Masjid Cheng Ho, Seperti Pagoda dan Filosofi Kakbah serta Perjalanan Wali Songo

Senin, 19 April 2021 - 05:00 WIB
loading...
Masjid Cheng Ho, Seperti Pagoda dan Filosofi Kakbah serta Perjalanan Wali Songo
Masjid Cheng Ho di Surabaya. SINDOnews/Aan
A A A
Sejarah membentuk jejak yang tertinggal dalam beragam kisah. Perjalanan menaklukan samudra dan menemukan kesejukan jiwa dengan labuhan keimanan. Muhammad Cheng Ho membuktikan itu dengan kisah epiknya yang tak termakan zaman.

Jejaknya itu tergambar jelas pada Masjid Muhammad Cheng Ho yang berada di Jalan Gading No. 2, Kota Surabaya. Di sini, bisa menjadi ruang kontemplasi untuk belajar sejarah panjang tentang keimanan dan kebudayaan.

Masjid yang memliki arsitektur perpaduan budaya Arab, dan China ini selalu menarik untuk dikunjungi warga Kota Surabaya. Terutama bagi mereka yang ingin mendalami kajian sejarah dan nilai perjuangan.

Di tiap sudut bangunan ini memiliki filosofi, misalnya pada bagian atas bangunan yang bertingkat tiga bentuknya segi delapan dan menyerupai pagoda dalam kepercayaan China berarti keberuntungan.

Ukuran bangunan 11 x 9 meter juga memiliki filosofi angka 11 mengikuti ukuran awal Ka’bah yang dibangun Nabi Ibrahim dan angka 9 berasal dari Wali Songo yang mempengaruhi penyebaran Islam di Nusantara.

Tak heran, masjid ini selalu menjadi jujukan warga yang ingin beribadah sekaligus belajar tentang sejarah. Kisah perjuangan sampai hakikat patriot yang tak pernah menyerah tegambar jelas di dinding-dinding masjid.

Ishak Alamsyah (39), warga Rungkut, Kota Surabaya, mengaku suka menghabiskan waktu di Masjid Cheng Ho. Bersama dengan istri dan anaknya, ia ingin mengetahui lebih banyak tentang Laksamana Cheng Ho, seorang muslim dari China yang memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara.

Ia mengaku ingin menanamkan kecintaan pada kegiatan ibadah pada anak-anaknya. Sekaligus memberikan prespektif lain dalam sejarah tentang sebuah perjuangan yang dilakukan seorang dari jauh. "Masjid ini unik dan gaya arsiteknya tak biasa," kata Ishak, Minggu (18/4/2021).

Kepada anaknya, lelaki berambut gondrong ini bercerita kalau masjid ini memiliki gaya arsitektur menyerupai kelenteng yang merupakan penghormatan kepada Laksamana Cheng Ho, seorang muslim dari China yang turut menyebarkan agama Islam di Nusantara. Perjalanan penuh sejarah yang dilalui di berbagai samudra membawanya masuk ke perairan Jawa.

Makanya, di tiap sudut bangunan ini memiliki filosofi, misalnya pada bagian atas bangunan yang bertingkat tiga bentuknya segi delapan dan menyerupai pagoda dalam kepercayaan China berarti keberuntungan.

Ketua Harian Masjid Muhammad Cheng Hoo Hasan Basri menuturkan, masjid ini memang hasil perpaduan gaya Indonesia, Arab dan China. Makanya Masjid Cheng Ho didominasi oleh empat warna merah, kuning, biru, dan hijau yang dalam kepercayaan Tionghoa, keempat warna ini adalah simbol kebahagiaan, kemasyhuran, harapan, dan kemakmuran, dan masih banyak filosofi yang terkandung di dalamnya. Baca: Tragis, Bocah Kediri Tewas Terserempet KA Gajayana Jelang Buka Puasa.

Di pelataran masjid di sisi selatan ini juga banyak informasi yang tertulis di dinding marmer hitam dengan tinta emas yang bisa kita baca dan pelajari terkait perjalanan hidup Sang Laksamana Cheng Ho hingga singgah dan menyebarkan Islam di Nusantara, sejarah Masjid Cheng Ho dari awal berdiri hingga saat ini beserta fasilitas yang tersedia.

"Ada juga syair-syair terjemahan bahasa China yang merupakan hadiah motto dan harapan dari berbagai pihak. Syair-syair itu masih tetap bisa diperdengarkan," katanya.

Di sisi Utara pelataran masjid, para jamaah juga bisa melihat relief wajah Laksamana Muhammad Cheng Ho dengan replika kapalnya yang digunakan untuk menyeberangi Samudera Hindia. Baca Juga: SPG Cantik yang Tewas Kecelakaan Beruntun di Batam, Bekerja 100 Meter dari Lokasi Kejadian.

Dari relief ini, terdapat pesan tersirat bahwa umat Islam diminta untuk tetap rendah hati dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu di komplek masjid jg terdapat fasilitas Gedung Serbaguna Persatuan Islam Tionghoa Indonesia(PITI), lapangan olah raga dan kelas kursus bahasa Mandarin. “Setiap hari selalu ada buka puasa bersama dan kami selalu terbuka untuk semua orang yang ingin datang,” jelasnya.
(nag)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1348 seconds (0.1#10.140)