Kepsek SMK Dilaporkan Dugaan Pelecehan Seksual, Para Guru Datangi Rumah Siswi
loading...
A
A
A
SURABAYA - Laporan dugaan pelecehan seksual oleh Kepala Sekolah SMK swasta terhadap siswinya di Surabaya terus berjalan. Korban ARN (19) dan keluarganya sudah menyerahkan kasus tersebut kepada pihak berwenang.
Gencarnya pemberitaan kasus dugaan pelecehan seksual membuat sejumlah guru bergerak.Sejumlahguru SMK dikawasan Kedung Anyar, Surabaya itupun mendatangi kediaman ARN di kawasan Babadan, Surabaya.
Soeminto, Ayah ARN menjelaskan, pada hari Jumat (06/3) siang, beberapa guru datang kerumahnya. Sekitar 1,5 jam mereka berdialog membahas masa depan ARN, terutama tentang keberlangsungan pendidikan ARN.
"Guru-gurunya sudah ke rumah membicarakan soal sekolah. Mereka berjanji proses pendidikan anak saya dipastikan aman," katanya. Hanya saja, lanjut Soeminto, anaknya hingga saat ini masih enggan kembali belajar.
Ia mengapresiasi dan berterimakasih atas perhatian guru pada anaknya. Namun Sominto menegaskan, bahwa laporan terus berjalan. "Kami terus berharap agar peristiwa ini tidak menimpah siapapun di lembaga manapun di kemudian hari dan menghentikan oknum yang memiliki karakter pagar makan tanaman," tegasnya.
Sejumlah guru tersebut adalah Husni, Sudi, Nur Arifah, dan Memtifa. Mereka mengaku datang atas nama pribadi sebagai pendidik.
"Mohon maaf Pak, kami datang atas nama pribadi (guru), ikut prihatin dengan kejadian atau peristiwa ini," kata Husni, menyapa orang tua korban, mengawali pembicaraan di rumah itu.
Mereka, seperti yang disampaikan Husni, menegaskan tetap mendukung agar keberlangsungan sekolah korban tetap berjalan, bisa ikut ujian sampai lulus.
"Kami dukung untuk bisa tetap sekolah, nanti teknisnya kita bicarakan. Misalnya ujian bisa dilakukan di rumah, kemudian kalau selesai kita ambil," tuturnya.
Gencarnya pemberitaan kasus dugaan pelecehan seksual membuat sejumlah guru bergerak.Sejumlahguru SMK dikawasan Kedung Anyar, Surabaya itupun mendatangi kediaman ARN di kawasan Babadan, Surabaya.
Soeminto, Ayah ARN menjelaskan, pada hari Jumat (06/3) siang, beberapa guru datang kerumahnya. Sekitar 1,5 jam mereka berdialog membahas masa depan ARN, terutama tentang keberlangsungan pendidikan ARN.
"Guru-gurunya sudah ke rumah membicarakan soal sekolah. Mereka berjanji proses pendidikan anak saya dipastikan aman," katanya. Hanya saja, lanjut Soeminto, anaknya hingga saat ini masih enggan kembali belajar.
Ia mengapresiasi dan berterimakasih atas perhatian guru pada anaknya. Namun Sominto menegaskan, bahwa laporan terus berjalan. "Kami terus berharap agar peristiwa ini tidak menimpah siapapun di lembaga manapun di kemudian hari dan menghentikan oknum yang memiliki karakter pagar makan tanaman," tegasnya.
Sejumlah guru tersebut adalah Husni, Sudi, Nur Arifah, dan Memtifa. Mereka mengaku datang atas nama pribadi sebagai pendidik.
"Mohon maaf Pak, kami datang atas nama pribadi (guru), ikut prihatin dengan kejadian atau peristiwa ini," kata Husni, menyapa orang tua korban, mengawali pembicaraan di rumah itu.
Mereka, seperti yang disampaikan Husni, menegaskan tetap mendukung agar keberlangsungan sekolah korban tetap berjalan, bisa ikut ujian sampai lulus.
"Kami dukung untuk bisa tetap sekolah, nanti teknisnya kita bicarakan. Misalnya ujian bisa dilakukan di rumah, kemudian kalau selesai kita ambil," tuturnya.
(shf)