Awal Agustus 2021 Pasien Isoman Meninggal di Sleman Turun 60 Persen

Sabtu, 14 Agustus 2021 - 07:33 WIB
loading...
Awal Agustus 2021 Pasien...
Pasien COVID-19 di Sleman yang meninggal saat melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah pada awal Agustus 2021 diklaim turun hingga 60 persen dibandingkan pada bulan Juli 2021. Foto ilustrasi SINDOnews
A A A
SLEMAN - Pasien COVID-19 di Sleman yang meninggal saat melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah pada awal Agustus 2021 diklaim turun hingga 60 persen dibandingkan pada bulan Juli 2021.

Data Posko Dekontaminasi COVID-19, BPBD Sleman, pada bulan Juli 2021 rata-rata ada 15-20 pasien isoman yang meninggal setiap hari. Pada awal Agustus rata-rata 6-7 pasien isoman yang meninggal per hari.

Koordinator Posko Dekontaminasi COVID-19 , BPBD Sleman, Vincentius Lilik Resmiyanto mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnya kasus pasien meninggal tersebut. Di antaranya, edukasi yang terus dilakukan di masa penerapan PPKM dan kesadaran masyarakat dengan protokol kesehatan dan penanganan terhadap pasien yang berpotensi mengalami perburukan juga semakin cepat.

“Penurunan kematian pasien saat isoman di rumah ini juga berpengaruh pada tingkat permohonan swab jenazah,” katanya.

Lilik menjelaskan, swab jenazah pasien isoman dilakukan sebagai dasar penanganan pada prosesi pemakaman. Apabila ada pasien isolasi mandiri karena kontak erat dengan pasien positif namun meninggal dunia belum sempat melakukan pemeriksaan maka jenazahnya di-swab.

Swab dilakukan oleh Puskemas. Hasilnya dapat diketahui sekitar 15 menit. Jika positif maka pemulasaran dan pemakamkan dengan protokol COVID-19. Bila hasilnya negatif dimakamkan biasa. “Di bulan Agustus ini sudah tidak banyak yang mengajukan permintaan swab jenazah,” paparnya. Baca juga: Angka Kematian Covid-19 Masih Tinggi, Isolasi Mandiri Digeser ke Isolasi Terpusat

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan mengatakan meksipun tren pasien meninggal saat isoman di bulan Agustus ini menurun, namun bukan berarti tidak ada sama sekali. Beberapa masih kerap ditemukan.

Menurutnya pasien meninggal saat isoman kebanyakan dari awal memang tidak mau dibawa ke selter isolasi terpadu (isoter). Mereka memilih isolasi di rumah. Padahal saat pasien menjalani isolasi di rumah, akses layanan kesehatan terbatas.

Sehingga saat terjadi perburukan dan membutuhkan pertolongan medis kesulitan dan meksipun sudah ada intervensi dari faskes namun tetap tidak tertolong. “Saya berharap pasien positif bisa segera masuk ke selter isolasi terpadu,” jelasnya.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2372 seconds (0.1#10.140)