Alamak! Penjualan Sex Toy Laris Manis saat Lockdown di Kolombia
loading...
A
A
A
BOGOTA - Gerson Monje memegang smart phone-nya untuk dengan bangga menunjukkan toko onlinenya yang menjual sex toy.
Tulisan berwarna merah “sold out!” tampak dipasang di hampir setengah produk-produk yang dia jual.
Saat sebagian besar bisnis di Kolombia menderita akibat lockdown lima pekan untuk mencegah penyebaran virus corona, satu industri online mengalami ledakan penjualan di negara yang konservatif itu.
Produk itu adalah sex toy yang kini semakin sulit dibeli secara online di berbagai toko yang menjualnya.
“Penjualan mulai meningkat pada hari keempat pemberlakuan karantina. Kami mengalami kenaikan 50%,” ungkap Monje yang masih memiliki produk-produk untuk dikirim ke konsumen selama lockdown nasional. (BACA JUGA: Bayi Termuda di Dunia Berumur 29 Hari Meninggal karena COVID-19)
“Orang di rumah dan memiliki lebih banyak waktu untuk dilakukan. Mereka dengan pasangannya atau sendiri dan perlu kegembiraan pada aktivitas harian mereka saat sedang intim,” tutur Monje.
Reuters telah mewawancarai pemilik enam toko online sex toy di Kolombia. Semua mengaku mengalami peningkatan penjualan sejak penerapan lockdown.
Warga Kolombia harus tetap di rumah hingga 27 April, kecuali untuk membeli makanan, obat-obatan dan datang ke bank.
Psikolog Dr Caroline Guzman menyatakan sex toy dapat membantu orang tetap bersemangat selama isolasi panjang dan mungkin mengurangi keinginan itu.
“Kolombia memiliki konsep sangat konservatif tentang seksualitas dan pembahasan tentang itu. Ini waktu yang bagus bagi orang untuk membuat mereka menjawab keingintahuannya dan memahami bahwa membeli dan menggunakan produk-produk itu adalah hal yang besar,” ujar Guzman.
Negara-negara lain juga mengalami fenomena sama. Penjualan sex toy di Denmark naik lebih dari dua kali lipat.
Adapun jaringan lingerie Inggris, Ann Summers menyatakan penjualan sex toy naik 27% pada pekan terakhir Maret. (BACA JUGA: Anak-anak Muda di Thailand Dukung Hong Kong dan Taiwan Merdeka, China Marah)
Di dalam toko Sex Sense di Bogota, Manajer Adriana Marin menyemprot kotak-kotak produk dengan disinfektan. Penjualan di tokonya naik meski bagian depan tokonya ditutup.
Tak hanya itu, terjadi persaingan ketat di wilayah itu. Ada sekitar 30 toko sex toy di daerah tersebut.
Di Bali Sex Store di Medellin, penjualan naik 140%. “Produk-produk dengan aplikasi smartphone yang memungkinkan pasangan yang di lokasi berbeda dapat mengontrol alat untuk pasangannya menjadi produk yang laris,” kata Katty Gonzalez, direktur marketing toko itu.
“Sebelumnya orang tidak memiliki waktu karena sangat banyak hal terjadi di kehidupan mereka setiap hari dan saya piker karena apa yang terjadi saat ini, mereka berpeluang mengeksplorasi berbagai hal yang berbeda,” kata dia.
Tulisan berwarna merah “sold out!” tampak dipasang di hampir setengah produk-produk yang dia jual.
Saat sebagian besar bisnis di Kolombia menderita akibat lockdown lima pekan untuk mencegah penyebaran virus corona, satu industri online mengalami ledakan penjualan di negara yang konservatif itu.
Produk itu adalah sex toy yang kini semakin sulit dibeli secara online di berbagai toko yang menjualnya.
“Penjualan mulai meningkat pada hari keempat pemberlakuan karantina. Kami mengalami kenaikan 50%,” ungkap Monje yang masih memiliki produk-produk untuk dikirim ke konsumen selama lockdown nasional. (BACA JUGA: Bayi Termuda di Dunia Berumur 29 Hari Meninggal karena COVID-19)
“Orang di rumah dan memiliki lebih banyak waktu untuk dilakukan. Mereka dengan pasangannya atau sendiri dan perlu kegembiraan pada aktivitas harian mereka saat sedang intim,” tutur Monje.
Reuters telah mewawancarai pemilik enam toko online sex toy di Kolombia. Semua mengaku mengalami peningkatan penjualan sejak penerapan lockdown.
Warga Kolombia harus tetap di rumah hingga 27 April, kecuali untuk membeli makanan, obat-obatan dan datang ke bank.
Psikolog Dr Caroline Guzman menyatakan sex toy dapat membantu orang tetap bersemangat selama isolasi panjang dan mungkin mengurangi keinginan itu.
“Kolombia memiliki konsep sangat konservatif tentang seksualitas dan pembahasan tentang itu. Ini waktu yang bagus bagi orang untuk membuat mereka menjawab keingintahuannya dan memahami bahwa membeli dan menggunakan produk-produk itu adalah hal yang besar,” ujar Guzman.
Negara-negara lain juga mengalami fenomena sama. Penjualan sex toy di Denmark naik lebih dari dua kali lipat.
Adapun jaringan lingerie Inggris, Ann Summers menyatakan penjualan sex toy naik 27% pada pekan terakhir Maret. (BACA JUGA: Anak-anak Muda di Thailand Dukung Hong Kong dan Taiwan Merdeka, China Marah)
Di dalam toko Sex Sense di Bogota, Manajer Adriana Marin menyemprot kotak-kotak produk dengan disinfektan. Penjualan di tokonya naik meski bagian depan tokonya ditutup.
Tak hanya itu, terjadi persaingan ketat di wilayah itu. Ada sekitar 30 toko sex toy di daerah tersebut.
Di Bali Sex Store di Medellin, penjualan naik 140%. “Produk-produk dengan aplikasi smartphone yang memungkinkan pasangan yang di lokasi berbeda dapat mengontrol alat untuk pasangannya menjadi produk yang laris,” kata Katty Gonzalez, direktur marketing toko itu.
“Sebelumnya orang tidak memiliki waktu karena sangat banyak hal terjadi di kehidupan mereka setiap hari dan saya piker karena apa yang terjadi saat ini, mereka berpeluang mengeksplorasi berbagai hal yang berbeda,” kata dia.
(vit)