Kisah Kejayaan Majapahit dan Mitos-mitos Misterius yang Menyelubunginya

Jum'at, 26 Februari 2021 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Kejayaan Majapahit dan Mitos-mitos Misterius yang Menyelubunginya
Candi Brahu, salah satu peninggalan dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Foto/SINDOnews/Tritus Julan
A A A
MOJOKERTO - Nusantara menyatu dalam panji-panji kejayaannya. Majapahit , yang didirikan Raden Wijaya, menjelma menjadi kekuatan adidaya di muka bumi. Wilayah kekuasaannya membentang di kepulauan Nusantara.



Raja pertama yang memiliki nama asli Nararya Sanggramawijaya itu, bertahta pada 1293-1309 masehi, dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Masa keemasan Majapahit terjadi saat tampuk kekuasan dipegang Hayam Wuruk (1350-1389), raja keempat Majapahit.

Mendapat sokongan penuh dari Mahapatih Gajah Mada , putra Tribhuwana Wijayatunggadewi itu mampu menyatukan seluruh Nusantara. Hingga akhirnya runtuh pada sekitar tahun 1500 masehi.

Nagarakertagama menyebutkan, wilayah kekuasan Majapahit meliputi Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur, termasuk Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga sebagian Maluku. Dikutip dari buku Dinamika Islam Filipina, Burma, dan Thailand. Tidak kurang dari 98 kerajaan yang bernaung di bawah kuasa Majapahit.

Ekspansi Majapahit juga merambah ke kerajaan di Semenanjung Malaya (Malaysia dan Brunei), Tumasik (Singapura), serta sebagian Thailand dan Filipina. Konon, angkatan Laut Majapahit sangat kuat, sehingga disebut sebagai Talasokrasi atau Penguasa Laut.

Kisah kejayaan Majapahit , dan mitos-mitosnya masih hingga kini masih harum terdengar. Bahkan, mitos-mitos tersebut menghadirkan misteri yang sulit dipecahkan. Salah satu mitos di balik kejayaan Majapahit, adalah Kamal Padak.

Ada mitos di balik kebesaran Majapahit yang saat ini tak banyak orang tahu. Sejarahwan Mojokerto, Ayuhannafiq mengatakan, jauh berabad-abad sebelum Majapahit, konon Mpu Bharada yang merupakan guru Prabu Airlangga diminta untuk membagi wilayah kerajaan Kahuripan menjadi dua wilayah. Lantaran bingung memilih dua putranya untuk menjadi putra mahkota.

Pembelahan wilayah ini tercatat dalam Serat Calon Arang, Nagarakretagama , dan prasasti Turun Hyang II. Maka terciptalah dua kerajaan baru. Kerajaan barat disebut Kadiri berpusat di kota baru, yaitu Daha, diperintah oleh Sri Samarawijaya. Sedangkan kerajaan timur disebut Janggala berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan, diperintah oleh Mapanji Garasakan.

"Konon katanya saat itu Mpu Bharada terbang membawa kendi berisi air. Air itu kemudian yang memecah kedua wilayah, maka jadilah sungai Brantas. Saat terbang itu, kain yang digunakan Mpu Bharada nyangkut di pohon asem yang sangat tinggi dan besar. Kemudian Mpu Bharada mengeluarkan sabda, pohon tersebut menjadi pendek. Akhirnya disebut Kamal Pandak," katanya.



Pasca isiden tersebut, Mpu Bharada memutuskan untuk berhenti dan tidak melanjutkan prosesi pembelahan wilayah itu sampai tuntas. Kemudian ia berdiam diri dan memutuskan untuk bertapa dan menetap di Kamal Pandak. Konon, raja-raja setelah Airlangga, mencari lokasi dimana Kamal Pandak tersebut. Diyakini, kerajaan yang berdiri di atas Kamal Pandak , bakal bisa menyatukan kerajaan di tanah jawa.

"Mitosnya, Kamal Pandak itu ya di Trowulan, tempat Kerajaan Majapahit. Karena pindah ke Trowulan, Majapahit bisa menyatukan Nusantara. Dalam Nagarakertagama, wilayahnya meliputi Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur. Termasuk Semenanjung Malaya, Tumasik (Singapura), serta sebagian Thailand, dan Filipina," tutur Yuhan.

Pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu yang sangat besar. Bahkan tergolong kerajaan yang kaya raya. Hal itu dibuktikan dari sisa-sisa peninggalannya. Termasuk dari cerita dan buku-buku yang ditulis sejumlah orang yang pernah mengunjungi Kerajaan Majapahit.



Ayuhannafiq menuturkan, dari buku Pastur Odorico Mattiuzzi yang berjudul "Perjalanan Pastur Odorico" disebutkan bahwa, Majapahit merupakan kerajaan yang sangat kaya. Bahkan sang pastur sampai terpesona saat singgah di Kota Raja Wilwatikta pada tahun 1322.

Pastur yang lahir pada tahun 1,286 di Villanova sebuah tempat dekat Kota Pardenone, Friuli Italia, ini mendapatkan izin tinggal sementara di Wilwatikta, dari Raja Majapahit yang dijabat Jayanegara kala itu. Setelah mendapatkan tugas dari Paus Yohanes XXII untuk berangkat ke wilayah Asia Tengah guna menyebarkan agamanya.

