Alasan Kemanusiaan, Dua Mahasiswa UI Gabung Relawan COVID-19

Minggu, 19 April 2020 - 09:08 WIB
loading...
Alasan Kemanusiaan,...
Mahasiswi UI jadi relawan Covid-19. Foto/SINDOnews/R Ratna Pur
A A A
DEPOK - Sri Agustin Tabara, mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) dan Sofina Izzah, mahasiswa Program Profesi Ners FIK UI, rela menjadi relawan dan kini bertugas di Rumah Sakit UI (RSUI).

Mereka terpanggil menjadi relawan karena rasa kemanusiaan yang tinggi. Mereka pun mendaftar ketika ada informasi pembukaan.

"Saya mendapat informasi bahwa RSUI membuka panggilan menjadi volunteer. Untuk itu saya mendaftarkan diri secara kolektif melalui Pusat Krisis FIK UI," kata Sri salah seorang relawan, Sabtu (18/4/2020).

Saat seleksi, dia menempuh sejumlah tahapan seperti seleksi administrasi, wawancara yang dilakukan secara online, serta skrining kesehatan.

Menurutnya, menjadi bagian dari penyelamatan kemanusiaan ini merupakan sebuah panggilan negara yang wajib dilakukan bagi dirinya yang adalah seorang perawat.

"Saya sangat terbebani ketika melihat meningkatnya kebutuhan tenaga medis dan tenaga kesehatan karena pasien terus bertambah dari hari ke hari," ceritanya.

Ketika ditanyakan cara ia mengatur jadwal antara menjadi relawan dan mahasiswa yang tengah menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Sri menuturkan.

"Sejauh ini saya belum mengalami kendala berarti, saat harus berkuliah sambil menjadi relawan. FIK UI membebastugaskan mahasiswa berpartisipasi dalam kuliah online saat menjadi relawan, namun untuk tugas-tugas tetap dapat saya kerjakan di saat free," ungkapnya.

Dalam seminggu, Sri bekerja selama 5 - 6 hari kerja di mana per harinya menjalani satu shift. Shift kerja terbagi dalam tiga yaitu, shift pagi dan shift siang masing-masing sebanyak 7 jam, dan shift malam sebanyak 12 jam.

Dia telah bergabung menjadi relawan sejak 6 April 2020, ditempatkan di Ruang Intensive Care Unit (ICU) Covid-19 yang langsung berhadapan dengan pasien.

Tugas Sri saat ini menjadi rekan kerja para perawat RSUI dalam memberikan perhatian kepada pasien dan membantu memenuhi segala kebutuhan pasien.

Bagi Sri, pengalaman paling berkesan selama bekerja sebagai relawan adalah melihat keadaan umum pasien yang semakin hari semakin baik. Sri juga merasa bangga ketika memperoleh dukungan dari keluarga pasien maupun masyarakat.

"Hal tersebut merupakan 'vitamin C' bagi saya dan tenaga kesehatan serta tenaga medis lainnya. Juga merupakan sumber kekuatan dalam memberikan pelayanan yang terbaik," ceritanya.

Sri berpesan agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dan tidak memandang remeh virus Covid-19 ini. Juga, selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti mencuci tangan dengan benar dan bersih, menjalankan social distancing, selalu menggunakan masker ketika keluar rumah, dan usahakan tetap di rumah saja.

"Saya berharap agar stigma negatif terhadap pasien Covid-19, tenaga kesehatan serta tenaga medis dapat berhenti pula," imbaunya.

Sofina, relawan lainnya menuturkan menjadi perawat dalam masa pandemi ini adalah sebuah tindakan kepahlawanan bagi bangsa. Saat ini Sofina juga ditempatkan di ICU RSUI yang berhadapan langsung dengan pasien Covid-19.

"Tidak ada kekhawatiran dalam menangani pasien Covid-19, mengingat kami telah diperlengkapi Alat Pelindung Diri (APD). Setiap harinya selama 6 hari kerja, saya memperoleh shift kerja sebanyak delapan jam, dengan pembagian, sebanyak empat jam pertama saya bertugas di ruangan isolasi merawat pasien dengan APD lengkap, lalu setelah itu saya melepas APD, mandi, makan lalu melanjutkan sisa waktu yang ada untuk membantu tindakan yg bersifat administratif seperti laporan pasien bersama para perawat RSUI," katanya.

Soal pengaturan perkuliahan, dia mengaku tidak mengalami kesulitan. Karena dia hanya menjalani 2 mata kuliah saja ditambah tugas akhir.

Kampus juga memberikan kemudahan bagi kami mahasiswa profesi yg menjadi relawan dengan menghitung kegiatan relawan sebagai satuan kredit semester (SKS) dan akan disetarakan SKS-nya.

Kalaupun ada tugas, tidak memberatkan, sebab para dosen sangat menghargai kami yang sudah mau menjadi relawan.

"Mari bahu-membahu untuk menanggulangi pandemi ini dengan cara tetap di rumah saja jika tidak ada kepentingan yang mendesak, serta berikan aura positif bagi tenaga kesehatan maupun relawan non tenaga kesehatan. Semoga tidak ada lagi stigma negatif yang tercipta bagi pejuang medis," katanya.

Sesuai dengan arahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, RSUI merupakan rumah sakit yang didedikasikan untuk menangani pasien Covid-19 khususnya di wilayah Kota Depok.

Untuk itu, RSUI membuka pendaftaran tenaga relawan dalam rangka penanganan pandemi Covid-19. Pendaftaran relawan terbuka untuk umum dan dilakukan secara online melalui laman resmi RSUI ataupun melalui pusat-pusat krisis yang bekerja sama dengan UI.

Selain menempuh tahapan seleksi dan skrining kesehatan-termasuk rapid test Covid-19. Para calon relawan juga akan dibekali orientasi berupa pengenalan RSUI, pelatihan penanganan kasus Covid-19, dan pembagian tugas sesuai pengalaman kerja sebelumnya atau sesuai posisi yang dipilih.

"Saya mengapresiasi aksi nyata yang dilakukan para mahasiswa UI di tengah pandemi COVID-19. Para mahasiswa UI telah mengamalkan bidang keilmuan yang selama ini ditempuh semasa perkuliahan dan ini merupakan sebuah tindakan terpuji," kata Rektor UI, Ari Kuncoro.

Dia juga mengimbau agar para mahasiswa tetap menjaga kesehatan, selalu memberi kabar kepada keluarga,dan senantiasa bersemangat.

"Diharapkan gerakan ini mampu memotivasi mahasiswa lainnya sebangsa dan setanah air untuk bersama-sama bergotong-royong memberikan kontribusi secara sukarela bagi masyarakat demi memerangi pandemi ini," pungkasnya.
(boy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4479 seconds (0.1#10.140)