Kisah Kolonel Masturi Tumpas Gerombolan Pasukan PKI di Pengalengan
loading...
A
A
A
Repelita mulai dikerjakan pada tanggal 1 April 1969 sesuai jadwal, waktu pelaksanaan Repelita Nasional dan Repelita daerah-daerah lainnya. Baru saja Repelita dilaksanakan selama 2 bulan, Letkol Masturi meninggal dunia pada hari Jum'at tanggal 4 Juli 1969 setelah menjabat Bupati Bandung selama 2 tahun 4 Bulan.
Untuk menghargai jasa-jasanya terutama dalam hal pembinaan orde baru, pencegahan munculnya kembali sisa-sisa G30-S, mewujudkan situasi dan kondisi yang cocok untuk memenuhi pembangunan serta menyusun Repelita Kabupaten Bandung, DPRDGR Kabupaten Bandung memutuskan untuk memberi gelar "pahlawan pembangunan Daerah Kabupaten Bandung" Bagi "Kolonel Anumerta Masturi"
Kini namanya juga abadi sebagai nama jalan yang sangat masyhur di wilayah Kota Cimahi dan KBB. Dari beberapa putra-putri yang dimilikinya, ada satu nama yang menyusul kiprahnya sebagai seorang kepala daerah. Yakni Atty Suharti yang merupakan istri dari Wali Kota Cimahi Itoc Tochija dua periode yang kemudian digantikan oleh Atty Suharti Tochija. Namun sayang karier politiknya tidak berakhir mulus setelah pada massa pencalonan periode kedua pada 2017 lalu Atty dan suaminya Itoc tersandung masalah hukum.
Salah seorang pelaku sejarah yang pernah merasakan masa kepemimpinan Kolonel Masturi adalah politisi senior Aa Sunarya Erawan. Pria lulusan SGA (sekolah guru) tahun 1964 ini menilai sosok Kolonel Masturi sebagai orang yang sangat berwibawa, disiplin, bijak, tegas, dan visioner.
Dia masih ingat ketika orang tuanya dilantik menjadi Kepala Desa Ciledug pada tahun 1967, Bupati Masturi datang. Pada saat itu juga diusulkan perubahan nama Desa Ciledug menjadi Sukatani. Namun dengan masukan dan pandangan yang jauh ke depan, akhirnya pemberian nama Sukatani diganti menjadi Tanimulya.
"Waktu itu yang diucapkannya adalah tani (bertani) itu tidak harus selalu suka tapi tani juga harus mulya. Sehingga akhirnya Bupati Masturi mencetuskan nama desa menjadi Tanimulya," tuturnya kala masih menjabat anggota DPRD KBB ini.
Menurutnya, atas dedikasi dan sumbangsih pemikiran dan tenaganya selama ini memang sangat layak dan sudah semestinya nama Kolonel Masturi diabadikan menjadi nama jalan. Hal itu sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya yang telah dilakukan dalam membangun khususnya Kabupaten Bandung sebagai daerah induk yang menjadi cikal bakal lahirnya Kota Cimahi dan KBB.
"Wajarlah penghargaan itu (jadi nama jalan). Toh saya yakin bagi warga Jawa Barat khususnya di Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan KBB, Kolonel Masturi adalah pahlawan yang sejajar dengan tokoh-tokoh nasional lainnya," kata pria yang akrab disapa Apih ini.
Lebih jauh, kata Mantan Camat Ngamprah, KBB ini, sepengetahuannya ada beberapa nama tokoh sejarah yang dijadikan nama jalan di Kota Cimahi selain Jalan Kolonel Masturi. Yakni Jalan Jenderal Amir Machmud, Daeng Muhammad Ardiwinata, MK Wiganda Sasmita, Dra Djulaeha Karmita, Raden Embang Artawidjaya, KH Usman Domiri, HMS Mintaredja, Rd Demang Hardjakusumah, Encep Kartawiria dan OR Mahar Martanegara.
Untuk menghargai jasa-jasanya terutama dalam hal pembinaan orde baru, pencegahan munculnya kembali sisa-sisa G30-S, mewujudkan situasi dan kondisi yang cocok untuk memenuhi pembangunan serta menyusun Repelita Kabupaten Bandung, DPRDGR Kabupaten Bandung memutuskan untuk memberi gelar "pahlawan pembangunan Daerah Kabupaten Bandung" Bagi "Kolonel Anumerta Masturi"
Kini namanya juga abadi sebagai nama jalan yang sangat masyhur di wilayah Kota Cimahi dan KBB. Dari beberapa putra-putri yang dimilikinya, ada satu nama yang menyusul kiprahnya sebagai seorang kepala daerah. Yakni Atty Suharti yang merupakan istri dari Wali Kota Cimahi Itoc Tochija dua periode yang kemudian digantikan oleh Atty Suharti Tochija. Namun sayang karier politiknya tidak berakhir mulus setelah pada massa pencalonan periode kedua pada 2017 lalu Atty dan suaminya Itoc tersandung masalah hukum.
Salah seorang pelaku sejarah yang pernah merasakan masa kepemimpinan Kolonel Masturi adalah politisi senior Aa Sunarya Erawan. Pria lulusan SGA (sekolah guru) tahun 1964 ini menilai sosok Kolonel Masturi sebagai orang yang sangat berwibawa, disiplin, bijak, tegas, dan visioner.
Dia masih ingat ketika orang tuanya dilantik menjadi Kepala Desa Ciledug pada tahun 1967, Bupati Masturi datang. Pada saat itu juga diusulkan perubahan nama Desa Ciledug menjadi Sukatani. Namun dengan masukan dan pandangan yang jauh ke depan, akhirnya pemberian nama Sukatani diganti menjadi Tanimulya.
"Waktu itu yang diucapkannya adalah tani (bertani) itu tidak harus selalu suka tapi tani juga harus mulya. Sehingga akhirnya Bupati Masturi mencetuskan nama desa menjadi Tanimulya," tuturnya kala masih menjabat anggota DPRD KBB ini.
Menurutnya, atas dedikasi dan sumbangsih pemikiran dan tenaganya selama ini memang sangat layak dan sudah semestinya nama Kolonel Masturi diabadikan menjadi nama jalan. Hal itu sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya yang telah dilakukan dalam membangun khususnya Kabupaten Bandung sebagai daerah induk yang menjadi cikal bakal lahirnya Kota Cimahi dan KBB.
"Wajarlah penghargaan itu (jadi nama jalan). Toh saya yakin bagi warga Jawa Barat khususnya di Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan KBB, Kolonel Masturi adalah pahlawan yang sejajar dengan tokoh-tokoh nasional lainnya," kata pria yang akrab disapa Apih ini.
Lebih jauh, kata Mantan Camat Ngamprah, KBB ini, sepengetahuannya ada beberapa nama tokoh sejarah yang dijadikan nama jalan di Kota Cimahi selain Jalan Kolonel Masturi. Yakni Jalan Jenderal Amir Machmud, Daeng Muhammad Ardiwinata, MK Wiganda Sasmita, Dra Djulaeha Karmita, Raden Embang Artawidjaya, KH Usman Domiri, HMS Mintaredja, Rd Demang Hardjakusumah, Encep Kartawiria dan OR Mahar Martanegara.