Musim Kemarau, Perlindungan Ekosistem Gambut di Sumatera Diperkuat
loading...
A
A
A
Kegiatan pembasahan gambut kerap kali memanfaatkan sumber air dari sumur bor dan sekat kanal.
Sekat kanal, menurut Agus, tidak hanya berfungsi sebagai sumber air untuk pembasahan gambut, tapi dapat juga meningkatkan produktivitas masyarakat. "Digunakan untuk jalur transportasi dan sarana untuk membawa hasil panen, kelapa contohnya," ucapnya.
Pemanfaatan sekat kanal untuk aktivitas masyarakat ini dapat juga mengurangi risiko terjadinya kebakaran. "Karena berfungsi, warga pasti menjaga gambut," tuturnya.
Upaya pembasahan gambut ini, lanjut Agus, juga termasuk kontribusi BRGM untuk kegiatan antisipasi kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan KLHK, BNPB, Pemda dan TNI/Polri.
Menurut Guru Besar IPB University, Bambang Hero Saharjo, kebakaran hutan dan lahan (karhulta) terutama gambut sangat berbahaya. Dampak kebakaran gambut di Indonesia bisa menjadi perhatian internasional.
Mengingat, kebakaran gambut tidak hanya merusak alam dan kesehatan, melainkan juga meningkatkan emisi karbon dunia. Hakikatnya, perlindungan dan pengelolaan gambut yang berkelanjutan perlu ditingkatkan. "Lebih baik menjaga gambut, mengingat pemulihannya perlu waktu lama," ujarnya.
Untuk itu, Bambang menyarankan perlu dikembangkan early warning system kebakaran lahan dan penegakan hukum yang ketat.
Dia juga mengajak sistem dan infrastruktur yang dibangun juga diikuti kerja cepat di lapangan. "Mulai memasuki kemarau harus ada orang yang menjaga, alat tersedia dan berfungsi, tim siap bekerja," ujarnya.
Tim Daerah Bekerja
Kepala Dinas Kehutanan Riau, M Murad menjelaskan selama bekerja di lapangan ada beberapa kesulitan. Tapi, pihaknya melakukan berbagai upaya penanggulangan kebakaran. Diantaranya dengan melibatkan petugas keamanan di wilayah rawan terbakar.
"Provinsi Riau dekat dengan Sumatera Utara. Tekanan penduduk pendatang di Rokan Hulu, menjadi tantangan," katanya.
Sekat kanal, menurut Agus, tidak hanya berfungsi sebagai sumber air untuk pembasahan gambut, tapi dapat juga meningkatkan produktivitas masyarakat. "Digunakan untuk jalur transportasi dan sarana untuk membawa hasil panen, kelapa contohnya," ucapnya.
Pemanfaatan sekat kanal untuk aktivitas masyarakat ini dapat juga mengurangi risiko terjadinya kebakaran. "Karena berfungsi, warga pasti menjaga gambut," tuturnya.
Upaya pembasahan gambut ini, lanjut Agus, juga termasuk kontribusi BRGM untuk kegiatan antisipasi kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan KLHK, BNPB, Pemda dan TNI/Polri.
Menurut Guru Besar IPB University, Bambang Hero Saharjo, kebakaran hutan dan lahan (karhulta) terutama gambut sangat berbahaya. Dampak kebakaran gambut di Indonesia bisa menjadi perhatian internasional.
Mengingat, kebakaran gambut tidak hanya merusak alam dan kesehatan, melainkan juga meningkatkan emisi karbon dunia. Hakikatnya, perlindungan dan pengelolaan gambut yang berkelanjutan perlu ditingkatkan. "Lebih baik menjaga gambut, mengingat pemulihannya perlu waktu lama," ujarnya.
Untuk itu, Bambang menyarankan perlu dikembangkan early warning system kebakaran lahan dan penegakan hukum yang ketat.
Dia juga mengajak sistem dan infrastruktur yang dibangun juga diikuti kerja cepat di lapangan. "Mulai memasuki kemarau harus ada orang yang menjaga, alat tersedia dan berfungsi, tim siap bekerja," ujarnya.
Tim Daerah Bekerja
Kepala Dinas Kehutanan Riau, M Murad menjelaskan selama bekerja di lapangan ada beberapa kesulitan. Tapi, pihaknya melakukan berbagai upaya penanggulangan kebakaran. Diantaranya dengan melibatkan petugas keamanan di wilayah rawan terbakar.
"Provinsi Riau dekat dengan Sumatera Utara. Tekanan penduduk pendatang di Rokan Hulu, menjadi tantangan," katanya.