Bisnis Properti di Jatim Ikut Tergerus Covid-19
loading...
A
A
A
SURABAYA - Pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap harga rumah seken di Jawa Timur (Jatim). Akibat kelebihan stok, harga rumah seken turun hingga 50 persen. Kondisi ini disebabkan masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri(Kadin) Jatim Bidang Telekomunikasi dan Teknologi Informatika, Tritan Saputra mengatakan, di tengah wabah Covid-19, industri properti,utamanya segmen rumah seken mengalami kelesuan. Sebab, ada perubahan mindset market, bahwa mereka hanya akan membeli apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan.
“Banyak masyarakat memilih menarik ikat pinggang lebih kencang alias berhati-hati dalam menggunakan uangnya,” katanya, Rabu(20/5/2020).
Principal RayWhite Bukit Darmo Golf Surabaya ini menambahkan, perubahan mindset tersebut membuat pasar lebih memilih untuk menunda pembelian properti. Sebab, properti dianggap sebagai kebutuhan tersier. Market, kata dia, masih ada. Namun tidak mudah mendapatkannya karena perubahan mindset.
“Sehingga marketing yang pintar harus bisa mengubah mindset konsumen terhadap produk properti yang dijual. Bagaimana properti menjadi kebutuhan mereka. Kami juga menawarkan kemudahan pembayaran uangmuka,” terangnya.
Direktur Utama PT Tata Kreasi Indonesia, Supriyadi memperkirakan, bisnis properti akan bergairah pada pertengahan tahun depan. Sebab pasca krisis, masyarakat akan lebih mengutamakan membayar utang atau cicilan tagihan dibanding membeli rumah baru.
“Jika Juni grafik Covid-19 menurun, maka aktifitas masyarakat akan kembali normal di awal tahun depan. Dengan skema tersebut, maka pada Maret 2021, masyarakat baru bisa bayar utang. Baru pada Juni 2021 mereka baru bisa beli properti,” imbuhnya.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri(Kadin) Jatim Bidang Telekomunikasi dan Teknologi Informatika, Tritan Saputra mengatakan, di tengah wabah Covid-19, industri properti,utamanya segmen rumah seken mengalami kelesuan. Sebab, ada perubahan mindset market, bahwa mereka hanya akan membeli apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan.
“Banyak masyarakat memilih menarik ikat pinggang lebih kencang alias berhati-hati dalam menggunakan uangnya,” katanya, Rabu(20/5/2020).
Principal RayWhite Bukit Darmo Golf Surabaya ini menambahkan, perubahan mindset tersebut membuat pasar lebih memilih untuk menunda pembelian properti. Sebab, properti dianggap sebagai kebutuhan tersier. Market, kata dia, masih ada. Namun tidak mudah mendapatkannya karena perubahan mindset.
“Sehingga marketing yang pintar harus bisa mengubah mindset konsumen terhadap produk properti yang dijual. Bagaimana properti menjadi kebutuhan mereka. Kami juga menawarkan kemudahan pembayaran uangmuka,” terangnya.
Direktur Utama PT Tata Kreasi Indonesia, Supriyadi memperkirakan, bisnis properti akan bergairah pada pertengahan tahun depan. Sebab pasca krisis, masyarakat akan lebih mengutamakan membayar utang atau cicilan tagihan dibanding membeli rumah baru.
“Jika Juni grafik Covid-19 menurun, maka aktifitas masyarakat akan kembali normal di awal tahun depan. Dengan skema tersebut, maka pada Maret 2021, masyarakat baru bisa bayar utang. Baru pada Juni 2021 mereka baru bisa beli properti,” imbuhnya.
(msd)