Waspada Gejala Long COVID-19, Ini Cara Mengenalinya

Selasa, 21 September 2021 - 18:04 WIB
loading...
Waspada Gejala Long COVID-19, Ini Cara Mengenalinya
Pasien masih merasakan gejala meskipun hasil tes negatif dari virus SARS-CoV-2. Kondisi ini dikenal dengan long COVID-19.Foto/ilustrasi
A A A
SURABAYA - Pada beberapa kasus virus COVID-19 ada pasien masih merasakan beberapa gejala meskipun hasil tes mereka sudah dinyatakan negatif dari virus SARS-CoV-2. Kondisi tersebut kemudian dikenal dengan istilah long COVID-19, bila gejala sisa sampai melebihi tiga bulan.

Dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Alfian Nur Rosyid, dr., Sp. P(K), FAPSR, FCCP menuturkan, long COVID-19 sebagai gejala sisa dari virus COVID-19 memang beberapa kali terjadi pada pasien.

“Long COVID-19 itu berarti pasien sudah sembuh dari COVID-19 namun masih memiliki tanda atau gejala sisa virus tersebut,” kata Alfian, Selasa (21/9/2021).

Baca juga: Pendakian ke Gunung Arjuno Welirang Sudah Buka, Cek Persyaratannya

Ia melanjutkan, long COVID-19 dapat terjadi di pernapasan. Misalkan keluhan pada pernapasan diantaranya masih batuk, masih berdahak dan juga muncul sesak. Kondisi itu masih dirasakan pada para pasien yang hasil tesnya sudah negatif COVID-19.

Selain masalah pernapasan, pasien long COVID-19 juga mengalami keluhan pada organ lain. Salah satunya seperti badan yang terasa capek, lemas, rasa sakit kepala, diare dan lainnya. Meskipun demikian, intensitasnya bisa jauh lebih berkurang dibandingkan ketika pasien masih terjangkit virus corona.

Pada long COVID-19 dapat terjadi sebanyak 1/3 sampai 2/3 kasus. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding gejala sisa pada wabah SARS dan MERS.

“Di beberapa jurnal dan literatur disebutkan bahwa penyebab long COVID-19 berhubungan dengan faktor usia. Pada pasien penyintas COVID-19 yang usianya tua, misalnya 80 tahun. Dia masih bisa bergejala,” ucapnya.

Baca juga: Duel Brutal Siswa SMA Mirip Petarung MMA Gegerkan Minahasa

Bahkan, katanya, long COVID-19 berhubungan dengan derajat berat-ringannya pasien ketika dirawat karena COVID-19. Terutama apabila pasien memiliki komorbid termasuk terjadinya pneumonia pada paru.

“Risiko lain yakni pada pasien yang sempat dirawat di ICU dan mengalami badai sitokin. Kondisi tersebut dapat merusak paru dan sel lainnya,” ungkapnya.

Alfian mengatakan, bahwa sel-sel pasien dapat rusak meskipun hasil swabnya sudah negatif. Sel yang sudah rusak tidak bisa kembali sempurna dan menyisakan gejala pada penyintas COVID-19. Risiko long COVID-19 dapat terjadi pada pasien dengan riwayat peminum alkohol.

“Karena ya sebelum COVID-19 dia mengonsumsi alkohol yang merusak sel tubuh. Fungsi liver, paru, dan organ-organ lain dapat terganggu,” jelasnya.

Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah long COVID-19 di antaranya adalah pasien tidak malas bergerak sesuai dengan kemampuan meskipun saat di ruang isolasi rumah sakit, rutin konsumsi obat yang diberikan dokter, menghindari stres dan kecemasan.

“Setelah pasien pulang dari rumah sakit, dia harus tetap sedapat mungkin melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan, melakukan rehabilitasi fisik, berjemur di pagi hari, konsumsi multivitamin dan suplemen, terus berpikir positif, serta berdoa,” jelasnya.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1230 seconds (0.1#10.140)