migas di Perairan Natuna
Produksi minyak di perairan Natuna hingga 15 September 2021 tercatat sebesar 17.449 barel per hari dan produksi gas sebesar 394 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Produksi tersebut berasal dari tiga KKKS atau produsen migas di lepas pantai (offshore) Natuna, antara lain Medco E&P Natuna, Premier Oil, dan Star Energy.
Target lifting minyak Medco E&P Natuna pada 2021 ini sebesar 10.500 bph. Realisasi lifting minyak hingga 30 Juni 2021 rata-rata sebesar 15.104 bph. Untuk lifting gas tahun ini ditargetkan sebesar 120 MMSCFD dan realisasi hingga akhir Juni 2021 tercatat rata-rata sebesar 135 MMSCFD. Sementara lifting gas Premier Oil Indonesia pada tahun ini ditargetkan sebesar 180 MMSCFD dan realisasi lifting hingga kuartal II 2021 rata-rata sebesar 209 MMSCFD.
Adapun target lifting minyak nasional pada tahun ini sebesar 705 ribu bph dan gas 5.638 MMSCFD. Ini artinya, lifting minyak di perairan Natuna baru sekitar 2,5% dan lifting gas 6,9% dari target lifting migas nasional.
Menurut data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2020, DBH Minyak Bumi Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp59 miliar. Angka ini turun jika dibandingkan tahun 2019 yang mendapatkan Rp125 miliar. Sedangkan tahun 2020 Kabupaten Natuna mendapatkan Rp73 miliar. Turun jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang mendapatkan Rp168 miliar.
Sementara untuk DBH Gas Bumi pada tahun 2020, Provinsi Kepri mendapatkan Rp195 miliar. Angka tersebut turun jika dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp487 miliar. Sedangkan tahun 2020, Kabupaten Natuna mendapatkan Rp64 miliar. Angka tersebut turun jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp346 miliar.
Kelola Geopark Nasional di Natuna, Tingkatkan Perekonomian dan Lahirkan Wisata Terindah di Indonesia
SKK Migas bersama KKKS melalui Medco E&P Natuna dan Premier Oil Indonesia memberikan bantuan melalui Program Pengembangan Masyarakat. Program yang dilaksanakan oleh SKK Migas bersama KKKS di Kabupaten Natuna berdasarkan usulan-usulan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Natuna.
Kemudian usulan tersebut dievaluasi oleh internal SKK Migas bersama KKKS yang meliputi evaluasi anggaran, serta skala prioritas dari program tersebut. Dalam pelaksanaannya, KKKS menerapkan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Nantinya program atau fasilitas yang sudah dibangun akan diserahkan pengelolaannya kepada pemerintah daerah, maupun stakeholder yang berwenang menerima agar dapat dimanfaatkan sesuai peruntukannya. Hal ini sebagai bentuk koordinasi dan kolaborasi antara SKK Migas bersama KKKS dengan Pemkab Natuna dan stakeholder.
Efek industri hulu migas dalam memberikan dampak pada Kabupaten Natuna terlihat dari berbagai dukungan terhadap sektor pariwisata di kawasan Geopark Nasional Natuna. Untuk mendukung Geopark Nasional ini, SKK Migas bersama KKKS Medco E&P Natuna dan Premier Oil Natuna Sea BV selalu aktif melaksanakan berbagai Program Pembangunan Masyarakat (PPM) melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).
Di antaranya membangun arena bermain di lokasi Pantai Piwang, Ranai. Kemudian membangun gerbang, kamar bilas, toilet, gazebo, dan menara air di Pantai Batu Kasah. Selain itu ada pembangunan pelantar pelabuhan di Pulau Laut serta membangun taman bacaan di Batubi dan gazebo Bukit Gundul di Kecamatan Bunguran Timur Laut.
