GeNose UGM Resmi Dipakai PT KAI, Bagaimana dengan CePAD Unpad?
loading...
A
A
A
BANDUNG - PT Kereta Api Indonesia (KAI) hari ini mulai menggunakan GeNoseC19 inovasi dari UGM untuk mendeteksi penumpang terinfeksi COVID-19 atau tidak. Terobosan ini menjadi solusi bagi masyarakat, lantaran harganya yang hanya Rp20.000. Jauh lebih murah ketimbang rapid antigen Rp250.000.
Lalu, bagaimana dengan inovasi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) yang telah berhasil membuat tes antigen, CePAD. Diketahui CePAD Unpad digadang-gadang akan dijual lebih murah namun telah berstandar WHO.
Direktur Inovasi dan Korporasi Unpad, Diana Sari menjelaskan, antara GeNose dan CepaD memiliki perbedaan mendasar. GeNose dibuat untuk mendeteksi seseorang yang terpapar virus corona dari bau. Semantara CepaD mendeteksi dari banyaknya virus di dalam tubuh. Bahkan, CepaD bisa mendeteksi paparan virus pada hari pertama seseorang terpapar.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa GeNose adalah penemuan yang sangat baik. Tapi metode CepaD yang merupakan tes antigen ini sesuai standar WHO, terutama untuk mencegah penularan COVID. Karena alat ini bisa mendeteksi sejak hari pertama," kata Diana, Jumat (5/2/2021).
Menurut dia, tes antigen ini juga lebih baik dari tes antibodi. Karena untuk tes antibodi mesti menunggu terbentuknya antibodi, bagi bisa ketahuan seseorang terinfeksi atau tidak. Semantara tes antigen, memiliki akurasi tinggi bagi mereka yang baru saja terpapar.
Oleh karenanya, kata dia, secara harga kit tes antigen akan lebih mahal. Namun, CepaD saat ini berusaha menekan harga dengan melakukan produksi massal. Menurut dia, bila CepaD bisa diproduksi sampai 500.000 kit, maka bisa dijual seharga Rp70.000. Harga ini diharapkan bisa menekan harga tes antigen saat ini yang mencapai Rp250.000.
"Tapi memang persoalan kami ini diinvestasi. Karena kalau bisa produksi massal, kami bisa menjual ke faskes Rp70.000. Doakan saja, semakin cepat ada investor, akan cepat diproduksi masal," katanya.
Lalu, bagaimana dengan inovasi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) yang telah berhasil membuat tes antigen, CePAD. Diketahui CePAD Unpad digadang-gadang akan dijual lebih murah namun telah berstandar WHO.
Direktur Inovasi dan Korporasi Unpad, Diana Sari menjelaskan, antara GeNose dan CepaD memiliki perbedaan mendasar. GeNose dibuat untuk mendeteksi seseorang yang terpapar virus corona dari bau. Semantara CepaD mendeteksi dari banyaknya virus di dalam tubuh. Bahkan, CepaD bisa mendeteksi paparan virus pada hari pertama seseorang terpapar.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa GeNose adalah penemuan yang sangat baik. Tapi metode CepaD yang merupakan tes antigen ini sesuai standar WHO, terutama untuk mencegah penularan COVID. Karena alat ini bisa mendeteksi sejak hari pertama," kata Diana, Jumat (5/2/2021).
Menurut dia, tes antigen ini juga lebih baik dari tes antibodi. Karena untuk tes antibodi mesti menunggu terbentuknya antibodi, bagi bisa ketahuan seseorang terinfeksi atau tidak. Semantara tes antigen, memiliki akurasi tinggi bagi mereka yang baru saja terpapar.
Oleh karenanya, kata dia, secara harga kit tes antigen akan lebih mahal. Namun, CepaD saat ini berusaha menekan harga dengan melakukan produksi massal. Menurut dia, bila CepaD bisa diproduksi sampai 500.000 kit, maka bisa dijual seharga Rp70.000. Harga ini diharapkan bisa menekan harga tes antigen saat ini yang mencapai Rp250.000.
"Tapi memang persoalan kami ini diinvestasi. Karena kalau bisa produksi massal, kami bisa menjual ke faskes Rp70.000. Doakan saja, semakin cepat ada investor, akan cepat diproduksi masal," katanya.
(shf)