Aplikasi Banana, Solusi Belajar di Tengah Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
SURABAYA - Proses belajar di rumah masih menjadi kendala bagi para orang tua di tengah pandemi Covid-19. Beberapa anak juga mengalami titik jenuh untuk menjalani proses belajar di rumah.
Mahasiswa doktoral (S3) Departemen Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Bayu Dwi Hatmoko pun menciptakan aplikasi bernama Banana. Aplikasi ini memiliki kegunaan untuk mendukung pembelajaran matematika tingkat sekolah dasar yang bisa digunakan secara mudah melalui gawai.
Dari seluruh tingkatan pendidikan, sektor pendidikan tingkat dasar yang mengalami tantangan paling berat. Hal ini karena di masa-masa emas anak harus banyak dididik secara langsung dengan sentuhan pengajar.
Melihat perkembangan zaman, Bayu mengamati anak seusia sekolah dasar cenderung tidak tertarik pada pembelajaran berbasis buku yang tekstual. Sebaliknya, anak senang pada sesuatu yang interaktif, misalnya video permainan pada gawai. Dari sinilah muncul ide membuat aplikasi pembelajaran yang dinamainya Banana.
"Kadi saya sambil membuat aplikasi yang bermanfaat untuk anak-anak, sekaligus belajar pemrograman untuk diri saya sendiri," kata Bayu, Selasa (21/4/2020).
Setelah sepekan ia belajar program, prototipe aplikasi Banana buatannya ini sudah memiliki empat menu yaitu perhitungan dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Tidak hanya itu, di setiap menunya dilengkapi lagi dengan submenu berdasarkan jenis angka yang dioperasikan yakni operasi bilangan bulat, operasi bilangan desimal, dan operasi pecahan.
Pada proses pembelajaran, anak tidak langsung bisa mengerjakan soal yang sulit. Sehingga perlu adanya tingkatan kesulitan dari soal yang mudah menuju yang sulit guna mendorong pemahaman konsep pada anak-anak. Menangani hal ini, dirinya menambahkan pilihan di tiap submenunya.
"Operasi bilangan tersebut saya pisahkan lagi dari operasi bilangan satuan, puluhan, ratusan, hingga ribuan," kata lelaki yang juga bekerja di Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFa) ITS tersebut.
Peraih beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) ITS ini menambahkan, tidak ada inovasi yang signifikan dari aplikasi serupa yang sudah ada sebelumnya.
Mahasiswa yang sejak program strata hingga doktor menekuni bidang fisika ini menekankan bahwa tujuannya menciptakan aplikasi Banana ini adalah bentuk usaha produktif Bayu di tengah pandemi untuk meningkatkan kemampuan ilmu pemrogramannya.
Menurut lelaki yang menekuni teleportasi kuantum untuk disertasinya ini, walaupun sudah marak aplikasi serupa dengan aplikasi Banana miliknya tetapi proses pembuatan aplikasi tersebut berguna mengembangkan ilmu pengetahuannya.
"Seseorang perlu melakukan proses dari awal, sehingga tidak ada missing informasi dari setiap teknologi yang kita gunakan," ucapnya.
Mahasiswa doktoral (S3) Departemen Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Bayu Dwi Hatmoko pun menciptakan aplikasi bernama Banana. Aplikasi ini memiliki kegunaan untuk mendukung pembelajaran matematika tingkat sekolah dasar yang bisa digunakan secara mudah melalui gawai.
Dari seluruh tingkatan pendidikan, sektor pendidikan tingkat dasar yang mengalami tantangan paling berat. Hal ini karena di masa-masa emas anak harus banyak dididik secara langsung dengan sentuhan pengajar.
Melihat perkembangan zaman, Bayu mengamati anak seusia sekolah dasar cenderung tidak tertarik pada pembelajaran berbasis buku yang tekstual. Sebaliknya, anak senang pada sesuatu yang interaktif, misalnya video permainan pada gawai. Dari sinilah muncul ide membuat aplikasi pembelajaran yang dinamainya Banana.
"Kadi saya sambil membuat aplikasi yang bermanfaat untuk anak-anak, sekaligus belajar pemrograman untuk diri saya sendiri," kata Bayu, Selasa (21/4/2020).
Setelah sepekan ia belajar program, prototipe aplikasi Banana buatannya ini sudah memiliki empat menu yaitu perhitungan dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Tidak hanya itu, di setiap menunya dilengkapi lagi dengan submenu berdasarkan jenis angka yang dioperasikan yakni operasi bilangan bulat, operasi bilangan desimal, dan operasi pecahan.
Pada proses pembelajaran, anak tidak langsung bisa mengerjakan soal yang sulit. Sehingga perlu adanya tingkatan kesulitan dari soal yang mudah menuju yang sulit guna mendorong pemahaman konsep pada anak-anak. Menangani hal ini, dirinya menambahkan pilihan di tiap submenunya.
"Operasi bilangan tersebut saya pisahkan lagi dari operasi bilangan satuan, puluhan, ratusan, hingga ribuan," kata lelaki yang juga bekerja di Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFa) ITS tersebut.
Peraih beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) ITS ini menambahkan, tidak ada inovasi yang signifikan dari aplikasi serupa yang sudah ada sebelumnya.
Mahasiswa yang sejak program strata hingga doktor menekuni bidang fisika ini menekankan bahwa tujuannya menciptakan aplikasi Banana ini adalah bentuk usaha produktif Bayu di tengah pandemi untuk meningkatkan kemampuan ilmu pemrogramannya.
Menurut lelaki yang menekuni teleportasi kuantum untuk disertasinya ini, walaupun sudah marak aplikasi serupa dengan aplikasi Banana miliknya tetapi proses pembuatan aplikasi tersebut berguna mengembangkan ilmu pengetahuannya.
"Seseorang perlu melakukan proses dari awal, sehingga tidak ada missing informasi dari setiap teknologi yang kita gunakan," ucapnya.
(eyt)