Mengenal Satwa Sambil Berwisata di PPS Tasikoki
loading...
A
A
A
MINAHASA UTARA - Sebagai upaya merespon dan menanggulangi tingkat perdagangan satwa liar di Indonesia, khususnya wilayah Sulawesi Utara , didirikanlah Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikok.
PPS Tasikoki mulai beroperasi tahun 2004 dan didirikan oleh Yayasan Gibbon. Pada tahun 2010, PPS Tasikoki dipegang oleh manajemen baru dan menjadi salah satu dari lima unit di bawah Yayasan Masarang.
Didirikannya PPS Tasikoki, sebuah kawasan seluas 56 hektar tersebut karena tidak jauh dari lokasi yang terletak di Jalan Raya Tanjung Merah-Kema, Desa Watudambo, Jaga 10, Kecamatan Kauditan, Kabuten Minahasa Utara itu terdapat Pelabuhan di Kota Bitung.
Manager Program PPS Tasikoki Billy Gustafianto mengatakan, Pelabuhan Bitung merupakan salah satu pelabuhan yang cukup terkenal menjadi tempat penyelundupan satwa liar.
Termasuk penyelundupan untuk diperdagangkan dalam negeri, hewan-hewan yang berasal dari Indonesia bagian timur untuk diperdagangankan ke Indonesia bagian barat, di Jawa khususnya maupun satwa-satwa adal Indonesia yang diselundupkan ke luar negeri dengan tujuan Philipina.
"Karena itulah PPS Tasikoki dibuat di tempat ini untuk bisa membantu aparat penegak hukum teristimewa dalam hal menangani satwa-satwa yang disita atau diamankan dari operasi penegakan hukum terhadap perdagangan maupun penyelundupan satwa liar," kata Billy kepada MNC Media Portal Indonesia, Sabtu (20/2/2021).
Selain itu juga di PPS Tasikoki terdapat satwa-satwa lokal endemik Sulawesi yang terancam punah masing sering diburu baik untuk dikonsumsi maupun dijadikan hewan peliharaan.
Secara keseluruhan, PPS Tasikoki sedang merawat sekira 450an hewan yang terdiri dari sekira 50 jenis. Satwa-satwa yang ada sebagian besar merupakan jenis primata, baik yang endemik Sulawesi seperti Monyet Yaki atau Macaca Nigra maupun Monyet Wolai atau Macaca Nigrescens maupun Monyet Dige atau Macaca hecki
"Ada juga beberapa primata yang asalnya dari luar Sulawesi seperti Lutung dan Kukang dari Jawa, Owa dari Kalimantan. Namun sebagian besar juga yang cukup banyak saat ini burung yang sebagian besar berasal dari Papua," ujar Billy.
Sebagian burung tersebut jenis burung paruh bengkok seperti Nuri, Kakatua yang diamankan oleh petugas dari upaya penyelundupan maupun dari peliharaan secara ilegal di Sulawesi Utara.
PPS Tasikoki juga pada awal tahun 2020 melakukan pemulangan satwa Indonesia yang disita di Philipina dan saat ini sedang dalam perawatan.
Billy berharap semoga tidak ada lagi yang melakukan tindak kejahatan terhadap satwa liar baik itu perburuan maupun perdagangan serta memelihara satwa liar, karena satwa liar itu mempunyai nilai penting dalam habitatnya.
"Karena itu ada beberapa jenis yang masuk dalam kategori dilindungi karena mereka mempunyai nilai penting bagi habitatnya selain tingkat populasinya yang semakin lama semakin turun, hampir punah di alam. Kami berharap supaya tidak ada lagi yang berburu, memelihara atau pun memperdagangkan satwa liar sehingga mereka bisa lestari di alam kita bisa melihat mereka berkeliaran bebas di alam tanpa menjadi hewan peliharaan di kandang," tutur Billy
Tujuan utama PPS Tasikoki adalah untuk menyelamatkan, merehabilitasi, dan melepasliarkan spesies asli Sulawesi dan juga Indonesia. Satwa-satwa liar yang tidak berasal dari Sulawesi kelak akan dikembalikan ke daerah asalnya.
