Ganjar dan Yenny Wahid Luncurkan Pilar Perdamaian di Solo

Sabtu, 09 Oktober 2021 - 16:17 WIB
loading...
Ganjar dan Yenny Wahid Luncurkan Pilar Perdamaian di Solo
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo bersama Yenny Wahid saat meresmikan pilar perdamaian the water of peace dan deklarasi kelurahan damai di Tipes, Serengan, Solo, Sabtu (9/10/2021). Foto/Ist
A A A
SOLO - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bersama Direktur Wahid Foundation Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid meresmikan pilar perdamaian “The Water of Peace" dan deklarasi kelurahan damai di Tipes, Serengan, Solo, Sabtu (9/10/2021). Pembacaan deklarasi desa damai dilakukan oleh tujuh perempuan mewakili warga desa.

Ganjar berharap program desa damai yang digagas Wahid Foundation dan UN Women ini, bisa digabungkan dengan program desa inklusif yang telah berjalan di Jawa Tengah. Ini akan memudahkan proses pembangunan.



“Bagus sekali ya, kalau seluruh desa kita bisa bikin kegiatan seperti ini maka insyaallah desa-desa itu akan jauh lebih nyaman, mereka akan rukun dan di desa tipes di solo ini menjadi contoh,” kata Ganjar.

“Kalau kemudian setiap desa ini bisa kita kerjakan, maka desa-desa akan damai. Kalau damai mikir pembangunannya gampang,” imbuhnya.

Di sisi lain, Ganjar juga menilai program desa damai ini bisa digabungkan dengan program desa inklusif yang telah berjalan di Jawa Tengah. Dengan cara itu, lanjut Ganjar, dia melihat masa depan pembangunan Indonesia yang lebih cerah.



“Kalau itu bisa digabungkan nanti kita tambahi program ini. Maka nanti urusan hubungan antar manusianya beres, mereka aman, mereka seneng, mereka bahagia, mereka tentrem, mesti mbangune enak, karena gotong royongnya biasanya akan kuat sekali,” tandasnya.

Sementara itu, Yenny Wahid menjelaskan program desa damai ini sudah ada di 30 desa. Sebanyak 18 diantaranya telah deklarasi. Ada tiga pilar utama yang menjadi bagian dari program desa damai.

"Pertama adalah penguatan ekonomi masyarakat. Jadi ada pelatihan, ngajari masyarakat untuk mengatur cashflow. Kedua adalah penghormatan pelatihan untuk bagaimana kita bisa menghormati perbedaan keyakinan. Ini perlu ada mekanisme di masyarakat, misalnya pencegahan konflik, perangkat desa ngumpulkan siapa. Ketiga peran perempuan, karena ketika dia lebih berdaya maka mereka akan memberi untuk keluaraga dan lingkungan sekitar,” terang Yenny.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1385 seconds (0.1#10.140)