Fenomena Embun Es di Dieng Merugikan Petani Kentang

Jum'at, 19 Juli 2024 - 07:47 WIB
loading...
Fenomena Embun Es di...
Dataran Tinggi Dieng di Banjarnegara, Jawa Tengah, selama beberapa hari terakhir mengalami fenomena embun es atau yang dikenal dengan nama embun upas. Foto/Nurdin Ozi/iNewsTV
A A A
BANJARNEGARA - Dataran Tinggi Dieng di Banjarnegara, Jawa Tengah, selama beberapa hari terakhir mengalami fenomena embun es atau yang dikenal dengan nama embun upas. Fenomena ini menarik minat wisatawan dan meningkatkan angka kunjungan, namun di sisi lain, para petani kentang di wilayah tersebut mengeluhkan kerugian besar yang mereka alami.

Suhu udara di kawasan Dieng turun drastis hingga mencapai minus 1 derajat Celsius, dengan suhu terendah dalam sepekan tercatat mencapai minus 2 derajat Celsius. Embun es ini muncul pada pagi hari antara pukul 4 hingga 6 pagi, akibat penurunan suhu yang ekstrem di kawasan tersebut.

Keindahan embun es yang menyelimuti tanah dan tanaman menciptakan pemandangan menakjubkan yang menarik para wisatawan yang penasaran dengan keunikan Salju Dieng. Namun, bagi para petani kentang, kondisi ini menjadi ancaman serius. Tanaman kentang yang seharusnya siap panen mengalami kerusakan parah, layu, dan mati karena embun es.

Ahmad Rozikin, seorang petani asal Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, mengungkapkan dampak buruk dari fenomena ini. "Tanaman kentang saya layu dan mati. Kerugian yang harus saya tanggung mencapai puluhan juta rupiah," ungkap Ahmad dengan penuh kekecewaan.



Para petani telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak embun es, seperti penyemprotan air, namun usaha tersebut terbukti tidak efektif. "Kami sudah mencoba berbagai cara, tapi embun es terus muncul setiap hari, membuat tanaman kentang tetap mati," tambah Ahmad.

Fenomena embun es ini dapat ditemukan di berbagai lokasi sekitar kompleks Candi Arjuna, termasuk area pertanian dan hamparan rumput di pelataran candi. Keindahan embun es memang menjadi daya tarik bagi wisatawan, namun menjadi tantangan besar bagi kehidupan petani setempat yang bergantung pada hasil panen kentang.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3035 seconds (0.1#10.140)