Secara garis besar misi dari PPS Tasikoki adalah membantu Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara dalam menegakan hukum, Pelepasliaran satwa yang telah direhabilitasi, Peningkatan standar kesejahteraan satwa serta Pendidikan konservasi untuk masyarakat sekitar.
Saat ini ada berbagai spesies hewan yang sedang dalam rehabilitasi di PPS Tasikoki, yakni Primata di antaranya orangutan, owa, siamang, monyet endemik Sulawesi (monyet yaki, monyet dige, monyet dihe, monyet boti, monyet dare) monyet ekor panjang dan monyet putih
Baca juga: Andrei Angouw Resmi Ditetapkan Walikota Pertama Beragama Konghucu di Indonesia
Mamalia lainnya yakni babirusa, rusa dan beruang madu. Reptil yakni buaya muara, buaya Irian, ular sanca kembang (Phyton) dan kura-kura leher ular. Burung di antaranya Nuri Bayan, Kakatua Raja, Kakatua Jambul Kuning, Kakatua Jambul Kuning Koki, Mambruk, Bohe Wasur, Kakatua Putih dan Kasuari
Kunjungan yang diperbolehkan ke PPS Tasikoki hanyalah yang bersifat edukasional. Satwa liar yang sedang dirawat tidak dipamerkan untuk alasan kesenangan atau hiburan. tujuan dari kunjungan adalah untuk meningkatkan kesadartahuan publik tentang konservasi alam dan keanekaragaman hayati.
Baca juga: Kodim 1309/Manado Gelar Operasi Gabungan Yustisi Penegakan dan Pencegahan Penularan COVID-19
Kunjungan ke area rehabilitasi untuk tur pengenalan satwa di PPS Tasikoki hanya diperbolehkan untuk tujuan pendidikan, dan harus dengan pemberitahuan minimal 72 jam sebelumnya ke pihak PPS Tasikoki. Kunjungan harus dipandu oleh staff PPS Tasikoki.
PPS Tasikoki mulai beroperasi tahun 2004 dan didirikan oleh Yayasan Gibbon. Pada tahun 2010, PPS Tasikoki dipegang oleh manajemen baru dan menjadi salah satu dari lima unit di bawah Yayasan Masarang.
Didirikannya PPS Tasikoki, sebuah kawasan seluas 56 hektar tersebut karena tidak jauh dari lokasi yang terletak di Jalan Raya Tanjung Merah-Kema, Desa Watudambo, Jaga 10, Kecamatan Kauditan, Kabuten Minahasa Utara itu terdapat Pelabuhan di Kota Bitung.
Manager Program PPS Tasikoki Billy Gustafianto mengatakan, Pelabuhan Bitung merupakan salah satu pelabuhan yang cukup terkenal menjadi tempat penyelundupan satwa liar.
Termasuk penyelundupan untuk diperdagangkan dalam negeri, hewan-hewan yang berasal dari Indonesia bagian timur untuk diperdagangankan ke Indonesia bagian barat, di Jawa khususnya maupun satwa-satwa adal Indonesia yang diselundupkan ke luar negeri dengan tujuan Philipina.
"Karena itulah PPS Tasikoki dibuat di tempat ini untuk bisa membantu aparat penegak hukum teristimewa dalam hal menangani satwa-satwa yang disita atau diamankan dari operasi penegakan hukum terhadap perdagangan maupun penyelundupan satwa liar," kata Billy kepada MNC Media Portal Indonesia, Sabtu (20/2/2021).
Selain itu juga di PPS Tasikoki terdapat satwa-satwa lokal endemik Sulawesi yang terancam punah masing sering diburu baik untuk dikonsumsi maupun dijadikan hewan peliharaan.