"Dalam catatannya, Pastur Odorico menyebutkan saat itu dinding istananya berlapis emas. Di bagian luarnya banyak ukiran-ukiran kesatria-kesatria dari emas. Banyak dari kepala patung ksatria tersebut dikelilingi lingkaran-lingkaran emas seperti orang-orang suci (Santo)," tutur Yuhan.



Berangkat dari itulah mitos kabut tebal yang selalu menyelimuti wilayah kerajaan Majapahit itu ada. Saat itu, lanjut Yuhan, Tahun 1387, Prabu Hayam Wuruk bermimpi, gudang perbendaharaan yang menyimpan koin-koin emas diselimuti kabut putih pekat. Raja ke-4 Majapahit ini lantas meminta agar penjagaan di gudang penyimpanan itu dijaga ketat.

"Malam berikutnya, memang terjadi kabut di gudang penyimpanan dan terjadi pencurian. Sejumlah koin emas hilang. Kejadian itu berulang hingga dua kali. Saat kali kedua inilah penjaga sempat memergoki dan mengejar pencurinya. Saat dikejar, ternyata pencuri itu masuk ke dalam keraton ," imbuhnya.

Kondisi kedaton pun begitu ramai kala itu. Patih Gajah Nggon kala itu ikut serta mengepung kedaton, dimana lokasi itu merupakan tempat peristirahatan Prabu Hayam Wuruk. Gajah Nggon kemudian masuk ke dalam kedaton. Sementara prajurit terus berjaga di luar menunggu aba-aba sang patih.

Baca Juga: Mengintip Petilasan Ken Dedes, Ibu Para Raja Nusantara

"Saat dicek Gajah Nggon , ternyata di dalam Kedaton hanya ada Prabu Hayam Wuruk. Tidak ada pencuri. Selang dua tahun kemudian tepatnya 1389, Prabu Hayam Wuruk mangkat. Sejak itu, kabut putih selalu menyelimuti ibu kota kerajaan sampai saat ini. Mitosnya kabut itu adalah cara Hayam Wuruk melindungi Majapahit," terangnya.

Di wilayah Trowulan, terdapat peninggalan Majapahit , yang sangat dinekal. Yakni, Candi Bajang Ratu. Situs berupa bangunan struktur batu bata ini diyakini merupakan salah satu gerbang kecil di area Kerajaan Majapahit. Bentuk bangunannya berupa gapura beratap mirip dengan bentuk Candi Penataran di Blitar.

Situs Candi Bajang Ratu berdiri kokoh di Desa Temon, Kecamatan Trowulan . Diperkirakan, didirikan pada pertengahan abad ke-13. Beberapa versi menyebutkan, Bajang Ratu diartikan sebagai raja yang gagal. Bajang berarti batal atau bisa juga diartikan kecil atau kerdil. Sementara Ratu berarti raja.



"Candi tersebut dibangun sebagai penghormatan kepada Raja Jayanegara atau yang memiliki nama kecil Kalagemet. Konon, karena Jayanegara ini memerintah dalam kurun waktu yang cukup singkat, sejak tahun 1309-1328," kata Sejarahwan Muda Mojokerto, Ayuhannafiq.

Tak heran, jika Candi Bajang Ratu memiliki mitos yang hingga kini masih dipercaya oleh masyarakat sekitar. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, ada pantangan yang tak boleh dilanggar saat mengunjungi Candi Bajang Ratu. Yakni larangan melintas tepat dari arah depan candi hingga ke belakang.

Konon, para pejabat yang datang ke lokasi tersebut, diminta untuk memutar melewati sisi kiri atau kanan bangunan candi. Jika pantangan itu dilanggar, maka kursi jabatan yang diembannya akan bergeser. Bahkan hingga pejabat tersebut tak lama akan kehilangan jabatannya tersebut.



" Mitos itu pernah dibuktikan oleh Thomas Stamford Raffles ketika menjabat Letnan Gubernur Inggris di Tanah Jawa tahun 1811. Waktu itu, ia datang ke Trowulan. Saat di Bajang Ratu, Raffles melintasi pintu candi untuk melihat bagian belakang gapura. Ia sempat diingatkan oleh warga pribumi diminta agar memutar," kata Ayuhannafiq.

Ketika itu, pribumi tersebut menceritakan kepada Raffles tentang mitos Candi Bajang Ratu yang melekat masyarakat setempat. Termasuk bercerita soal 'raja gagal' Majapahit Jayanegara yang tewas ditikam tabib istana Ra Tanca. Dimana kisah Jayanegara itu menjadi alasan yang mendasari pembuatan candi Bajang Ratu.

"Setelah dari Trowulan, Raffles kembali ke Buitenzorg tempat Letnan Gubernur Jawa berkantor. Tidak sampai setahun pasca kejadian itu, Raffles menerima surat mutasi dari atasannya di India. Ia dipindahtugaskan ke Fort de Kock, wilayah yang sekarang dinamakan Bengkulu. Raffles hanya menjabat 1811-1813," kata Yuhan.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1392 seconds (0.1#10.140)