Kepala Bagian Perekonomian dan SDA Kabupaten Natuna mengatakan dampak dari PPM melalui CSR ini sangat terasa bagi Kabupaten Natuna. Pasalnya di Pantai Piwang, masyarakat bisa bermain dan berolahraga. Sedangkan di Pantai Batu Kasah bisa meningkatkan perekonomian.
"Efeknya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk olahraga dan tempat bermain anak-anak di Pantai Piwang. Kalau perekonomian di sekitar Pantai Batu Kasah juga ikut meningkat," ujar Kepala Bagian Perekonomian dan SDA Kabupaten Natuna, Khaidir.
Gerbang yang dibangun pada Pantai Batu Kasah diharapkan bisa menarik wisatawan untuk berkunjung. Pemerintah Kabupaten Natuna berharap agar program yang dilaksanakan oleh SKK Migas bersama KKKS di Kabupaten Natuna bisa terus terlaksana. "Kita berharap SKK Migas memberikan bantuan untuk memajukan pariwisata di Natuna. Anggaran daerah kan kurang, jadi kita berharap dari CSR," harapnya.
Ketua BUMDes Indah Jaya, Salamun mengatakan, ada perubahan setelah dilaksanakan program SKK Migas bersama KKKS. Meski sedang pandemi COVID-19, wisatawan masih berlibur namun tetap menjalankan protokol kesehatan.
Sebelum adanya program tersebut, wisatawan yang berkunjung tidak terlalu ramai. Hal tersebut tidak menggerakkan perekonomian masyarakat setempat. "Dulu sepi. Tak terlalu ramai. Tapi kalau ramai, toilet dan tempat bilas jadi antri," ucap Salamun.
Tahun 2020, SKK Migas bersama KKKS membangun pintu gerbang, empat toilet, empat kamar bilas, tower air dan tong penampungan. Diharapkan rencana pembuatan lahan parkir yang sudah diwacanakan akan segera terealisasi.
Pada pandemi COVID-19, Pantai Batu Kasah sempat tutup selama lima bulan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat untuk menjaring wisatawan atau pengunjung. "Kita pernah tutup. Namun sekali dibuka, wisatawan jadi ramai. Karena adanya bantuan SKK Migas tadi," katanya.
Rika, salah seorang pengunjung Pantai Batu Kasah mengaku takjub dengan perubahan pantai itu. Dirinya pernah berlibur pada tiga tahun lalu namun jera karena tidak terawat. "Pantai Batu Kasah ini semakin indah. Saya suka. Aman bagi anak-anak. Kalau tiga tahun lalu, saya tidak suka kesini karena jorok. Kini suka karena terawat," ucapnya.
Upaya ini dilakukan, demi terciptanya efek lingkup berganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional dan daerah. Salah satunya dengan mengimplementasikan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), dan mensosialisasikan pengembangan kapasitas nasional industri migas untuk mencapai target produksi minyak satu juta barel per hari, dan 12 miliar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030.
Bahkan, di tengah pandemi COVID-19, Industri hulu migas masih menjadi sektor vital dalam menggerakan perputaran roda perekonomian nasional maupun daerah. Kehadiran industri hulu migas tak hanya memberikan dampak positif pada pendapatan pemerintah daerah melalui Dana Bagi Hasil (DBH) migas, tapi juga masyarakat melalui dampak tak langsung atas beroperasinya suatu wilayah kerja migas.
Baca Juga
Roda perekonomian industri hulu migas telah dibantu oleh industri komoditas utama penunjang migas dengan tingkat capaian TKDN sebesar 57%. Di dalam industri penunjang migas tersebut terdapat usaha-usaha kecil dan menengah (UKM) yang telah ikut berkontribusi memajukan perekonomian, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Pada 2020, kontribusi hulu migas ke penerimaan negara mencapai Rp122 triliun atau 144 persen dari target APBN-P 2020. Hingga Agustus 2021, penerimaan negara dari sektor hulu migas sudah mencapai Rp125 triliun atau 125 persen dari target APBN 2021.
