Pilu Menyaksikan Kehancuran, Gusti Moeng Usir Para Penghalang Upaya Perdamaian Keraton Surakarta

Senin, 15 Februari 2021 - 09:28 WIB
loading...
Pilu Menyaksikan Kehancuran,...
GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng, GKR Timoer Rumbai saat terkunci di dalam Keraton Solo, Kamis (11/2/2021). Foto/Okezone/Bramantyo
A A A
SOLO - Terkurung selama tiga hari dua malam di dalam Keraton Surakarta , membawa hikmah tersendiri bagi adik Raja Hangabehi atau Putri Paku Buwono (PB) XII GKR Wandansari, alias Koesmoertiyah (Gusti Moeng), dan Putri Raja PB XIII GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani.



Usai keluar dari Keraton Surakarta , dua orang putri raja tersebut langsung berziarah ke makam para raja-raja di Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Ziarah diikuti para sentono, para abdi dalem, serta dua penari Tari Bedaya, yakni Ika Prasetyaningsih, dan Bulan Semayani Milawarna, selain itu juga seorang sentana dalem, KRMH Saptono Djati ikut berziarah.



Saat ziarah, Gusti Moeng pun mendoakan agar orang-orang yang menghalang-halangi perdamaian antara Sinuhun Pakubuwono XIII dan adik-adiknya dengan mengaku sebagai utusan raja, segera pergi dari Keraton.

"Orang-orang yang tidak berkepentingan yang mengaku utusan raja , yang malah justru memperkeruh suasana Keraton Surakarta , dan menghambat perdamaian antara kakak dan adik, segera pergi dari keraton," ujarnya.

Gusti Moeng yang juga Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Kasunanan ini mengaku, sangat prihatin melihat kondisi keraton saat ini. Pasca konflik 2017 yang berujung pengusiran dirinya, dan anggota keluarga trah Mataram , serta para sentono dan abdi dalem lainnya yang dianggap berseberangan dengan Pakubuwono XIII , pada 15 April 2017 silam, kondisi keraton tidak terawat.

Sejak pengusiran itu, dirinya dan keluarga besar lainnya tidak bisa masuk lagi ke dalam keraton. Pasalnya, seluruh akses masuk ke dalam ditutup. Dan harus mendapatkan izin dari PB XIII untuk bisa masuk.

"Sehingga kegiatan aktifitas adat dan budaya yang berada di dalam karaton tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, di karenakan tertutupnya semua akses masuk bagi sentono dalem, abdi dalem garap (abdi dalem yang bekerja setiap harinya di dalam karaton)," terangnya.

Menurut Gusti Moeng, ada hikmah di balik dirinya dan keponakannya ( Putri PB XIII ) terkunci di dalam keraton. Di mana dirinya bisa melihat dan mengabadikan kondisi di dalam keraton pasca pengusiran 2017 yang sangat memprihatinkan.

Dia menyaksikan, banyak bangunan cagar budaya yang rusak , tidak terawat. "Ada upaya pembiaran dari yang berkuasa saat ini di dalam keraton, dan sebagian besar sudah berhasil saya dokumentasikan," papar Gusti Moeng.



GKR Wandansari berharap, melalui ziarah ke makam para leluhur pendiri Kerajaan Mataram, dia juga memanjatkan doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar kondisi Keraton Kasunanan kembali bersatu seperti dulu lagi.

"Saya langsung ke makam para leluhur untuk mendoakan para leluhur, dan meminta kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar Keraton Surakarta kembali baik, aktivitas budaya terus berjalan dan rukun damai semuanya," papar Gusti Moeng.



Dua putri raja, GKR Wandansari alias Koesmoertiyah (Gusti Moeng) dan Putri Raja PB XIII GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani bersama dua penari Tari Bedaya, serta sentono terkunci di dalam keraton selama tiga hari dua malam.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4080 seconds (0.1#10.140)