Peneliti Unpad Ungkap Formula Tangani Pandemi COVID-19
loading...
A
A
A
BANDUNG - Di tengah kasus COVID-19 di Indonesia yang terus bertambah, terdeteksi adanya penurunan kasus pada pekan pertama Februari 2021. Penurunan jumlah kasus ini mestinya ditanggapi pemerintah dengan melakukan kajian, agar bisa menemukan formula penanganan COVID-19 di Indonesia.
Kepala Lab Quality Control Departemen Statistika Universitas Padjadjaran (Unpad) , Yuyun Hidayat menyatakan, terdapat isu yang cukup menarik pada minggu pertama Februari. Di mana terjadi penurunan kasus COVID-19 yang nyaris signifikan di Indonesia. Padahal, selama 36 minggu sejak perioda 7 November 2020 sampai 30 January 2021 terjadi kenaikan kasus baru mingguan secara terus menerus selama 13 minggu.
"Penurunan kasus terjadi pada minggu ke-36 yaitu dari 31 Januari sampai 6 Februari. Pada minggu sebelumnya, ada penambahan 88.839 kasus, namun pada pekan pertama Februari, penambahan kasus turun menjadi 80.697 kasus. Ini signifikan, nyaris 10%," katanya, Minggu (14/2/2021).
Menurut dia, sangat penting untuk mengetahui apa penyebab penurunan pada minggu ke-36. Penyebab penurunan harus dianalisis secara ilmiah tidak bisa dikira-kira secara serampangan. Kejadian minggu ke 36 bisa dilacak dari kejadian satu minggu atau dua minggu ke belakang mengingat ada delay effect.
"Sekali lagi tidak mudah untuk mengetahui penyebab dari setiap fenomena. Penyebab hanya bisa dipastikan oleh riset ilmiah. Karena apakah penurunan bersifat sistematik atau random? Ini penting untuk mengetahui penyebab dan menemukan formula agar bisa keluar pandemi," ujarnya.
Menurut dia, hal itu penting, ketimbang Indonesia terjebak pada program yang hanya itu-itu saja. Dia menyebut, fenomena penurunan itu bukan karena 3M, 3T, PSBB, atau PPKM atau apapun istilah yang digunakan pemerintah. Tapi ada hal yang lebih substansial daripada itu semua.
Menurut Yuyun, inilah waktu yang tepat untuk mulai melakukan root cause analysis. Jika timing ini gagal disikapi dengan serius dan dijaga, maka systematic cause dapat dengan mudah berubah menjadi peristiwa random yang sangat tidak diharapkan.
"Ini pandemi sudah satu tahun dan tidak ada hasil yang signifikan. Kita harus mencari alternatif strategi terobosan lain, ini situasi kritis. Tidak bisa terus bertumpu pada konsep yang tidak dapat diimplementasikan. Riset ini kewajiban pemerintah, mereka punya dana dan SDM," jelas dia.
Jika nantinya telah ditemukan penyebabnya, maka bisa dibuat formula khusus untuk menjaga agar kasus terus turun. Nantinya, pemerintah tinggal menjaga atau maintenance dan mengkampanyekan formula tersebut. Sehingga pemerintah punya program terobosan yang menjanjikan untuk menyelesaikan pandemi secara gradual dan terkonfirmasi secara ilmiah.
Lihat Juga: Dedikasi untuk Nutrisi Ibu dan Anak, Della Rahmawati Terima Penghargaan L'Oreal-UNESCO 2024
Kepala Lab Quality Control Departemen Statistika Universitas Padjadjaran (Unpad) , Yuyun Hidayat menyatakan, terdapat isu yang cukup menarik pada minggu pertama Februari. Di mana terjadi penurunan kasus COVID-19 yang nyaris signifikan di Indonesia. Padahal, selama 36 minggu sejak perioda 7 November 2020 sampai 30 January 2021 terjadi kenaikan kasus baru mingguan secara terus menerus selama 13 minggu.
"Penurunan kasus terjadi pada minggu ke-36 yaitu dari 31 Januari sampai 6 Februari. Pada minggu sebelumnya, ada penambahan 88.839 kasus, namun pada pekan pertama Februari, penambahan kasus turun menjadi 80.697 kasus. Ini signifikan, nyaris 10%," katanya, Minggu (14/2/2021).
Menurut dia, sangat penting untuk mengetahui apa penyebab penurunan pada minggu ke-36. Penyebab penurunan harus dianalisis secara ilmiah tidak bisa dikira-kira secara serampangan. Kejadian minggu ke 36 bisa dilacak dari kejadian satu minggu atau dua minggu ke belakang mengingat ada delay effect.
"Sekali lagi tidak mudah untuk mengetahui penyebab dari setiap fenomena. Penyebab hanya bisa dipastikan oleh riset ilmiah. Karena apakah penurunan bersifat sistematik atau random? Ini penting untuk mengetahui penyebab dan menemukan formula agar bisa keluar pandemi," ujarnya.
Menurut dia, hal itu penting, ketimbang Indonesia terjebak pada program yang hanya itu-itu saja. Dia menyebut, fenomena penurunan itu bukan karena 3M, 3T, PSBB, atau PPKM atau apapun istilah yang digunakan pemerintah. Tapi ada hal yang lebih substansial daripada itu semua.
Menurut Yuyun, inilah waktu yang tepat untuk mulai melakukan root cause analysis. Jika timing ini gagal disikapi dengan serius dan dijaga, maka systematic cause dapat dengan mudah berubah menjadi peristiwa random yang sangat tidak diharapkan.
"Ini pandemi sudah satu tahun dan tidak ada hasil yang signifikan. Kita harus mencari alternatif strategi terobosan lain, ini situasi kritis. Tidak bisa terus bertumpu pada konsep yang tidak dapat diimplementasikan. Riset ini kewajiban pemerintah, mereka punya dana dan SDM," jelas dia.
Jika nantinya telah ditemukan penyebabnya, maka bisa dibuat formula khusus untuk menjaga agar kasus terus turun. Nantinya, pemerintah tinggal menjaga atau maintenance dan mengkampanyekan formula tersebut. Sehingga pemerintah punya program terobosan yang menjanjikan untuk menyelesaikan pandemi secara gradual dan terkonfirmasi secara ilmiah.
Lihat Juga: Dedikasi untuk Nutrisi Ibu dan Anak, Della Rahmawati Terima Penghargaan L'Oreal-UNESCO 2024
(shf)