Proyek Pertamina-Rosneft di Tuban Topang Realisasi Investasi PMA Jawa Timur
loading...
A
A
A
SURABAYA - Di tengah pandemi COVID-19 , kinerja investasi, khususnya dari Penanaman Modal Asing (PMA) masih bertumbuh. Data Laporan Perekonomian Jatim dari Bank Indonesia (BI) menyebutkan, realisasi PMA di Jatim pada triwulan I 2021 tercatat Rp7,0 triiliun atau tumbuh 45,02% (yoy).
Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang -6,57% (yoy). Peningkatan realisasi PMA itu terutama didorong oleh investasi PMA di bidang industri migas PT Pertamina – Rosneft Pengolahan dan Petrokimia di Tuban serta investasi PMA di bidang makanan dari Swiss.
Sementara itu, akselerasi investasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada periodel laporan. Pertumbuhan realisasi PMDN di Jawa Timur pada periode laporan turun dari 7,76% (yoy) pada triwulan IV 2020 menjadi sebesar -62,43% (yoy).
Baca juga: Aneh Tapi Nyata! Anak Kambing Berwajah Mirip Monyet Gemparkan Pacitan
Penurunan pertumbuhan PMDN terjadi pada sektor Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi, Industri, Makanan serta Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran.
"Sejalan dengan nasional, penurunan pertumbuhan PMDN pada periode laporan ditengarai disebabkan oleh korporasi dalam negeri yang masih dalam tahap awal pemulihan," kata Kepala Perwakilan BI Jatim, Difi Ahmad Johansyah, Senin (12/7/2021).
Selain itu, pelaku usaha di Jatim ditengarai lebih banyak menggunakan dana internal perusahaan dalam pembiayaan investasi pada triwulan I 2021. Di tengah peningkatan kinerja investasi, kredit investasi perbankan umum Jatim pada periode laporan tumbuh melambat. Dari 3,79% (yoy) pada triwulan IV 2020 menjadi -5,36% (yoy) pada triwulan IV 2021. "Pelaku usaha ditengarai masih berhati-hati dalam menggunakan pembiayaan dalam bentuk kredit," tandas Difi.
Sementara itu, peningkatan kinerja investasi triwulan I 2021 didorong oleh peningkatan kepercayaan pelaku usaha. Ini sejalan dengan kegiatan vaksinasi yang berjalan sesuai jadwal. Hal itu berimplikasi pada semakin luasnya pembukaan sektor-sektor produktif.
"Kinerja investasi Jatim pada triwulan I 2021 tumbuh -2,68% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2020 yang tumbuh sebesar -7,64% (yoy)," pungkas Difi.
Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang -6,57% (yoy). Peningkatan realisasi PMA itu terutama didorong oleh investasi PMA di bidang industri migas PT Pertamina – Rosneft Pengolahan dan Petrokimia di Tuban serta investasi PMA di bidang makanan dari Swiss.
Sementara itu, akselerasi investasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada periodel laporan. Pertumbuhan realisasi PMDN di Jawa Timur pada periode laporan turun dari 7,76% (yoy) pada triwulan IV 2020 menjadi sebesar -62,43% (yoy).
Baca juga: Aneh Tapi Nyata! Anak Kambing Berwajah Mirip Monyet Gemparkan Pacitan
Penurunan pertumbuhan PMDN terjadi pada sektor Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi, Industri, Makanan serta Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran.
"Sejalan dengan nasional, penurunan pertumbuhan PMDN pada periode laporan ditengarai disebabkan oleh korporasi dalam negeri yang masih dalam tahap awal pemulihan," kata Kepala Perwakilan BI Jatim, Difi Ahmad Johansyah, Senin (12/7/2021).
Selain itu, pelaku usaha di Jatim ditengarai lebih banyak menggunakan dana internal perusahaan dalam pembiayaan investasi pada triwulan I 2021. Di tengah peningkatan kinerja investasi, kredit investasi perbankan umum Jatim pada periode laporan tumbuh melambat. Dari 3,79% (yoy) pada triwulan IV 2020 menjadi -5,36% (yoy) pada triwulan IV 2021. "Pelaku usaha ditengarai masih berhati-hati dalam menggunakan pembiayaan dalam bentuk kredit," tandas Difi.
Sementara itu, peningkatan kinerja investasi triwulan I 2021 didorong oleh peningkatan kepercayaan pelaku usaha. Ini sejalan dengan kegiatan vaksinasi yang berjalan sesuai jadwal. Hal itu berimplikasi pada semakin luasnya pembukaan sektor-sektor produktif.
"Kinerja investasi Jatim pada triwulan I 2021 tumbuh -2,68% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2020 yang tumbuh sebesar -7,64% (yoy)," pungkas Difi.
(msd)