Gubernur Khofifah Berharap TPA Jabon Mampu Hasilkan Produk Hilir yang Variatif
loading...
A
A
A
SIDOARJO - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa berharap Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jabon di Sidoarjo mampu mengembangkan modernisasi pengolahan sampah.
Ini penting, karena modernisasi tersebut bisa memberikan multiplier effect yang menghasilkan pendapatan baru bagi masyarakat setempat. “Yang dibutuhkan saat ini adalah modernisasi pengolahan sampah untuk menghasilkan end product yang variatif. Dan harapannya ini bisa menghasilkan sumber income baru bagi masyarakat di Sidoarjo,” kata Khofifah, Kamis (18/3/2021).
Menurutnya, modernisasi pengolahan sampah salah satunya bisa dilakukan dengan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Jika ada pengembangan PLTSa, maka nantinya akan ada energi yang bisa dihasilkan dari PLTSa tersebut. Sehingga nantinya power plant mungkin bisa dibuat di TPA Jabon.
Baca juga: Diduga Bocorkan Putusan Sebelum Sidang, Hakim PN Gresik Dilaporkan ke Komisi Yudisial
“Kemungkinan dua tahun ke depan bisa dipakai PLTSa. Kalau nanti ada PLTSa di sini, bisa mengurangi penggunaan landfill di sini,” jelas orang nomor satu di Jatim ini.
Selain PLTSa, lanjut Khofifah, modernisasi pengolahan sampah juga bisa dilakukan untuk menghilangkan aroma sampah. Sehingga end product TPA ini tidak beraroma. Dengan demikian TPA Jabon nantinya bisa dijadikan wisata edukatif untuk anak-anak di Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya.
“Melalui wisata edukatif ini bisa mengajak mereka mengenal pola hidup bersih dan sehat. Sehingga mereka terkonfirmasi ada modernisasi teknologi pengolahan sampah. Sampah yang tidak beraroma itu akan menjadi hal baru yang bisa diperkenalkan kepada masyarakat terutama anak-anak dan siswa,” imbuhnya..
Selain itu, Khofifah juga mengapresiasi, ruang composting yang dimiliki TPA Jabon. Melalui ruang composting ini diharapkan menghasilkan kompos yang kemudian bisa diolah menjadi pupuk organik. Sehingga pupuk organik ini bisa digunakan untuk sektor pertanian di Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya.
Baca juga: Puluhan Warga Blitar Terjangkit TBC dan Ratusan Suspect
“Pupuk organik itu menjadi kebutuhan hari ini karena bisa memberikan harapan untuk mendapatkan support yang lebih sehat bagi sektor pertanian kita," tandasnya.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, TPA ini merupakan hal yang wajib diperjuangkan. "Pemkab Sidoarjo melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sidoarjo Tempat Pembuangan Sampah Pilahan (TPSP) di desa-desa akan diperkuat peran dan pengolahan sampahnya," katanya.
Diketahui, TPA Jabon Sidoarjo merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia melalui Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR dengan pemerintah Jerman. Dengan sistem multiyears contract mulai dari tahun 2018 dan berakhir pada Desember 2020.
TPA Jabon Sidoarjo ini sendiri, menggunakan sistem sanitary landfill dengan luas mencapai 5,8 hektar. Kapasitas pengolahan sampahnya mencapai 450 ton per hari, dengan perkiraan umur sekitar 5-7 tahun.
Sedangkan, untuk area pengolahan sampahnya dibagi dalam dua jenis.Yang pertama yakni Composting, dikhususkan untuk sampah hijau yang diolah menjadi pupuk kompos, seperti sampah bekas sayur dan sebagainya. Dimana, kapasitas kompostingnya bisa 35 ton per hari dan hasil akhir komposnya sekira 15 ton per hari.
Ini penting, karena modernisasi tersebut bisa memberikan multiplier effect yang menghasilkan pendapatan baru bagi masyarakat setempat. “Yang dibutuhkan saat ini adalah modernisasi pengolahan sampah untuk menghasilkan end product yang variatif. Dan harapannya ini bisa menghasilkan sumber income baru bagi masyarakat di Sidoarjo,” kata Khofifah, Kamis (18/3/2021).
Menurutnya, modernisasi pengolahan sampah salah satunya bisa dilakukan dengan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Jika ada pengembangan PLTSa, maka nantinya akan ada energi yang bisa dihasilkan dari PLTSa tersebut. Sehingga nantinya power plant mungkin bisa dibuat di TPA Jabon.
Baca juga: Diduga Bocorkan Putusan Sebelum Sidang, Hakim PN Gresik Dilaporkan ke Komisi Yudisial
“Kemungkinan dua tahun ke depan bisa dipakai PLTSa. Kalau nanti ada PLTSa di sini, bisa mengurangi penggunaan landfill di sini,” jelas orang nomor satu di Jatim ini.
Selain PLTSa, lanjut Khofifah, modernisasi pengolahan sampah juga bisa dilakukan untuk menghilangkan aroma sampah. Sehingga end product TPA ini tidak beraroma. Dengan demikian TPA Jabon nantinya bisa dijadikan wisata edukatif untuk anak-anak di Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya.
“Melalui wisata edukatif ini bisa mengajak mereka mengenal pola hidup bersih dan sehat. Sehingga mereka terkonfirmasi ada modernisasi teknologi pengolahan sampah. Sampah yang tidak beraroma itu akan menjadi hal baru yang bisa diperkenalkan kepada masyarakat terutama anak-anak dan siswa,” imbuhnya..
Selain itu, Khofifah juga mengapresiasi, ruang composting yang dimiliki TPA Jabon. Melalui ruang composting ini diharapkan menghasilkan kompos yang kemudian bisa diolah menjadi pupuk organik. Sehingga pupuk organik ini bisa digunakan untuk sektor pertanian di Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya.
Baca juga: Puluhan Warga Blitar Terjangkit TBC dan Ratusan Suspect
“Pupuk organik itu menjadi kebutuhan hari ini karena bisa memberikan harapan untuk mendapatkan support yang lebih sehat bagi sektor pertanian kita," tandasnya.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan, TPA ini merupakan hal yang wajib diperjuangkan. "Pemkab Sidoarjo melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sidoarjo Tempat Pembuangan Sampah Pilahan (TPSP) di desa-desa akan diperkuat peran dan pengolahan sampahnya," katanya.
Diketahui, TPA Jabon Sidoarjo merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia melalui Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR dengan pemerintah Jerman. Dengan sistem multiyears contract mulai dari tahun 2018 dan berakhir pada Desember 2020.
TPA Jabon Sidoarjo ini sendiri, menggunakan sistem sanitary landfill dengan luas mencapai 5,8 hektar. Kapasitas pengolahan sampahnya mencapai 450 ton per hari, dengan perkiraan umur sekitar 5-7 tahun.
Sedangkan, untuk area pengolahan sampahnya dibagi dalam dua jenis.Yang pertama yakni Composting, dikhususkan untuk sampah hijau yang diolah menjadi pupuk kompos, seperti sampah bekas sayur dan sebagainya. Dimana, kapasitas kompostingnya bisa 35 ton per hari dan hasil akhir komposnya sekira 15 ton per hari.
(msd)