Bertahan 50 Besar Ajang ADWI, Desa Ara Gudang Ahli Pembuat Perahu Pinisi
loading...
A
A
A
BULUKUMBA - Desa Ara , Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba, berhasil tembus 100 besar dan bertahan di posisi 50, Ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Salah satu desa andalan yang didaftarkan Bulukumba ini selain punya spot wisata yang mumpuni, juga ternyata merupakan gudang para ahli pembuat perahu pinisi, yang sudah masuk dalam daftar warisan budaya dunia United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Kepala Desa (Kades) Ara, Amiruddin, membenarkan hal tersebut, hal itu diakui menjadi kebanggaan yang luar biasa untuk Bulukumba. Karena dari ribuan desa yang diusulkan di ADWI se Indonesia, ada wakil Bulukumba.
"Iya benar, saya juga kaget waktu dapat informasinya. Tapi kami juga bersyukur, dan pencapaian 50 besar ini tidak semata-mata kami dapatkan," kata Amiruddin.
Kades bergelar doktor itu menjelaskan, jika Desa Ara memang sarat akan, religi, sejarah dan wisata. Di desa ini, kata dia, banyak situs-situs bersejarah, seperti misalnya Goa Purbakala Lajayya, Goa Jeppola, dan masih banyak lagi.
"Belum lagi spot wisata yang tak kalah dengan spot wisata di daerah lainnya. Seperti Tebing Apparalang dan juga Pantai Mandala Ria," tambah Amiruddin.
Yang tak kalah penting, lanjut mantan legislator DPRD Bulukumba itu, Desa Ara memiliki banyak potensi budaya. Seperti ada Tari Salonreng, yang dalam setiap acara, termasuk acara pernikahan dan hajatan lainnya turun temurun dipentaskan.
"Dan perlu diketahui juga, Desa Ara ini tempatnya ahli pembuat Perahu Pinisi," jelas Amiruddin.
Di mana kata dia, proses pembuatan perahu dengan ciri khas dua tiang ini, sudah diakui oleh dunia. Bahkan telah menjadi warisan dunia tak benda UNESCO.
Bukan hanya itu, perahu buatan warga Ara juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam pembebasan Irian Barat. Di mana ada sebanyak 20 kapal pendaratan yang dikerja selama 20 hari di Pantai Ara. Dan pantai itu kini berubah nama menjadi Pantai Mandala Ria.
"Makanya ada Monumen Mandala di Makassar, karena disana pertemuan itu berlangsung. Dan di Bulukumba kapal pendaratan itu dibuat," tambahnya.
Olehnya itu, ia berharap Kemenparekraf juga membuat ikon monumen pembebasan Irian Barat di Pantai Mandala Ria.
Seperti diketahui Kabupaten Bulukumba mendorong 15 desa wisata , pada 300 besar ada empat desa yang lolos yakni Desa Ara, Darubiah, Kahayya dan Tanah Toa.
Kepala Dinas Pariwisata Bulukumba, Muh Ali Saleng, menjelaskan jika para saat pengumuman 300 besar, hanya ada empat desa yang dinyatakan lolos. Empat desa itu adalah Desa Kahayya, Tanah Towa, Desa Bira dan juga Desa Ara.
Namun, yang berhasil lolos ke 50 besar ajang Kemenparekraf itu kini hanya Desa Ara. Desa Bira yang selama ini menjadi salah satu tujuan wisata di kabupaten berjuluk Butta Panrita Lopi itu, malah tak lolos.
"Sekarang sudah 100 besar. Dan sisa Desa Ara yang mewakili Kabupaten Bulukumba," kata Ali Saleng, Selasa, 24 Agustus 2021.
Salah satu desa andalan yang didaftarkan Bulukumba ini selain punya spot wisata yang mumpuni, juga ternyata merupakan gudang para ahli pembuat perahu pinisi, yang sudah masuk dalam daftar warisan budaya dunia United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Kepala Desa (Kades) Ara, Amiruddin, membenarkan hal tersebut, hal itu diakui menjadi kebanggaan yang luar biasa untuk Bulukumba. Karena dari ribuan desa yang diusulkan di ADWI se Indonesia, ada wakil Bulukumba.
"Iya benar, saya juga kaget waktu dapat informasinya. Tapi kami juga bersyukur, dan pencapaian 50 besar ini tidak semata-mata kami dapatkan," kata Amiruddin.
Kades bergelar doktor itu menjelaskan, jika Desa Ara memang sarat akan, religi, sejarah dan wisata. Di desa ini, kata dia, banyak situs-situs bersejarah, seperti misalnya Goa Purbakala Lajayya, Goa Jeppola, dan masih banyak lagi.
"Belum lagi spot wisata yang tak kalah dengan spot wisata di daerah lainnya. Seperti Tebing Apparalang dan juga Pantai Mandala Ria," tambah Amiruddin.
Yang tak kalah penting, lanjut mantan legislator DPRD Bulukumba itu, Desa Ara memiliki banyak potensi budaya. Seperti ada Tari Salonreng, yang dalam setiap acara, termasuk acara pernikahan dan hajatan lainnya turun temurun dipentaskan.
"Dan perlu diketahui juga, Desa Ara ini tempatnya ahli pembuat Perahu Pinisi," jelas Amiruddin.
Di mana kata dia, proses pembuatan perahu dengan ciri khas dua tiang ini, sudah diakui oleh dunia. Bahkan telah menjadi warisan dunia tak benda UNESCO.
Bukan hanya itu, perahu buatan warga Ara juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam pembebasan Irian Barat. Di mana ada sebanyak 20 kapal pendaratan yang dikerja selama 20 hari di Pantai Ara. Dan pantai itu kini berubah nama menjadi Pantai Mandala Ria.
"Makanya ada Monumen Mandala di Makassar, karena disana pertemuan itu berlangsung. Dan di Bulukumba kapal pendaratan itu dibuat," tambahnya.
Olehnya itu, ia berharap Kemenparekraf juga membuat ikon monumen pembebasan Irian Barat di Pantai Mandala Ria.
Seperti diketahui Kabupaten Bulukumba mendorong 15 desa wisata , pada 300 besar ada empat desa yang lolos yakni Desa Ara, Darubiah, Kahayya dan Tanah Toa.
Kepala Dinas Pariwisata Bulukumba, Muh Ali Saleng, menjelaskan jika para saat pengumuman 300 besar, hanya ada empat desa yang dinyatakan lolos. Empat desa itu adalah Desa Kahayya, Tanah Towa, Desa Bira dan juga Desa Ara.
Namun, yang berhasil lolos ke 50 besar ajang Kemenparekraf itu kini hanya Desa Ara. Desa Bira yang selama ini menjadi salah satu tujuan wisata di kabupaten berjuluk Butta Panrita Lopi itu, malah tak lolos.
"Sekarang sudah 100 besar. Dan sisa Desa Ara yang mewakili Kabupaten Bulukumba," kata Ali Saleng, Selasa, 24 Agustus 2021.
(agn)