Puncak Harsiarnas, Pelaku Dunia Penyiaran Napak Tilas Sejarah di Kota Solo
loading...
A
A
A
SOLO - Gempita kemeriahan puncak Hari Penyiaran Nasional 2021 (Harsiarnas) ke-88 yang jatuh 1 April di Kota Solo, Jawa Tengah begitu terasa. Para pelaku dunia penyiaran melakukan napak tilas sejarah penyiaran Indonesia di Kota Solo.
Baca juga: Polri dan KPI Bahas Persiapan Hari Penyiaran Nasional
Sambil bersepeda para pelaku dunia penyiaran di antaranya Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Agung Suprio, Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Syafril Nasution, Anggota DPR RI Abdul Kharis, staf Ahli Kemeninfo Widodo Muktiyo dan tak ketinggalan pula Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakoso menyelusuri tempat-tempat bersejarah penyiaran di Indonesia yang cikal bakalnya berada di Kota Solo.
Baca juga: Dikabarkan Dekat dengan Kaesang Pangarep, Michelle Kunhle Ternyata PR Persis Solo
Dimulai dari Balaikota, Lodji Gandrung, Pura Mangkunegaran, Monumen Pers dan berakhir di RRI. Pantauan MNC Portal Indonesia, di Monumen Pers para pelaku dunia penyiaran di Indonesia ini mengunjungi situs-situs peninggalan penyiaran di Indonesia yang dikenal dengan Solosche Radio Vareninging (SRV).
Di Monumen Pers ini pun mereka melihat langsung peninggalan sejarah berupa Radio Kambing. Dengan serius para pelaku penyiaran ini menyimak mengapa dinamakan Radio Kambing.
Dari situlah para pelaku penyiaran mengetahui sejak dulu Radio SRV yang sekarang menjadi radio RRI telah berjuang di tengah keterbatasan dan berusaha keras mengelabuhi pemerintah Belanda agar penyiaran radio SRV tetap bisa mengudara.
Ketua Panitia Hari Penyiaran Nasional Hardly Stefano Fanelon Pariera mengatakan, di tengah perkembangan industri penyiaran, para pelaku penyiaran senantiasa mengingat semangat awal dari penyiaran yang berjuang sejak awal untuk mencerdaskan kehidupan bangsa membangun nasionalisme.
"Dan ini harus menjadi semangat bagi teman-teman industri penyiaran agar senantiasa memproduksi konten-konten yang baik dan berkualitas sesuai demgn semangat mencerdaskan kehidupan bangsa," papar Hardly di RRI, Minggu (28/3/2021).
Sementara Ketua Umum ATVSI Syafril Nasution mengatakan, penyiaran pertama kali digelar di Kota Solo pada tahun 1933 oleh Mangkunegoro VII.
"Karenya digelar di Solo inilah untuk mengingat kembali perjalanan perkembangan dunia penyiaran di Indonesia. Harapannya di hari penyiaran ini, tentunya kedepannya semakin maju dengan pertumbuhan media baru, namun tetap harus bisa eksis memberikan informasi dan hiburan bagi masyarakat Indonesia," ungkapnya.
Dengan tema penyiaran sebagai pendorong kebangkitan ekonomi pasca pandemi diharapkan kedepannya akan semakin maju dengan pertumbuhan media baru. "Namun tetap harus bisa eksis memberikan informasi dan hiburan bagi masyarakat Indonesia," pungkasnya.
Baca juga: Polri dan KPI Bahas Persiapan Hari Penyiaran Nasional
Sambil bersepeda para pelaku dunia penyiaran di antaranya Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Agung Suprio, Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Syafril Nasution, Anggota DPR RI Abdul Kharis, staf Ahli Kemeninfo Widodo Muktiyo dan tak ketinggalan pula Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakoso menyelusuri tempat-tempat bersejarah penyiaran di Indonesia yang cikal bakalnya berada di Kota Solo.
Baca juga: Dikabarkan Dekat dengan Kaesang Pangarep, Michelle Kunhle Ternyata PR Persis Solo
Dimulai dari Balaikota, Lodji Gandrung, Pura Mangkunegaran, Monumen Pers dan berakhir di RRI. Pantauan MNC Portal Indonesia, di Monumen Pers para pelaku dunia penyiaran di Indonesia ini mengunjungi situs-situs peninggalan penyiaran di Indonesia yang dikenal dengan Solosche Radio Vareninging (SRV).
Di Monumen Pers ini pun mereka melihat langsung peninggalan sejarah berupa Radio Kambing. Dengan serius para pelaku penyiaran ini menyimak mengapa dinamakan Radio Kambing.
Dari situlah para pelaku penyiaran mengetahui sejak dulu Radio SRV yang sekarang menjadi radio RRI telah berjuang di tengah keterbatasan dan berusaha keras mengelabuhi pemerintah Belanda agar penyiaran radio SRV tetap bisa mengudara.
Ketua Panitia Hari Penyiaran Nasional Hardly Stefano Fanelon Pariera mengatakan, di tengah perkembangan industri penyiaran, para pelaku penyiaran senantiasa mengingat semangat awal dari penyiaran yang berjuang sejak awal untuk mencerdaskan kehidupan bangsa membangun nasionalisme.
"Dan ini harus menjadi semangat bagi teman-teman industri penyiaran agar senantiasa memproduksi konten-konten yang baik dan berkualitas sesuai demgn semangat mencerdaskan kehidupan bangsa," papar Hardly di RRI, Minggu (28/3/2021).
Sementara Ketua Umum ATVSI Syafril Nasution mengatakan, penyiaran pertama kali digelar di Kota Solo pada tahun 1933 oleh Mangkunegoro VII.
"Karenya digelar di Solo inilah untuk mengingat kembali perjalanan perkembangan dunia penyiaran di Indonesia. Harapannya di hari penyiaran ini, tentunya kedepannya semakin maju dengan pertumbuhan media baru, namun tetap harus bisa eksis memberikan informasi dan hiburan bagi masyarakat Indonesia," ungkapnya.
Dengan tema penyiaran sebagai pendorong kebangkitan ekonomi pasca pandemi diharapkan kedepannya akan semakin maju dengan pertumbuhan media baru. "Namun tetap harus bisa eksis memberikan informasi dan hiburan bagi masyarakat Indonesia," pungkasnya.
(shf)