Sementara realisasi investasi hingga 31 Agustus 2021 telah mencapai 6,1 miliar dollar AS, atau 49,27%. Angka tersebut meningkat sekitar 23,98 persen dari semester I 2021 yang mencapai 4,92 miliar dollar AS.
Terkait TKDN, pemerintah telah menetapkan tingkat capaian pada hulu migas sebesar 57 %. Dengan nilai pengadaan hulu migas yang mencapai 6,051 miliar dollar AS pada tahun ini, maka ada sekitar 3,448 miliar dollar AS alokasi untuk TKDN yang akan mendukung industri nasional.
Untuk mencapai target TKDN, SKK Migas bersama para stakeholder membuat Vendor Development Program. Hal tersebut sebagai upaya untuk memberdayakan perusahaan dalam negeri untuk berkembang dan dapat digunakan oleh KKKS.
Baca Juga
Program tersebut diharapkan bisa meningkatkan kemampuan penyedia barang/jasa yang dibutuhkan hulu migas. Melalui Vendor Development Program, perusahaan-perusahaan lokal bisa mendapatkan pengetahuan dari berbagai perusahaan mancanegara untuk dapat memenuhi kebutuhan industri hulu migas sesuai dengan kriteria pemerintah.
Tujuan program tersebut untuk membina dan meningkatkan potensi perusahaan kecil lokal melalui program kemitraan, pembukaan lapangan kerja, dan akses bisnis. Selain itu untuk pengembangan industri penunjang migas yang di dalamnya terdapat usaha kecil dan usaha menengah.
Produksi Migas di Perairan Natuna
Produksi minyak di perairan Natuna hingga 15 September 2021 tercatat sebesar 17.449 barel per hari dan produksi gas sebesar 394 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Produksi tersebut berasal dari tiga KKKS atau produsen migas di lepas pantai (offshore) Natuna, antara lain Medco E&P Natuna, Premier Oil, dan Star Energy.
Target lifting minyak Medco E&P Natuna pada 2021 ini sebesar 10.500 bph. Realisasi lifting minyak hingga 30 Juni 2021 rata-rata sebesar 15.104 bph. Untuk lifting gas tahun ini ditargetkan sebesar 120 MMSCFD dan realisasi hingga akhir Juni 2021 tercatat rata-rata sebesar 135 MMSCFD. Sementara lifting gas Premier Oil Indonesia pada tahun ini ditargetkan sebesar 180 MMSCFD dan realisasi lifting hingga kuartal II 2021 rata-rata sebesar 209 MMSCFD.
Adapun target lifting minyak nasional pada tahun ini sebesar 705 ribu bph dan gas 5.638 MMSCFD. Ini artinya, lifting minyak di perairan Natuna baru sekitar 2,5% dan lifting gas 6,9% dari target lifting migas nasional.
Menurut data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2020, DBH Minyak Bumi Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp59 miliar. Angka ini turun jika dibandingkan tahun 2019 yang mendapatkan Rp125 miliar. Sedangkan tahun 2020 Kabupaten Natuna mendapatkan Rp73 miliar. Turun jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang mendapatkan Rp168 miliar.
Sementara untuk DBH Gas Bumi pada tahun 2020, Provinsi Kepri mendapatkan Rp195 miliar. Angka tersebut turun jika dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp487 miliar. Sedangkan tahun 2020, Kabupaten Natuna mendapatkan Rp64 miliar. Angka tersebut turun jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp346 miliar.
Kelola Geopark Nasional di Natuna, Tingkatkan Perekonomian dan Lahirkan Wisata Terindah di Indonesia
SKK Migas bersama KKKS melalui Medco E&P Natuna dan Premier Oil Indonesia memberikan bantuan melalui Program Pengembangan Masyarakat. Program yang dilaksanakan oleh SKK Migas bersama KKKS di Kabupaten Natuna berdasarkan usulan-usulan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Natuna.
