Sejarah Pelabuhan Tanjung Priok yang Punya Nama Cantik Si Denok Bandarwati

Jum'at, 02 April 2021 - 06:10 WIB
loading...
Sejarah Pelabuhan Tanjung Priok yang Punya Nama Cantik Si Denok Bandarwati
Pelabuhan Tanjung Priok tempo dulu. Foto: encyclopedia.jakarta-tourism.go.id
A A A
JAKARTA - Apa yang ada dibenak jika bicara Tanjung Priok? Pastinya langsung tertuju ke Pelabuhan Tanjung Priok , Jakarta Utara. Zaman dahulu Tanjung Priok merupakan pelabuhan prasejarah sejak zaman penyebaran agama Hindu. Kemudian, pemerintah kolonial Belanda mengembangkan Tanjung Priok benar-benar menjadi kawasan pelabuhan komersial pada akhir abad ke-18.

Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan kawasan Tanjung Priok sebagai pelabuhan baru Batavia pada akhir abad ke-19 untuk menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa yang berada di sebelah baratnya karena terlalu kecil untuk menampung peningkatan lalu lintas perdagangan yang terjadi akibat pembukaan Terusan Suez.
Baca juga: Museum Nasional, Perunggu Gajah Hadiah dari Raja Thailand

Berdasarkan laman shipsapp.co.id yang dikutip SINDOnews, Jumat (2/4/2021), pembangunan pelabuhan baru dimulai pada tahun 1877 oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge (1875-1881). Beberapa fasilitas dibangun untuk mendukung fungsi pelabuhan baru di antaranya Stasiun Tanjung Priok (1914).

Pengerjaan Pelabuhan Tanjung Priok dimulai pada Mei 1877 dan selesai tahun 1886. Dimulai dengan pembangunan Pelabuhan I setelah ada ketentuan bahwa kegiatan Pelabuhan Sunda Kelapa dipindahkan ke Tanjung Priok. Perencana pelabuhan ini adalah Ir J.A.A Waldrop, insinyur asal Belanda, sedangkan pelaksananya adalah Jr J.A. de Gelder dari Departement B.O.W., seorang Insinyur Perairan.
Sejarah Pelabuhan Tanjung Priok yang Punya Nama Cantik Si Denok Bandarwati

Pelabuhan Tanjung Priok pada masa Hindia Belanda. Foto: source google, shipsapp.co.id

Dengan diresmikannya Pelabuhan Tanjung Priok pada 1886, kegiatan pelabuhan utama Batavia yang semula berada di Kali Ciliwung sekitar kasteel Batavia dialihkan ke Pelabuhan Tanjung Priok kemudian Pelabuhan Kali Ciliwung dikenal dengan nama Pelabuhan Pasar Ikan.

Pada tahun 1914 dimulai pembangunan Pelabuhan II. Pemborong bangunannya adalah Volker. Tahun 1917 pembangunan selesai dengan panjang kade pelabuhan 100 meter dan kedalaman air 9,5 meter LWS. Sedangkan, bendungan bagian luar diubah dan diperpanjang dengan lebar kade 15 meter untuk double spoor kereta api dan kran-kran listrik. Tahun 1917 dibangun juga tempat penyimpanan batubara oleh NISHM serta tempat penyediaan bahan bakar oleh BPM dan Shell.

Pelabuhan III mulai dibangun tahun 1921, tetapi terhenti akibat Malaise. Kemudian dilanjutkan kembali tahun 1929 dan selesai tahun 1932 dengan panjang kade 550 meter di sebelah barat.
Baca juga: 160 Petugas Gabungan ‘Gerebek’ Pelabuhan Tanjung Priok

Pada masa pendudukan Jepang, Pelabuhan Tanjung Priok dikuasai Djawa Unko Kaisya yang berada di bawah Kaigun (Angkatan Laut Jepang). Kondisi pelabuhan sebagian rusak, khususnya sengaja dirusak oleh Belanda yang menyerah kepada Jepang (7 Maret 1942).

Agar pelabuhan dapat dioperasikan, Jepang mengerahkan tenaga Romusha untuk memperbaiki pelabuhan seperti pengerukan alur, pembersihan alur dari ranjau-ranjau yang sengaja ditebarkan Belanda. Selain alur pelabuhan, banyak fasilitas lainnya yang rusak dan harus diperbaiki seperti gudang-gudang, dok, dermaga, dan jalan.

Pada 13 Januari 1971, terjadilah penandatanganan perjanjian kerja sama Pelabuhan Tanjung Priok dengan Priams (Amsterdam) dengan tukar menukar data dan pendalaman sebagai bahan perbandingan. Kemudian, Presiden membentuk Team Penertib Pelabuhan Tanjung Priok yang disebut "Walisongo" yang mengadakan perbaikan-perbaikan di pelabuhan.

Pada 1974, Pembangunan Proyek Besar Dermaga Pelabuhan III Timur dan Dermaga Pelabuhan I Timur sebagai tambahan terbesar untuk fasilitas tempat di pelabuhan. Selain itu, dibuat juga Operation Room Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) yang diresmikan pemakaiannya oleh Ketua Team Walisongo Slamet Danudirdjo tanggal 5 Juli 1975 dengan mengibaratkan Tanjung Priok sebagai "Si Denok Bandarwati".
Baca juga: Kisah Tragis Fientje de Feniks, PSK Primadona Batavia yang Dibunuh Petinggi Belanda

Motto tersebut bermakna "Hari esok haruslah lebih baik dari hari ini karena hari ini telah lebih baik dari hari kemarin". Dengan motto ini Pelabuhan Tanjung Priok ditata dari hari ke hari tanpa mengenal lelah.

Si Denok Bandarwati yang telah mencapai usia seabad ini telah mengubah wajahnya, mengubah bentuknya menyesuaikan diri pada perkembangan masa kini. Pelabuhan bisa mencapai keadaan seperti sekarang ini adalah atas kerja sama semua unsur di pelabuhan mulai dari buruh sampai Adpelnya, dari para penguasanya sampai pengelolanya. Pada upacara peringatan 100 tahun tercetus puisi persembahan untuk Si Denok Bandarwati ciptaan Slamet Danudirdjo.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1603 seconds (0.1#10.140)