Cerita Mahasiswi Cantik Naik Turun Gunung Demi Mengajar Siswa SD

Kamis, 03 Juni 2021 - 07:40 WIB
loading...
Cerita Mahasiswi Cantik...
Seorang mahasiswi di Kota Semarang Jawa Tengah, memiliki kesibukan baru mengajar di desa terpencil. iNews TV/Taufik
A A A
KENDAL - Seorang mahasiswi di Kota Semarang Jawa Tengah, memiliki kesibukan baru. Bukan hanya berkutat dengan diktat perkuliahan secara daring, kini dia harus menempuh perjalanan panjang dan menyeberangi sungai untuk mendatangi bangunan sebuah sekolah dasar (SD).

Gadis itu bernama Firlanda Dayu Pramesti, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang. Dia tengah mengikuti program Kampus Mengajar yang diinisiasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), di SDN 5 Getas Kendal.

“Akses aku ke SD-nya kita itu aku sama temen-temen seperti lewat turun gunung, terus menyeberangi sungai, baru naik (gunung) lagi. Perjalanannya tidak mudah,” kata Firlanda ketika mengawali cerita menjadi tenaga pengajar bagi anak-anak SD, Kamis (3/6/2021).

Dia mengatakan, perjalanan ke sekolah tak hanya memakan waktu tetapi juga membutuhkan nyali besar. Jalanan ekstrem dengan medan menantang mesti ditaklukkan demi bertemu anak-anak yang siap menunggu pelajaran.

“Itu ada jembatan kayu juga yang mesti dilalui, tapi jembatannya tidak kokoh. Di bawahnya itu sungai lebar dan dalam. Waktu awal takut banget, karena aku memang takut ketinggian. Jadi waktu awal itu kaget banget, tapi lama-lama terbiasa,” imbuh gadis berkerudung itu.

Bangunan sekolah itu terdapat di Dusun Mambang Desa Getas Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Sekolah itu tidak memiliki banyak siswa, karena hanya terdiri tiga rombongan belajar. Yakni kelas 2, 4, dan 6.

“Jadi di SD 5 Getas itu cuma ada 3 kelas, 2, 4, dan 6 karena memang di sana kayanya cuma sekira 70 kepala keluarga. Jadi anak-anak tidak banyak. Nah tahun ini kebetulan ada kelulusan sekolah. Jadi mereka ngelulusin dan siap menerima murid itu tiap 2 tahun sekali,” terangnya.

Di tengah semangat mengajar, pandemi COVID-19 tak urung menjadi tembok besar yang menghadang sebagaimana sektor lainnya. Firlanda dan rekan-rekan mahasiswa yang mengikuti kegiatan Kampus Mengajar, tak lagi berangkat ke sekolah. Sistem pengajaran diubah. Mereka lebih aktif menyambangi rumah-rumah siswa untuk memberikan materi pelajaran.

“Sistem belajarnya sekarang adalah home visit. Soalnya waktu itu pihak sekolah ditegur sama masyarakat situ, enggak boleh ngadain sekolah di sekolah. Jadi kita ngajar tetap home visit, sepekan ada tiga kali, Senin, Rabu, dan Sabtu,” jelas dia.

“Kalau sekolahnya sendiri masih takut karena sudah beberapa kali dapat teguran dari masyarakat, meskipun kita sekolahnya pun juga hanya 2 jam dan tidak ada jeda. Jadi masuk belajar langsung pulang. Tapi banyak masyarakat yang masih tidak ngebolehin. Jadi beli home visit,” beber dia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1710 seconds (0.1#10.140)