Makna Berkurban, KH Khariri Makmun: Korbankan Ego untuk Kepentingan Bersama
loading...
A
A
A
BOGOR - Wakil Sekretaris Komisi DakwahPengurus PusatMajelis Ulama Indonesia (MUI), KH Khariri Makmun menyebut akhir-akhir inibanyak orang justru menggunakan terminologi agama justru cenderung untuk melawanmaqasidh syariahatau tujuan beragama.Misalnya tujuan beragamamaqashid syariahdiantaranya adalahmaqashid hifzh an-nafsatau menjaga jiwa. Tetapi karena egoisme, hal tersebut justru dilalaikan.
Baca juga: Hari Tasyrik: Waktu Paling Agung Setelah Idul Adha
Khairi mengatakan bahwa ketika AllahSWTmemerintahkan Nabiullah Ibrahim AS untuk berkurban , sebenarnya kurban yang dilaksanakan pada hakekatnya bukan mengorbankan Nabi IsmailAS. Namun, Ismail hanya sebagai fasilitas sebagai ujian untuk mengujiketeguhan NabiIbrahimdalam menjalankan perintah Allah SWT.
Baca juga: Mantap! Putra Suku Anak Dalam Jambi Ini Lolos Jadi Polisi
"Yang paling penting dari makna kurban itu adalah bagaimana kita mengorbankan ego. Bagaimana bisa menahan egoisme kita, sifat-sifat burukdari diriyang bisa mencelakakan orang lain," ujar Khariri di Bogor,Kamis (22/7/2021).
Diamenyebutkan berkurban egoisme atau menanggalkan egosime sebetulnya adalah bagian makna dari Idul Adha atau Idul Kurban itu sendiri. Seperti menyelamatkan jiwa orang lain.
"Misalnya dalam masa pandemi ini ada yang positifCOVID-19, tapi dia tetap beraktifitas diluar sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG). Itukanbisa menularkan kepada orang lain yang rentan atau imunitasnya lemah.Itu juga bagian dari sifat-sifat egoisme yang akan berakibat membahayakan orang lain," tuturnya.
Lebih lanjut, Khariri mengatakan bahwa di dalam hadist nabi juga dinyatakan, kalau sudah keluarmenuju keruang publik,maka seseorang akan terkena aturan-aturan publik.Nabi menegaskan‘ladhararawaladhirara‘ yang artinya ‘jangan membahayakan diri dan orang lain’.Ini menjadipesan penting ketika di masa pandemisekarang ini.
"Kita harus mampu menahan sifat-sifat ego kita ini agar bisa menyelamatkan orang lain. Tidak terkecuali misalnya dengan menghadapi serangan virus radikalisme. Penting juga agar para OTG virus radikalisme ini jangan sampai menyebarkanpaham-paham radikal itukepada yang lain juga," jelasWakil Direktur Eksekutif Internasional Conference of Islamic Scholar (ICIS).
Selain itu,iamenyampaikan agar seluruh tokoh-tokoh agama harus bisa menjadikan momentum hari raya untuk edukasi untuk memberikan pencerahan terhadap umat.Apalagi filosofidan makna dari setiap hari-hari besaradalahmeningkatkan ketaatan kepada Allah. Hal itubermakna agarmanusiabisa hidup dengan memberikan kehidupan yang lebih baik dalam dimensi sosial.
Baca juga: Hari Tasyrik: Waktu Paling Agung Setelah Idul Adha
Khairi mengatakan bahwa ketika AllahSWTmemerintahkan Nabiullah Ibrahim AS untuk berkurban , sebenarnya kurban yang dilaksanakan pada hakekatnya bukan mengorbankan Nabi IsmailAS. Namun, Ismail hanya sebagai fasilitas sebagai ujian untuk mengujiketeguhan NabiIbrahimdalam menjalankan perintah Allah SWT.
Baca juga: Mantap! Putra Suku Anak Dalam Jambi Ini Lolos Jadi Polisi
"Yang paling penting dari makna kurban itu adalah bagaimana kita mengorbankan ego. Bagaimana bisa menahan egoisme kita, sifat-sifat burukdari diriyang bisa mencelakakan orang lain," ujar Khariri di Bogor,Kamis (22/7/2021).
Diamenyebutkan berkurban egoisme atau menanggalkan egosime sebetulnya adalah bagian makna dari Idul Adha atau Idul Kurban itu sendiri. Seperti menyelamatkan jiwa orang lain.
"Misalnya dalam masa pandemi ini ada yang positifCOVID-19, tapi dia tetap beraktifitas diluar sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG). Itukanbisa menularkan kepada orang lain yang rentan atau imunitasnya lemah.Itu juga bagian dari sifat-sifat egoisme yang akan berakibat membahayakan orang lain," tuturnya.
Lebih lanjut, Khariri mengatakan bahwa di dalam hadist nabi juga dinyatakan, kalau sudah keluarmenuju keruang publik,maka seseorang akan terkena aturan-aturan publik.Nabi menegaskan‘ladhararawaladhirara‘ yang artinya ‘jangan membahayakan diri dan orang lain’.Ini menjadipesan penting ketika di masa pandemisekarang ini.
"Kita harus mampu menahan sifat-sifat ego kita ini agar bisa menyelamatkan orang lain. Tidak terkecuali misalnya dengan menghadapi serangan virus radikalisme. Penting juga agar para OTG virus radikalisme ini jangan sampai menyebarkanpaham-paham radikal itukepada yang lain juga," jelasWakil Direktur Eksekutif Internasional Conference of Islamic Scholar (ICIS).
Selain itu,iamenyampaikan agar seluruh tokoh-tokoh agama harus bisa menjadikan momentum hari raya untuk edukasi untuk memberikan pencerahan terhadap umat.Apalagi filosofidan makna dari setiap hari-hari besaradalahmeningkatkan ketaatan kepada Allah. Hal itubermakna agarmanusiabisa hidup dengan memberikan kehidupan yang lebih baik dalam dimensi sosial.