Telantar dan Sakit-sakitan di Malaysia, TKI asal Lembang Lega Bisa Pulang Kampung
loading...
A
A
A
BANDUNG BARAT - Setelah sekian lama menunggu, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kampung Gamlok RT 06/07, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang bekerja di Malaysia, Endik Sopandi (45) akhirnya bisa kembali ke kampung halamannya.
Endik mengaku lega karena selama berada di perantauan tujuh tahun, dirinya justru lebih banyak sakit-sakitan dan tidak bekerja. Bahkan dirinya hidup terlantar akibat tidak punya uang sehingga harus meminta bantuan kepada pemerintah Indonesia agar memulangkannya.
Baca juga: Pulang Sekolah, Siswi SD Tersesat, Terlunta-lunta, Menangis Berjam-jam di Dekat Stasiun Cimahi
"Syukur alhamdulillah saya akhirnya bisa balik lagi ke rumah. Terima kasih untuk semuanya, sekarang bisa kumpul lagi sama keluarga," kata Endik didamping istri dan anaknya, Selasa (12/10/2021).
Endik menyebutkan, pergi ke Malaysia dengan harapan bisa mengubah ekonomi keluarganya. Dia pun nekat berangkat secara ilegal dan harus mengeluarkan biaya sebesar 38 ribu ringgit atau sekitar Rp12 juta kepada sebuah agen dengan iming-iming gaji yang cukup besar.
Saat di Malaysia dirinya menjalani berbagai pekerjaan. Mulai dari menjadi sopir di salah satu tempat pencucian kendaraan, buruh perkebunan kelapa sawit, sampai akhirnya terlantar di Malaysia karena tidak bekerja lagi akibat sering sakit-sakitan. Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari dia dibantu oleh teman-temannya.
Baca juga:Jambret Nyeleneh, Tinggalkan Motor Demi Tas Wanita Isi Uang Rp800 Ribu
"Saya sakit urat kejepit hingga terpaksa cuti bekerja selama enam bulan. Untuk makan, saya harus berhutang. Mau pulang tapi enggak ada paspor, tidak punya uang," keluhnya.
Dia akhirnya bisa pulang ke Indonesia dibantu Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) KBB serta Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI). Awalnya Disnakertrans berkirim surat ke Konsulat Jenderal (Konjen) RI terkait kondisi Endik, sebab paspornya ditahan perusahaannya tempat bekerja.
"Karena yang bersangkutan ini enggak ada paspor, riskan untuk keluar dari perkebunan. Maka dijemput pihak Konjen sehingga berhasil dievakuasi dari perkebunan," terang Kepala Seksi Perluasan dan Penempatan Tenaga Kerja, Disnakertrans KBB, Sutrisno kepada wartawan.
Endik mengaku lega karena selama berada di perantauan tujuh tahun, dirinya justru lebih banyak sakit-sakitan dan tidak bekerja. Bahkan dirinya hidup terlantar akibat tidak punya uang sehingga harus meminta bantuan kepada pemerintah Indonesia agar memulangkannya.
Baca juga: Pulang Sekolah, Siswi SD Tersesat, Terlunta-lunta, Menangis Berjam-jam di Dekat Stasiun Cimahi
"Syukur alhamdulillah saya akhirnya bisa balik lagi ke rumah. Terima kasih untuk semuanya, sekarang bisa kumpul lagi sama keluarga," kata Endik didamping istri dan anaknya, Selasa (12/10/2021).
Endik menyebutkan, pergi ke Malaysia dengan harapan bisa mengubah ekonomi keluarganya. Dia pun nekat berangkat secara ilegal dan harus mengeluarkan biaya sebesar 38 ribu ringgit atau sekitar Rp12 juta kepada sebuah agen dengan iming-iming gaji yang cukup besar.
Saat di Malaysia dirinya menjalani berbagai pekerjaan. Mulai dari menjadi sopir di salah satu tempat pencucian kendaraan, buruh perkebunan kelapa sawit, sampai akhirnya terlantar di Malaysia karena tidak bekerja lagi akibat sering sakit-sakitan. Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari dia dibantu oleh teman-temannya.
Baca juga:Jambret Nyeleneh, Tinggalkan Motor Demi Tas Wanita Isi Uang Rp800 Ribu
"Saya sakit urat kejepit hingga terpaksa cuti bekerja selama enam bulan. Untuk makan, saya harus berhutang. Mau pulang tapi enggak ada paspor, tidak punya uang," keluhnya.
Dia akhirnya bisa pulang ke Indonesia dibantu Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) KBB serta Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI). Awalnya Disnakertrans berkirim surat ke Konsulat Jenderal (Konjen) RI terkait kondisi Endik, sebab paspornya ditahan perusahaannya tempat bekerja.
"Karena yang bersangkutan ini enggak ada paspor, riskan untuk keluar dari perkebunan. Maka dijemput pihak Konjen sehingga berhasil dievakuasi dari perkebunan," terang Kepala Seksi Perluasan dan Penempatan Tenaga Kerja, Disnakertrans KBB, Sutrisno kepada wartawan.
(msd)