Kemudian usulan tersebut dievaluasi oleh internal SKK Migas bersama KKKS yang meliputi evaluasi anggaran, serta skala prioritas dari program tersebut. Dalam pelaksanaannya, KKKS menerapkan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Nantinya program atau fasilitas yang sudah dibangun akan diserahkan pengelolaannya kepada pemerintah daerah, maupun stakeholder yang berwenang menerima agar dapat dimanfaatkan sesuai peruntukannya. Hal ini sebagai bentuk koordinasi dan kolaborasi antara SKK Migas bersama KKKS dengan Pemkab Natuna dan stakeholder.
Efek industri hulu migas dalam memberikan dampak pada Kabupaten Natuna terlihat dari berbagai dukungan terhadap sektor pariwisata di kawasan Geopark Nasional Natuna. Untuk mendukung Geopark Nasional ini, SKK Migas bersama KKKS Medco E&P Natuna dan Premier Oil Natuna Sea BV selalu aktif melaksanakan berbagai Program Pembangunan Masyarakat (PPM) melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).
Di antaranya membangun arena bermain di lokasi Pantai Piwang, Ranai. Kemudian membangun gerbang, kamar bilas, toilet, gazebo, dan menara air di Pantai Batu Kasah. Selain itu ada pembangunan pelantar pelabuhan di Pulau Laut serta membangun taman bacaan di Batubi dan gazebo Bukit Gundul di Kecamatan Bunguran Timur Laut.
Kepala Bagian Perekonomian dan SDA Kabupaten Natuna mengatakan dampak dari PPM melalui CSR ini sangat terasa bagi Kabupaten Natuna. Pasalnya di Pantai Piwang, masyarakat bisa bermain dan berolahraga. Sedangkan di Pantai Batu Kasah bisa meningkatkan perekonomian.
"Efeknya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk olahraga dan tempat bermain anak-anak di Pantai Piwang. Kalau perekonomian di sekitar Pantai Batu Kasah juga ikut meningkat," ujar Kepala Bagian Perekonomian dan SDA Kabupaten Natuna, Khaidir.
Gerbang yang dibangun pada Pantai Batu Kasah diharapkan bisa menarik wisatawan untuk berkunjung. Pemerintah Kabupaten Natuna berharap agar program yang dilaksanakan oleh SKK Migas bersama KKKS di Kabupaten Natuna bisa terus terlaksana. "Kita berharap SKK Migas memberikan bantuan untuk memajukan pariwisata di Natuna. Anggaran daerah kan kurang, jadi kita berharap dari CSR," harapnya.
Ketua BUMDes Indah Jaya, Salamun mengatakan, ada perubahan setelah dilaksanakan program SKK Migas bersama KKKS. Meski sedang pandemi COVID-19, wisatawan masih berlibur namun tetap menjalankan protokol kesehatan.
Sebelum adanya program tersebut, wisatawan yang berkunjung tidak terlalu ramai. Hal tersebut tidak menggerakkan perekonomian masyarakat setempat. "Dulu sepi. Tak terlalu ramai. Tapi kalau ramai, toilet dan tempat bilas jadi antri," ucap Salamun.
Tahun 2020, SKK Migas bersama KKKS membangun pintu gerbang, empat toilet, empat kamar bilas, tower air dan tong penampungan. Diharapkan rencana pembuatan lahan parkir yang sudah diwacanakan akan segera terealisasi.
Pada pandemi COVID-19, Pantai Batu Kasah sempat tutup selama lima bulan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat untuk menjaring wisatawan atau pengunjung. "Kita pernah tutup. Namun sekali dibuka, wisatawan jadi ramai. Karena adanya bantuan SKK Migas tadi," katanya.
Rika, salah seorang pengunjung Pantai Batu Kasah mengaku takjub dengan perubahan pantai itu. Dirinya pernah berlibur pada tiga tahun lalu namun jera karena tidak terawat. "Pantai Batu Kasah ini semakin indah. Saya suka. Aman bagi anak-anak. Kalau tiga tahun lalu, saya tidak suka kesini karena jorok. Kini suka karena terawat," ucapnya.
(eyt)