Penampakan Angin Puting Beliung Terjang Lautan Pasir di Gunung Bromo

Rabu, 17 Juli 2024 - 17:20 WIB
loading...
Penampakan Angin Puting...
Fenomena angin puting beliung pasir muncul di kawasan Gunung Bromo. Foto/Tangkapan Layar
A A A
MALANG - Fenomena angin puting beliung pasir muncul di kawasan Gunung Bromo. Angin itu muncul di lautan pasir, namun hanya di beberapa sisi saja tidak pada seluruh area lautan pasir. Angin ini terekam oleh kamera wisatawan dan diunggah di media sosial (medsos).

Penelusuran peristiwa itu berlangsung pada Selasa (16/7). Tampak tiupan angin menyerupai puting beliung bermaterialkan pasir, pada akun medsos TikTok @ladubromo. Terlihat di video berdurasi 1 menit 5 detik itu debu beterbangan hingga membuat jarak pandang terbatas.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Linda Fitrotul Muzayanah mengungkapkan, bila angin kencang menyerupai puting beliung itu disebut dust devil.



Namun bedanya dengan angin puting beliung, yang diakibatkan adanya awan cumulonimbus, angin itu diakibatkan karena partikel udara yang sangat panas di atas tanah.

”Udaranya kering, nggak ada cumulonimbus, jadi ilmiahnya dust devil. Dust devil itu pusaran udara kecil tapi kuat, memang terbentuknya di udara-udara kering yang sangat panas. Jadi udara di permukaan tanah tidak stabil, kemudian naik dengan cepat,” kata Linda, Rabu (17/7/2024).

Fenomena angin kencang ini kerap mengikuti musim kemarau ditambah faktor fenomena El Nino. Dimana angin bertiup dari timur, kemudian membawa masa udara kering di musim kemarau, sehingga membuat angin lebih kencang.



”Di musim kemarau, kemudian angin bertiup dari timur, kemudian dia membawa masa udara kering dari wilayah timur kemudian ke Asia itu, jadi dia memang di musim kemarau lebih kencang,” tuturnya.

Catatan BMKG Stasiun Klimatologi Malang, fenomena ini juga pernah terjadi pada tahun 2019 di Kota Batu. Bahkan angin puting beliung bermaterialkan pasir itu pernah terjadi di kawasan Gunung Bromo pada Oktober 2023 lalu.

Hal ini disebabkan masa udara lebih kering membuat tekanan permukaan tanah tidak stabil. ”Sehingga membuat masa udara di Indonesia lebih kering itu juga terjadi di Batu, angin kencang sampai kebun apelnya rontok,” pungkasnya.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2261 seconds (0.1#10.140)