Ziarahi Makam Mangkunegoro VII, KPI Usulkan Gelar Pahlawan Nasional Penyiaran
loading...
A
A
A
KARANGANYAR - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menelusuri tempat bersejarah terkait dengan penyiaran di Indonesia yang ada di Kota Solo .
Salah satu yang dikunjungi yakni, makam Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegoro VII yang ada di Girilayu, Matesih, Karanganyar.
Pantauan MNC Portal Indonesia, ziarah makam itu dipimpin langsung Ketua Umum KPI Pusat Agung Supriyo, didampingi komisioner serta anggota Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI). Mereka terlihat khusyuk berdoa di makam KGPAA Mangkunegoro VII.
Menurut Agung, dunia penyiaran di tanah air tak bisa seperti saat ini tanpa peran dari KGPAA Mangkunegoro VII. Berkat jasa-jasanya, di Kota Solo pertama kalinya muncul radio milik orang Indonesia Solosche Radio Vereeniging (SRV) di tahun 1933 jauh sebelum Indonesia merdeka.
“SRV lahir jauh sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, oleh KGPAA Mangkunegoro VII dan merupakan stasiun radio pertama milik bangsa Indonesia. Kala itu di tengah keterbatasan Mangkunegoro VII bisa membuat radio dan menyebarluaskan gagasan tentang kebudayaan dan eksistensi Nusantara,” papar Agung Supriyo, pada MNC Portal Indonesia, Minggu (28/3/2021).
Atas dasar itulah, di hari Penyiaran ke 88, KPI kata Agung, meminta pada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk memberikan gelar Pahlawan Nasional di bidang Penyiaran kepada KGPAA Mangkunegoro VII.
Pemberian gelar pahlawan pada KGPAA Mangkunegoro VII sudah sewajarnya diberikan. Sebab di eranya, Mangkunegoro VII mampu mengangkat eksistensi Nusantara jauh sebelum negara Indonesia merdeka.
“Sebelum Indonesia merdeka, radio ini telah meneguhkan eksistensi dari Republik melalui Indonesia Solosche Radio Vereeniging (SRV) yang kala itu sudah mengudara hingga negeri Belanda. Atas dasar itulah kami memohon kepada Presiden RI, Mangkunegoro VII jadi Pahlawan Nasional di bidang penyiaran,"tegasnya.
Karena itulah, Agung berharap agar Pemkot Solo mengusulkan pemberian gelar pahlawan untuk diteruskan kepada KPI serta Menkominfo. “Andaikata bila Mangkunegoro VII tidak memulai penyiaran, mungkin budaya Nusantara akan tenggelam sebab dikuasai arus informasi Belanda," pungkasnya. (Bramantyo)
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Salah satu yang dikunjungi yakni, makam Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegoro VII yang ada di Girilayu, Matesih, Karanganyar.
Pantauan MNC Portal Indonesia, ziarah makam itu dipimpin langsung Ketua Umum KPI Pusat Agung Supriyo, didampingi komisioner serta anggota Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI). Mereka terlihat khusyuk berdoa di makam KGPAA Mangkunegoro VII.
Menurut Agung, dunia penyiaran di tanah air tak bisa seperti saat ini tanpa peran dari KGPAA Mangkunegoro VII. Berkat jasa-jasanya, di Kota Solo pertama kalinya muncul radio milik orang Indonesia Solosche Radio Vereeniging (SRV) di tahun 1933 jauh sebelum Indonesia merdeka.
“SRV lahir jauh sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, oleh KGPAA Mangkunegoro VII dan merupakan stasiun radio pertama milik bangsa Indonesia. Kala itu di tengah keterbatasan Mangkunegoro VII bisa membuat radio dan menyebarluaskan gagasan tentang kebudayaan dan eksistensi Nusantara,” papar Agung Supriyo, pada MNC Portal Indonesia, Minggu (28/3/2021).
Atas dasar itulah, di hari Penyiaran ke 88, KPI kata Agung, meminta pada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk memberikan gelar Pahlawan Nasional di bidang Penyiaran kepada KGPAA Mangkunegoro VII.
Pemberian gelar pahlawan pada KGPAA Mangkunegoro VII sudah sewajarnya diberikan. Sebab di eranya, Mangkunegoro VII mampu mengangkat eksistensi Nusantara jauh sebelum negara Indonesia merdeka.
“Sebelum Indonesia merdeka, radio ini telah meneguhkan eksistensi dari Republik melalui Indonesia Solosche Radio Vereeniging (SRV) yang kala itu sudah mengudara hingga negeri Belanda. Atas dasar itulah kami memohon kepada Presiden RI, Mangkunegoro VII jadi Pahlawan Nasional di bidang penyiaran,"tegasnya.
Karena itulah, Agung berharap agar Pemkot Solo mengusulkan pemberian gelar pahlawan untuk diteruskan kepada KPI serta Menkominfo. “Andaikata bila Mangkunegoro VII tidak memulai penyiaran, mungkin budaya Nusantara akan tenggelam sebab dikuasai arus informasi Belanda," pungkasnya. (Bramantyo)
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(nic)