Pakai Sistem Silvofischery, Berhasil Panen Bandeng 1,25 Ton di Lahan Sempit

Jum'at, 12 Maret 2021 - 13:45 WIB
loading...
Pakai Sistem Silvofischery, Berhasil Panen Bandeng 1,25 Ton di Lahan Sempit
Panen bandeng dan udang vaname dilakukan di kawasan tambak dekat Pamurbaya. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Budidaya bandeng tak haus di lahan yang luas. Terbukti, meskipun di lahan yang sempit bisa panen sampai 1,25 ton ikan bandeng.

Keberhasilan hasil budidaya tambak seluas 1 hektar itu bisa berhasil karena penerapan sistem silvofischer.

Uniknya lagi, sistem silvofischery ini memakai pola menggabungkan antara sektor perikanan dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan mangrove yang berada di kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya).

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menuturkan, seluruh aset Pemkot Surabaya yang selama ini tidak dimanfaatkan atau dijaga, akan difungsikan untuk kepentingan masyarakat.

Terlebih di tengah pandemi COVID-19 banyak warga yang mengalami PHK (pemutusan hubungan kerja) dan membutuhkan pekerjaan.

"Kalau itu berupa tambak, kita berikan benih yang mengerjakan masyarakat dan hasilnya diambil masyarakat," kata Cak Eri di sela-sela panen bandeng di Mangrove Wonorejo Surabaya, Jumat (12/3/2021).

Ia melanjutkan, pihaknya akan mempercayakan kepada warga untuk mengelola tanah tersebut agar bisa menjadi lahan perikanan dan pertanian. Tentunya hal ini dilakukan untuk menunjang perekonomian warga sekitar.

"Walaupun tanahnya itu bukan tambak, kita manfaatkan untuk padi dan tanaman lainnya. Jadi seluruh aset pemerintah kota kita gunakan maksimal bagaimana untuk menunjang perekonomian warga," jelasnya.

Pada panen kali ini, katanya, pemkot tak hanya berhasil membudidayakan ikan bandeng, tapi juga udang vaname.

Melalui sistem silvofischery yang diterapkan, pemkot berharap warga mendapatkan manfaat dari hasil perikanan dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan mangrove.

Baca juga: Ditabrak Sedan dan Truk, Pejabat Pemkab Tulungagung Meninggal

"Kita tanam itu 2 rean. Kalau 1 rean sekitar 5.000 (ekor ikan) berarti 2 rean 10 ribu ekor. Kalau tingkat kematiannya sekitar 10 persen, maka tinggal 7.500 ekor atau 1,2 ton. Kalau lahan tambak yang digunakan ini sekitar 800 sampai 1 hektar, merupakan aset pemkot," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Yuniarto Herlambang.

Ia melanjutkan, budidaya perikanan tak hanya dilakukan pemkot di lokasi tersebut. Sebab ke depan, aset-aset pemkot lain yang sudah terdata, baik berupa tambak maupun lahan pertanian, bakal dimanfaatkan untuk membantu perekonomian warga.

Baca juga: Antisipasi Banjir, Gubernur Jatim Khofifah Ajak Relawan Jogo Kali Revitalisasi Sungai

"Nanti kita identifikasi yang berupa tambak. Sebagian nanti ada mangrove, sebagian ada tambak yang memanfaatkan warga. Jadi warga budidaya dan hasilnya bisa dijual untuk membantu perekonomian di situ," jelasnya.
(boy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1744 seconds (0.1#10.140)