2 Bulan Hilang Kontak, Nasib 19 ABK KM Bali Permai Belum Diketahui

Kamis, 09 September 2021 - 20:28 WIB
loading...
2 Bulan Hilang Kontak, Nasib 19 ABK KM Bali Permai Belum Diketahui
Kapal Motor (KM) Bali Permai 169 dilaporkan sudah dua bulan hilang kontak di Samudra Hindia. Hingga kini, nasib 19 anak buah kapal (ABK) belum diketahui. Foto/Ist.
A A A
DENPASAR - Nasib 19 anak buah kapal (ABK) Kapal Motor (KM) Bali Permai 169, hingga kini tidak menentu. KM Bali Permai 169 dilaporkan sudah dua bulan hilang kontak saat berlayar di Samudra Hindia.



"Sampai saat ini kami masih melakukan pemantauan di LKP (last known position). Jika ada informasi akurat keberadaan korban, maka secara otomatis operasi SAR kembali kami aktifkan," kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas Bali), Gede Darmada, Kamis (9/9/2021).



Dia menjelaskan, PT Putra Jaya Kota selaku operator telah melaporkan hilangnya kapal berukuran panjang 27,5 meter dan lebar 7,65 meter itu. Laporan diterima Basarnas, 30 Juli 2021 lalu.



Di laporan itu disebutkan, KM Bali Permai 169 berangkat berangkat dari Pelabuhan Benoa Denpasar menuju fishing ground pada 10 Juli 2021. Komunikasi terakhir antara pemilik kapal dengan awak kapal dilakukan menggunakan radio pada 24 Juli 2021.

Tiga hari berikutnya, 27 Juli 2021 pukul 17.21 WITA, kapal dengan call sign YE 4178 itu hilang kontak. Kapal sudah tak terdeteksi pada Vessel Monitoring System (VMS) atau tracking pemilik kapal.

Berdasarkan data VMS tersebut, LKP atau l okasi kapal terakhir berada pada koordinat 29° 20.202' S - 100° 55.074' T atau berjarak sekitar 1.471 NM dari Kantor SAR Denpasar dan 791 NM dari Perth, Australia.



Karena masuk teritori Australia, Kantor SAR Denpasar selanjutnya koordinasi dengan Basarnas Command Centre (BCC) Basarnas. Basarnas selanjutnya koordinasi dengan Joint Rescue Coordination Centre (JRCC) Australia, Jumat (30/7/2021).

JRCC Australia merespon informasi tersebut dengan mengerahkan pesawat RSCU440 Challenger dari Perth untuk searching ke LKP. Dua kali searching udara dilakukan, namun hasilnya nihil. Sementara itu, Rescue 440 juga melemparkan dua unit Self-locating Datum Marker Buoys (SLIDB) guna validasi perhitungan drift di LKP.

Dari hasil analisa tim SAR dari Basarnas maupun dari JRCC Australia, ada dua kemungkinan. Pertama, kapal terbalik dan awak kapal meninggalkan kapal dengan rakit atau tenggelam. Kedua, kapal meninggalkan LKP dengan tenaga mesin saja setelah alat komunikasi rusak total dan GPS tracking tidak berfungsi.



Terkait nasib 19 awak kapal, JRCC Australia bersama dokter ahli di bidang survival memberikan tiga penilaian. Pertama, jika kapal terbalik dan ABK jatuh ke laut menggunakan life jacket maka batas waktu bertahan hidup atau selamat, kemungkinannya sangat kecil sampai hari terakhir operasi SAR pada 2 Agustus 2021.

Kedua, jika kapal terbalik dan ABK menggunakan rakit, kemungkinan selamat sampai matahari tenggelam pada 2 Agustus 2021. Dan ketiga, jika kapal hanya mengalami kerusakan pada alat komunikasi saja, kemungkinan ABK hidup masih besar mengingat logistic di kapal tersebut lebih dari cukup.

Berdasarkan analisa dan aspek efektivitas, tim JRCC Australia selanjutnya menghentikan operasi pencarian tersebut. Sementara Basarnas menyebarkan informasi (e-broadcast) terkait hilangnya kapal tersebut kepada semua kapal yang melintas di sekitar LKP untuk mengevakuasi dan melapor jika menemukan korban atau kapal tersebut.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2463 seconds (0.1#10.140)