Mitos Gerhana Bulan Total di Zaman Kuno dan Modern, Ini Penjelasannya
loading...
A
A
A
SURABAYA - Gerhana bulan total kerap kali dihubung-hubungkan dengan mitos . Fenomena alam yang menarik dan terbilang langka ini juga membuat orang-orang berspekulasi hingga menjadikannya sebagai mitos yang mewarnai gerhana bulan. Tak hanya di zaman kuno, mitos gerhana bulan juga muncul di zaman modern.
Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam UMSurabaya, Mohammad Ikhwanuddin, menegaskan bahwa proses terjadinya gerhana merupakan sebuah fenomena alam yang tidak berkaitan dengan mitos apapun.
“Gerhana adalah sunnatullah. Tidak ada hubungannya dengan kematian maupun kelahiran seseorang, bencana alam, maupun mitos yang diyakini masyarakat seperti ditelannya bulan oleh raksasa atau buto ijo," katanya disela-sela pengamatan gerhana bulan total, di UMSurabaya, Rabu (26/5/2021).
Ikhwanuddin menjelaskan, gerhana bulan kali ini disebut sebagai “Super Blood Moon”, yakni gabungan antara Supermoon dan Bloodmoon. Supermoon adalah istilah ketika bulan purnama berada pada titik terdekatnya dengan bumi atau titik perigee, yakni berjarak sekitar 357.462 kilometer dari bumi. Sementara saat berada pada titik terjauh atau apogee, bulan berjarak 407.000 kilometer dari bumi.
“Karenanya, bulan pada saat supermoon akan terlihat 14% lebih besar dan 30% lebih cerah daripada purnama saat jarak terjauhnya," terangnya.
Istilah bloodmoon menunjukkan tampilan bulan yang berwarna merah saat gerhana akibat pembiasan cahaya matahari oleh lapisan atmosfer bumi. Saat puncak gerhana berlangsung, bulan tidak sepenuhnya berwarna gelap namun akan berwarna kemerahan.
Sedangkan rangkaian gerhana bulan berada pada tujuh fase. Yakni awal penumbra pada pukul 15.46, awal umbra pukul 16.44, awal gerhana total pukul 18.09, puncak gerhana pukul 18.18, akhir gerhana total pukul 18.28, akhir umbra pukul 19.52, dan akhir penumbra pukul 20.51. Total proses gerhana memiliki durasi waktu 5 jam lebih 5 menit. Sementara itu, matahari tenggelam untuk wilayah surabaya pada pukul 17.18.
Pengajar Astronomi UMSurabaya, Andi Sitti Mariyam mengatakan bahwa secara astronomis, proses terjadinya gerhana mematahkan isu yang menyatakan bahwa bumi itu datar. “Pada saat bayangan bulan masuk maupun mulai keluar dari bagian umbra, terlihat bayangan bumi membentuk lengkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bumi itu tidak datar," ungkapnya.
Menanggapi berita yang beredar tentang kemungkinan banjir rob saat gerhana saat malam hari, Andi Sitti Mariyam berpendapat bahwa pada dasarnya peredaran bulan mengelilingi bumi menimbulkan efek pasang surut.
"Di setiap purnama memang akan terjadi pasang dan mungkin banjir rob untuk wilayah yang rendah atau pesisir. Jadi peristiwa banjir rob tidak secara khusus diwaspadai akan terjadi pada saat gerhana saja, namun setiap purnama,” tegasnya.
Fenomena Super Blood Moon terjadi di langit Indonesia pada Rabu (26/5/2021) ini sekaligus dimanfaatkan oleh Prodi Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) sebagai Pekan Astronomi. UMSurabaya melakukan pengamatan gerhana bulan hingga pengukuran arah kiblat dengan menggunakan matahari.
Pengamatan gerhana bulan dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2021 pukul 17.30 sampai selesai di Rooftop Gedung At-Tauhid Tower lantai 4 UMSurabaya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan bantuan teleskop. Meskipun dapat dilihat dengan mata, namun alat bantu berupa teleskop disiapkan agar dapat melihat bentuk bulan dengan lebih jelas.
Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam UMSurabaya, Mohammad Ikhwanuddin, menegaskan bahwa proses terjadinya gerhana merupakan sebuah fenomena alam yang tidak berkaitan dengan mitos apapun.
“Gerhana adalah sunnatullah. Tidak ada hubungannya dengan kematian maupun kelahiran seseorang, bencana alam, maupun mitos yang diyakini masyarakat seperti ditelannya bulan oleh raksasa atau buto ijo," katanya disela-sela pengamatan gerhana bulan total, di UMSurabaya, Rabu (26/5/2021).
Ikhwanuddin menjelaskan, gerhana bulan kali ini disebut sebagai “Super Blood Moon”, yakni gabungan antara Supermoon dan Bloodmoon. Supermoon adalah istilah ketika bulan purnama berada pada titik terdekatnya dengan bumi atau titik perigee, yakni berjarak sekitar 357.462 kilometer dari bumi. Sementara saat berada pada titik terjauh atau apogee, bulan berjarak 407.000 kilometer dari bumi.
“Karenanya, bulan pada saat supermoon akan terlihat 14% lebih besar dan 30% lebih cerah daripada purnama saat jarak terjauhnya," terangnya.
Istilah bloodmoon menunjukkan tampilan bulan yang berwarna merah saat gerhana akibat pembiasan cahaya matahari oleh lapisan atmosfer bumi. Saat puncak gerhana berlangsung, bulan tidak sepenuhnya berwarna gelap namun akan berwarna kemerahan.
Sedangkan rangkaian gerhana bulan berada pada tujuh fase. Yakni awal penumbra pada pukul 15.46, awal umbra pukul 16.44, awal gerhana total pukul 18.09, puncak gerhana pukul 18.18, akhir gerhana total pukul 18.28, akhir umbra pukul 19.52, dan akhir penumbra pukul 20.51. Total proses gerhana memiliki durasi waktu 5 jam lebih 5 menit. Sementara itu, matahari tenggelam untuk wilayah surabaya pada pukul 17.18.
Pengajar Astronomi UMSurabaya, Andi Sitti Mariyam mengatakan bahwa secara astronomis, proses terjadinya gerhana mematahkan isu yang menyatakan bahwa bumi itu datar. “Pada saat bayangan bulan masuk maupun mulai keluar dari bagian umbra, terlihat bayangan bumi membentuk lengkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bumi itu tidak datar," ungkapnya.
Menanggapi berita yang beredar tentang kemungkinan banjir rob saat gerhana saat malam hari, Andi Sitti Mariyam berpendapat bahwa pada dasarnya peredaran bulan mengelilingi bumi menimbulkan efek pasang surut.
"Di setiap purnama memang akan terjadi pasang dan mungkin banjir rob untuk wilayah yang rendah atau pesisir. Jadi peristiwa banjir rob tidak secara khusus diwaspadai akan terjadi pada saat gerhana saja, namun setiap purnama,” tegasnya.
Fenomena Super Blood Moon terjadi di langit Indonesia pada Rabu (26/5/2021) ini sekaligus dimanfaatkan oleh Prodi Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) sebagai Pekan Astronomi. UMSurabaya melakukan pengamatan gerhana bulan hingga pengukuran arah kiblat dengan menggunakan matahari.
Pengamatan gerhana bulan dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2021 pukul 17.30 sampai selesai di Rooftop Gedung At-Tauhid Tower lantai 4 UMSurabaya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan bantuan teleskop. Meskipun dapat dilihat dengan mata, namun alat bantu berupa teleskop disiapkan agar dapat melihat bentuk bulan dengan lebih jelas.
(nic)