Ibu dan Anak Gadis Dibunuh, Amalia Terima Honor Segini dari Yayasan Sementara Yosef sang Ayah Tak Dapat
loading...
A
A
A
SUBANG - Kasus pembunuhan terhadap Tuti Suhartini (54) dan anak gadisnya Amalia Mustika Ratu (23) yang mayatnya ditelanjangi di Subang , Jabar masih misteri. Dimana Polisi belum juga bisa menguak pelaku pembunuhan di Desa/Kecamatan Jalancagak, Subang tersebut.
Berdasarkan penelusuran SINDOnews, Amalia Mustika Ratu sang anak yang menjadi korban ternyata telah mendapat honorarium dari Yayasan Bina Prestasi Nasional milik keluarga besarnya sebesar Rp10 juta per bulan. Gaji itu didapat dari jabatannya sebagai bendahara.
Tidak hanya Amalia, ibunya Tuti Suhartini (54), juga mendapat upah yang sama. Sementara ayahnya Yosef, sudah tidak mendapat penghasilan dari yayasan pendidikan yang menaungi SMP dan SMK swasta di Kecamatan Serang Panjang, Kabupaten Subang itu.
Hal ini terungkap dari pengakuan Yoris kepada wartawan beberapa hari lalu, saat membeberkan keadaan keluarganya yang saat ini fokus mengurus yayasan keluarga tersebut, termasuk hubungan dengan sang ayah Yosef, setelah adik dan ibunya, Amalia dan Tuti ditemukan terbunuh pada 18 Agustus 2021 lalu.
Jasad keduanya ditemukan telanjang dalam bagasi mobil Alphard di rumahnya di Desa/Kecamatan Jalancagak, Subang, Jabar.
"Dari yayasan saya mendapatkan gaji Rp 12 juta/bulan. Sementara Amel dan mama masing-masing mendapat Rp 10 juta. Papah gak dapat. Keuangan (yang bersumber dari yayasan) untuk papah (Yosef) sudah di-cut alias tak diberi oleh mama. Karena papa boros. Papah hanya dapat untuk transport saja," kata Yoris.
Saat ini Yoris duduk sebagai ketua yayasan keluargnya tersebut. Sementara ayahnya sekarang tidak diperankan memiliki jabatan strategis. Itu karena kondisi yayasan sempat bermasalah saat dikelola oleh Yosef bersama istri mudanya, terutama dalam pengelolaan keuangan. Kondisi pengelolaan keuangan yayasan kembali membaik setelah diambil alih oleh keluarga dari istri tuanya Tuti, bersama anak-anaknya Yoris dan Amalia.
"Kalau butuh uang ya begitu, papah suka minta ke Amel," tutur Yoris.
Bahkan ayahnya juga sering meminta uang kepada Yoris. Sementara peran Yosef di yayasan keluarga hanya sebatas mengontrol, jarang dilibatkan terlalu jauh soal pengelolaan keuangan yayasan.
Ditanya soal sumber keuangan untuk memenuhi kebutuhan ayahnya dengan isri mudanya Mimin, Yoris mengaku tidak tahu.
Dia hanya tau, ayahnya tidak mendapatkan jatah honorarium dari yayasan keluarga. Bahkan, soal tudingan ayahnya Yosef yang memiliki banyak uang lantaran memiliki hobi main golf, menurut Yoris itu tidak betul. Mobil Alphard untuk keluarga juga bukan hadiah dari sang ayah.
Yoris menceritakan mulai aktif ikut mengurusi yayasan keluarga sejak tahun 2013. Hanya saja dia tidak langsung duduk sebagai ketua yayasan. Saat itu jabatan ketua masih dipegang oleh ayahnya Yosef. Hingga pada 2016/2017, jabatan ketua yayasan dipercayakan kepada Yoris.
