Makna Berkurban, KH Khariri Makmun: Korbankan Ego untuk Kepentingan Bersama

Jum'at, 23 Juli 2021 - 10:26 WIB
loading...
Makna Berkurban, KH Khariri Makmun: Korbankan Ego untuk Kepentingan Bersama
Wakil Sekretaris Komisi Dakwah Pengurus Pusat MUI, KH Khariri Makmun menyebut yang paling penting dari makna kurban adalah mengorbankan ego. Foto sapi kurban sedang diperiksa kesehatannya. Foto/Ilustrasi/Dok.SINDOnews
A A A
BOGOR - Wakil Sekretaris Komisi DakwahPengurus PusatMajelis Ulama Indonesia (MUI), KH Khariri Makmun menyebut akhir-akhir inibanyak orang justru menggunakan terminologi agama justru cenderung untuk melawanmaqasidh syariahatau tujuan beragama.Misalnya tujuan beragamamaqashid syariahdiantaranya adalahmaqashid hifzh an-nafsatau menjaga jiwa. Tetapi karena egoisme, hal tersebut justru dilalaikan.

Baca juga: Hari Tasyrik: Waktu Paling Agung Setelah Idul Adha

Khairi mengatakan bahwa ketika AllahSWTmemerintahkan Nabiullah Ibrahim AS untuk berkurban , sebenarnya kurban yang dilaksanakan pada hakekatnya bukan mengorbankan Nabi IsmailAS. Namun, Ismail hanya sebagai fasilitas sebagai ujian untuk mengujiketeguhan NabiIbrahimdalam menjalankan perintah Allah SWT.

Baca juga: Mantap! Putra Suku Anak Dalam Jambi Ini Lolos Jadi Polisi

"Yang paling penting dari makna kurban itu adalah bagaimana kita mengorbankan ego. Bagaimana bisa menahan egoisme kita, sifat-sifat burukdari diriyang bisa mencelakakan orang lain," ujar Khariri di Bogor,Kamis (22/7/2021).

Diamenyebutkan berkurban egoisme atau menanggalkan egosime sebetulnya adalah bagian makna dari Idul Adha atau Idul Kurban itu sendiri. Seperti menyelamatkan jiwa orang lain.

"Misalnya dalam masa pandemi ini ada yang positifCOVID-19, tapi dia tetap beraktifitas diluar sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG). Itukanbisa menularkan kepada orang lain yang rentan atau imunitasnya lemah.Itu juga bagian dari sifat-sifat egoisme yang akan berakibat membahayakan orang lain," tuturnya.

Lebih lanjut, Khariri mengatakan bahwa di dalam hadist nabi juga dinyatakan, kalau sudah keluarmenuju keruang publik,maka seseorang akan terkena aturan-aturan publik.Nabi menegaskan‘ladhararawaladhirara‘ yang artinya ‘jangan membahayakan diri dan orang lain’.Ini menjadipesan penting ketika di masa pandemisekarang ini.

"Kita harus mampu menahan sifat-sifat ego kita ini agar bisa menyelamatkan orang lain. Tidak terkecuali misalnya dengan menghadapi serangan virus radikalisme. Penting juga agar para OTG virus radikalisme ini jangan sampai menyebarkanpaham-paham radikal itukepada yang lain juga," jelasWakil Direktur Eksekutif Internasional Conference of Islamic Scholar (ICIS).

Selain itu,iamenyampaikan agar seluruh tokoh-tokoh agama harus bisa menjadikan momentum hari raya untuk edukasi untuk memberikan pencerahan terhadap umat.Apalagi filosofidan makna dari setiap hari-hari besaradalahmeningkatkan ketaatan kepada Allah. Hal itubermakna agarmanusiabisa hidup dengan memberikan kehidupan yang lebih baik dalam dimensi sosial.

Terlebih, menurut Khariri,hal itu juga bisa meningkatkan kedisiplinan antar sosial, sehingga dapat tumbuh rasa empati terhadap orang lain yang memunculkan ketaatan dan kedisiplinan dalam aturan yang sudah dibuatpemerintah.

"Kita harus sadar bahwa aturan ini dalam rangka untuk menyelamatkanbangsa. Dan itumenjaditugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh para tokoh agama termasuk para ulama dan kiai untuk memberikan edukasi seperti dalam mimbar-mimbar khutbah Idul Adha kemarin," terangnya.

Kharirimengingatkan,para tokoh agamaagar jangansampai terjadi sebaliknya, yaitu memberikan pemahaman-pemahaman yang justru membangun rasa tidak percaya terhadap kebijakan pemerintah sehingganantinyamalahada pembangkangan sosial.Menurutnya, ini justrukebalikandengan tujuan beragama.

"Jadihabiullah wa ulil amri minkumyang artinyakita harus taat kepada Allah, taat kepada rasul dan taat kepada ulil amri atau pemerintah, yang sudah mengambil suatu kebijakan yang tentunya sudah diukur, sudah disesuaikan demi kemaslahatan kita semua agar menjadi lebih baik," ujarnya.

Pria yang juga pengasuhPondokPesantren Algebra, Ciawi ini meyayangkan masih adanya pihak-pihak yang menjadi korban dari provokasi yang salah dari sebagian tokoh masyarakat atau tokoh agama. Menurutnya, mereka ini justru memberikan pemahaman tentang vaksin yang keliru, seperti misalnyaCOVID-19 iniadalah konspirasi dan vaksin juga adalah bagian dari konspirasi itu.

"Atau bisa juga ditakut-takuti bahwa setelah vaksin banyak kejadian yang malah lumpuh, meninggaldan sebagainya. Tapi itu sebenarnyaadalahkasuistik, padahal sesungguhnya justru tubuh dan imunitasnya setelah vaksin ini menjadi lebih baik, semakin bisa kuat untuk menahan gempuranCOVID-19," pungkasnya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1214 seconds (0.1#10.140)