Rektor Unej Minta Diaspora Viralkan Kuliner Indonesia
loading...
A
A
A
BLITAR - Lobi-lobi di meja makan adalah buah dari pemikiran Presiden RI ke-1 Soekarno . Bapak Proklamator RI ini tak segan campur tangan langsung dalam menjamu setiap tamu negara yang berkunjung ke Indonesia. Kini kuliner Indonesia butuh sentuhan para diaspora untuk mem-viral-kan betapa beragamnya kuliner Indonesia ke dunia internasional.
“Kita sangat penting untuk mengenalkan kuliner Indonesia, mungkin lewat diaspora-diaspora kita di luar negeri atau dengan menggunakan branding budaya,” kata Rektor Universitas Jember Dr. Ir Iwan Taruna, M, eng. IPM pada saat menjadi narasumber Sukarno Festival yang disiarkan melalui Zoom dan YouTube, Kamis 17 Juni 2021.
Baca juga: Buntut Kericuhan Perayaan Ultah Persebaya, 92 Suporter Diamankan Polisi
Dikutip dari diasporaindonesia.org, tercatat lebih dari 8 juta orang Indonesia yang tinggal dan menetap di luar negeri. Mereka terdiri dari berbagai suku bangsa serta latar belakang profesi mulai dari kalangan profesional, pengusaha, akademisi, pekerja migran maupun mahasiswa.
Kendati berdomisili di berbagai tempat di pelosok bumi, para perantauan dari Indonesia ini selalu memperkenalkan keindahan alam dan budaya Indonesia. Langkah ini dikenal sebagai soft diplomacy di negara mereka tinggal, serta turut berkontribusi dengan cara masing-masing terhadap pembangunan di Indonesia.
Baca juga: Viral, Warga Rusak Posko Penyekatan dan Swab Antigen di Suramadu
Menurut Iwan Taruna, kontribusi dari diaspora sangat penting untuk mengenalkan kuliner Indonesia. Sementara dari dalam negeri Universitas Jember mendirikan pusat studi gastrodiplomacy untuk mendukung penetrasi mengenalkan kuliner Indonesia ke dunia internasional.
”Satu-satunya universitas di Indonesia yang sangat peduli dengan gastronomi atau gastrodiplomasi akan masakan asli Indonesia. Saya berharap dengan adanya Sukarno Festival 2 dapat menjadi wawasan bersama tentang pemikiran Sukarno yang sangat visioner. Hal ini karena hanya Sukarno yang memikirkan makanan sebagai media diplomasi negara,” tandasnya.
Agus Trihartanto,Ph.D, ahli gastrodiplomasi di Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan sekali jamuan utama seperti di Korea, Jepang, Thailand untuk memperkenalkan kuliner nusantara saat jamuan negara.
Presiden Sukarno sangat paham dengan politik perut ini. Lobi-lobi khusus biasanya dilakukan saat jamuan makan bersama tamu negara, termasuk ketika Konferensi Asia Afrika.
”Saat makan adalah saat yang menggembirakan karena di saat makan menyampaikan pembicaraan dengan rilek dan gembira. Sukarno sudah menyadari arti penting diplomasi di meja makan sejak ibukota masih di Yogyakarta sampai kembali ke Yogyakarta. Sukarno selalu ikut campur dalam urusan tamu tamu negara di istana, sampai ke hidangan-hidangan yang disuguhkan,” jelas pencetus utama pusat studi gastrodiplomasi dari Universitas Jember.
Kordinator Nasional Sukarno Festival Upi Suprianto berterima kasih atas hadirnya para narasumber dalam acara Sukarno Festival. ”Semoga kegiatan ini menjadi literasi digital tentang pemikiran sukarno yang luhur ini untuk membangun Indonesia lebih baik,” katanya.
“Kita sangat penting untuk mengenalkan kuliner Indonesia, mungkin lewat diaspora-diaspora kita di luar negeri atau dengan menggunakan branding budaya,” kata Rektor Universitas Jember Dr. Ir Iwan Taruna, M, eng. IPM pada saat menjadi narasumber Sukarno Festival yang disiarkan melalui Zoom dan YouTube, Kamis 17 Juni 2021.
Baca juga: Buntut Kericuhan Perayaan Ultah Persebaya, 92 Suporter Diamankan Polisi
Dikutip dari diasporaindonesia.org, tercatat lebih dari 8 juta orang Indonesia yang tinggal dan menetap di luar negeri. Mereka terdiri dari berbagai suku bangsa serta latar belakang profesi mulai dari kalangan profesional, pengusaha, akademisi, pekerja migran maupun mahasiswa.
Kendati berdomisili di berbagai tempat di pelosok bumi, para perantauan dari Indonesia ini selalu memperkenalkan keindahan alam dan budaya Indonesia. Langkah ini dikenal sebagai soft diplomacy di negara mereka tinggal, serta turut berkontribusi dengan cara masing-masing terhadap pembangunan di Indonesia.
Baca juga: Viral, Warga Rusak Posko Penyekatan dan Swab Antigen di Suramadu
Menurut Iwan Taruna, kontribusi dari diaspora sangat penting untuk mengenalkan kuliner Indonesia. Sementara dari dalam negeri Universitas Jember mendirikan pusat studi gastrodiplomacy untuk mendukung penetrasi mengenalkan kuliner Indonesia ke dunia internasional.
”Satu-satunya universitas di Indonesia yang sangat peduli dengan gastronomi atau gastrodiplomasi akan masakan asli Indonesia. Saya berharap dengan adanya Sukarno Festival 2 dapat menjadi wawasan bersama tentang pemikiran Sukarno yang sangat visioner. Hal ini karena hanya Sukarno yang memikirkan makanan sebagai media diplomasi negara,” tandasnya.
Agus Trihartanto,Ph.D, ahli gastrodiplomasi di Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan sekali jamuan utama seperti di Korea, Jepang, Thailand untuk memperkenalkan kuliner nusantara saat jamuan negara.
Presiden Sukarno sangat paham dengan politik perut ini. Lobi-lobi khusus biasanya dilakukan saat jamuan makan bersama tamu negara, termasuk ketika Konferensi Asia Afrika.
”Saat makan adalah saat yang menggembirakan karena di saat makan menyampaikan pembicaraan dengan rilek dan gembira. Sukarno sudah menyadari arti penting diplomasi di meja makan sejak ibukota masih di Yogyakarta sampai kembali ke Yogyakarta. Sukarno selalu ikut campur dalam urusan tamu tamu negara di istana, sampai ke hidangan-hidangan yang disuguhkan,” jelas pencetus utama pusat studi gastrodiplomasi dari Universitas Jember.
Kordinator Nasional Sukarno Festival Upi Suprianto berterima kasih atas hadirnya para narasumber dalam acara Sukarno Festival. ”Semoga kegiatan ini menjadi literasi digital tentang pemikiran sukarno yang luhur ini untuk membangun Indonesia lebih baik,” katanya.
(msd)