"Saya baru masuk 2013, dari tata usaha, administrasi, sambil belajar lah gitu. 2018 itu Almarhumah Amel dan Mamah mulai ikut mengurus. Kemajuannnya signifikan, terutama pencatatan keuangan. Guru-guru juga yang sebelumnya gajihan tiga bulan sekali, jadi satu bulan sekali,”tandas Yoris.
Berdasarkan penelusuran SINDOnews, Amalia Mustika Ratu sang anak yang menjadi korban ternyata telah mendapat honorarium dari Yayasan Bina Prestasi Nasional milik keluarga besarnya sebesar Rp10 juta per bulan. Gaji itu didapat dari jabatannya sebagai bendahara.
Baca Juga
Tidak hanya Amalia, ibunya Tuti Suhartini (54), juga mendapat upah yang sama. Sementara ayahnya Yosef, sudah tidak mendapat penghasilan dari yayasan pendidikan yang menaungi SMP dan SMK swasta di Kecamatan Serang Panjang, Kabupaten Subang itu.
Hal ini terungkap dari pengakuan Yoris kepada wartawan beberapa hari lalu, saat membeberkan keadaan keluarganya yang saat ini fokus mengurus yayasan keluarga tersebut, termasuk hubungan dengan sang ayah Yosef, setelah adik dan ibunya, Amalia dan Tuti ditemukan terbunuh pada 18 Agustus 2021 lalu.
Jasad keduanya ditemukan telanjang dalam bagasi mobil Alphard di rumahnya di Desa/Kecamatan Jalancagak, Subang, Jabar.
"Dari yayasan saya mendapatkan gaji Rp 12 juta/bulan. Sementara Amel dan mama masing-masing mendapat Rp 10 juta. Papah gak dapat. Keuangan (yang bersumber dari yayasan) untuk papah (Yosef) sudah di-cut alias tak diberi oleh mama. Karena papa boros. Papah hanya dapat untuk transport saja," kata Yoris.
Saat ini Yoris duduk sebagai ketua yayasan keluargnya tersebut. Sementara ayahnya sekarang tidak diperankan memiliki jabatan strategis. Itu karena kondisi yayasan sempat bermasalah saat dikelola oleh Yosef bersama istri mudanya, terutama dalam pengelolaan keuangan. Kondisi pengelolaan keuangan yayasan kembali membaik setelah diambil alih oleh keluarga dari istri tuanya Tuti, bersama anak-anaknya Yoris dan Amalia.
"Kalau butuh uang ya begitu, papah suka minta ke Amel," tutur Yoris.
Bahkan ayahnya juga sering meminta uang kepada Yoris. Sementara peran Yosef di yayasan keluarga hanya sebatas mengontrol, jarang dilibatkan terlalu jauh soal pengelolaan keuangan yayasan.
Ditanya soal sumber keuangan untuk memenuhi kebutuhan ayahnya dengan isri mudanya Mimin, Yoris mengaku tidak tahu.
Dia hanya tau, ayahnya tidak mendapatkan jatah honorarium dari yayasan keluarga. Bahkan, soal tudingan ayahnya Yosef yang memiliki banyak uang lantaran memiliki hobi main golf, menurut Yoris itu tidak betul. Mobil Alphard untuk keluarga juga bukan hadiah dari sang ayah.
Yoris menceritakan mulai aktif ikut mengurusi yayasan keluarga sejak tahun 2013. Hanya saja dia tidak langsung duduk sebagai ketua yayasan. Saat itu jabatan ketua masih dipegang oleh ayahnya Yosef. Hingga pada 2016/2017, jabatan ketua yayasan dipercayakan kepada Yoris.
"Saya baru masuk 2013, dari tata usaha, administrasi, sambil belajar lah gitu. 2018 itu Almarhumah Amel dan Mamah mulai ikut mengurus. Kemajuannnya signifikan, terutama pencatatan keuangan. Guru-guru juga yang sebelumnya gajihan tiga bulan sekali, jadi satu bulan sekali,”tandas Yoris.
(sms)