Cara Mengatasi Toxic, Penyakit Sosial yang Kini Mengemuka di Kalangan Milenial

Minggu, 30 Mei 2021 - 12:03 WIB
loading...
Cara Mengatasi Toxic, Penyakit Sosial yang Kini Mengemuka di Kalangan Milenial
Talkshow mengenai toxic society yang digelar mahasiswa Fikom Unitomo Surabaya. Foto/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Istilah Toxic akhir-akhir ini mulai populer di kalangan milenial. Istilah ini ditujukan bagi seseorang yang “beracun” atau sifat pribadi yang suka menyusahkan dan merugikan orang lain, baik secara fisik ataupun emosional.

Bukan hanya di kehidupan nyata, namun orang yang suka menebar sesuatu yang negatif ini juga banyak ditemukan melalui media sosial. Perasaan tidak puas, sering mengeluh dan merasa resah banyak menghiasi lini masa media sosial.

Baca juga: Dukung Khofifah Tangani Pandemi, Kader Pemuda Muhammadiyah Diminta Tak Terprovokasi Ulah Buzzer

Pakar psikologi, Agus Purnomo, menuturkan saat ini kesehatan mental masih sangat tabu di kalangan awam dan sering diartikan sebagai gangguan jiwa atau hal negatif lainnya. Namun pada kenyataannya kesehatan mental memang sangatlah penting, teruntuk bagi generasi milenial.

Generasi milenial, kata dia, sangat sulit untuk jauh dari sosial media. Ketika melihat sosial media sering timbul rasa insecurity, yaitu rasa gelisah atau ketidaknyamanan akibat membandingkan kehidupan dirinya sendiri dengan kehidupan orang lain yang ditampilkan di sosial media. Hal itu bukan tidak mungkin akan berpengaruh buruk bagi kesehatan, baik fisik atau mental saja, tetapi juga akan mempengaruhi kemampuan belajar dan interaksi sosial remaja.

"Kita harus bisa mengatasi toxic ini dengan cara selalu jujur kepada diri sendiri. Tidak perlu melakukan hal yang tidak ingin dilakukan," katanya.

Baca juga: Komplotan Maling di Tuban Makin Nekat, Terekam CCTV Gasak Tiga Gunung dalam 15 Menit

Menurut Agus, selain tidak memaksakan kehendak dan jujur, kunci untuk mengatasi gejala penyakit modern ini adalah dengan selalu waspada ketika terlibat dalam interaksi.

"Selain itu membantu sesama adalah hal yang paling bermanfaat, dan memahami dan menerima diri sendiri berarti menghargai diri sendiri dan kemampuan yang dimiliki," tuturnya saat menjadi pembicara dalam talkshow mengenai "toxic society” di Surabaya.

Kegiatan yang dihelat oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo Surabaya secara tatap muka dan virtual bertajuk How to Deal with Toxic Society tersebut juga menghadirkan seorang influencer dan penyintas kesehatan mental asal Surabaya, Fanny Patricia. Fanny pun menceritakan bagaimana awal mula ia mengalami gangguan kesehatan mental hingga dapat menyelesaikan masalah kesehatan mental tersebut.

Ketua panitia talk show Mental Health, Mahrani Yasmin, menjelaskan, diadakannya acara seperti ini adalah bentuk dari pengenalan para mahasiswa ilmu komunikasi unitomo kepada kaum milenial tentang kesehatan mental.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1217 seconds (0.1#10.140)