Secara keseluruhan, PPS Tasikoki sedang merawat sekira 450an hewan yang terdiri dari sekira 50 jenis. Satwa-satwa yang ada sebagian besar merupakan jenis primata, baik yang endemik Sulawesi seperti Monyet Yaki atau Macaca Nigra maupun Monyet Wolai atau Macaca Nigrescens maupun Monyet Dige atau Macaca hecki
"Ada juga beberapa primata yang asalnya dari luar Sulawesi seperti Lutung dan Kukang dari Jawa, Owa dari Kalimantan. Namun sebagian besar juga yang cukup banyak saat ini burung yang sebagian besar berasal dari Papua," ujar Billy.
Sebagian burung tersebut jenis burung paruh bengkok seperti Nuri, Kakatua yang diamankan oleh petugas dari upaya penyelundupan maupun dari peliharaan secara ilegal di Sulawesi Utara.
PPS Tasikoki juga pada awal tahun 2020 melakukan pemulangan satwa Indonesia yang disita di Philipina dan saat ini sedang dalam perawatan.
Billy berharap semoga tidak ada lagi yang melakukan tindak kejahatan terhadap satwa liar baik itu perburuan maupun perdagangan serta memelihara satwa liar, karena satwa liar itu mempunyai nilai penting dalam habitatnya.
"Karena itu ada beberapa jenis yang masuk dalam kategori dilindungi karena mereka mempunyai nilai penting bagi habitatnya selain tingkat populasinya yang semakin lama semakin turun, hampir punah di alam. Kami berharap supaya tidak ada lagi yang berburu, memelihara atau pun memperdagangkan satwa liar sehingga mereka bisa lestari di alam kita bisa melihat mereka berkeliaran bebas di alam tanpa menjadi hewan peliharaan di kandang," tutur Billy
Tujuan utama PPS Tasikoki adalah untuk menyelamatkan, merehabilitasi, dan melepasliarkan spesies asli Sulawesi dan juga Indonesia. Satwa-satwa liar yang tidak berasal dari Sulawesi kelak akan dikembalikan ke daerah asalnya.
Secara garis besar misi dari PPS Tasikoki adalah membantu Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara dalam menegakan hukum, Pelepasliaran satwa yang telah direhabilitasi, Peningkatan standar kesejahteraan satwa serta Pendidikan konservasi untuk masyarakat sekitar.
Saat ini ada berbagai spesies hewan yang sedang dalam rehabilitasi di PPS Tasikoki, yakni Primata di antaranya orangutan, owa, siamang, monyet endemik Sulawesi (monyet yaki, monyet dige, monyet dihe, monyet boti, monyet dare) monyet ekor panjang dan monyet putih
Baca juga: Andrei Angouw Resmi Ditetapkan Walikota Pertama Beragama Konghucu di Indonesia
Mamalia lainnya yakni babirusa, rusa dan beruang madu. Reptil yakni buaya muara, buaya Irian, ular sanca kembang (Phyton) dan kura-kura leher ular. Burung di antaranya Nuri Bayan, Kakatua Raja, Kakatua Jambul Kuning, Kakatua Jambul Kuning Koki, Mambruk, Bohe Wasur, Kakatua Putih dan Kasuari
Kunjungan yang diperbolehkan ke PPS Tasikoki hanyalah yang bersifat edukasional. Satwa liar yang sedang dirawat tidak dipamerkan untuk alasan kesenangan atau hiburan. tujuan dari kunjungan adalah untuk meningkatkan kesadartahuan publik tentang konservasi alam dan keanekaragaman hayati.
Baca juga: Kodim 1309/Manado Gelar Operasi Gabungan Yustisi Penegakan dan Pencegahan Penularan COVID-19
Kunjungan ke area rehabilitasi untuk tur pengenalan satwa di PPS Tasikoki hanya diperbolehkan untuk tujuan pendidikan, dan harus dengan pemberitahuan minimal 72 jam sebelumnya ke pihak PPS Tasikoki. Kunjungan harus dipandu oleh staff PPS Tasikoki.
(boy)