Peningkatan Investasi, Dukungan Pemerintah Dibutuhkan untuk Investor di KEK Sei Mangkei
loading...
A
A
A
MEDAN - Pemerintah pusat perlu memperhatikan secara serius serta membantu mendorong minat investor agar membangun usahanya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Kabupaten Simalungun , Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Pasalnya, sejak KEK seluas 2.002,7 ha yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 27 Januari 2015, baru 5 perusahaan yang masuk memanfaatan lahan di kawasan ekonomi khusus tersebut. Artinya, dari luas 100 persen kawasan KIK baru 12,6 persen yang terisi oleh investor.
Padahal, KEK ini memiliki potensi luar biasa dapat meningkatkan perekonomian di Sumut dan khususnya di Kabupaten Simalungun. Apalagi, KEK Sei Mangkei ini juga didukung Pelabuhan Kuala Tanjung yang juga dikembangkan menjadi Kawasan Industri Kuala Tanjung (KIKT) oleh Pelindo I.
Tidak hanya sebagai Hub Indonesia Bagian Barat, tetapi kawasan ini diharapkan akan menciptakan Hinterland baru dengan mengoptimalkan pengembangan lahan dan pertumbuhan industri di sekitar Kuala Tanjung.
Asisten Manager Pemasaran PT Kawasan Industri Nusantara (KINRA) Muhammad Fadillah didampingi Windi Octhiadi mengatakan, sebagai perusahaan pengelola KEK Sei Mangkei, Kabupaten Simalungun, target awal bagi mereka tetap membenahi website marketing untuk mencari investor agar perusahaan-perusahaan masuk ke daerah itu.
"Karena website itu modal utama untuk mencari investor. Memang meyakinkan investor itu tidak semudah membalikkan tangan," Fadillah, Rabu (4/2/2012).
Menurut Fadillah, kendala lingkungan seperti regulasi, persediaan bahan investasi apakah terpenuhi kebutuhannya di KEK Sei Mengkei menjadi pertimbangan penting bagi investor.
Saat ini sudah 5 perusahaan masuk memanfaatkan lahan di KEK Sei Mangkei yakni, PT Unilever, PT Aice, PT Lembaga PT Lestari, PT Cosmos dan PT API.
PT KINDRA, sambung Fadillah saat ini memiliki strategi pemasaran dengan cara menggodok dan menata ulang serta memperbaharui pemasaran.
"Strategi sedang menggodok berusaha menata ulang dan perbaharui pemasaran dengan fokus digital marketing. Kami bermitra dengan perusahan lain," ungkapnya.
Pasalnya, sejak KEK seluas 2.002,7 ha yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 27 Januari 2015, baru 5 perusahaan yang masuk memanfaatan lahan di kawasan ekonomi khusus tersebut. Artinya, dari luas 100 persen kawasan KIK baru 12,6 persen yang terisi oleh investor.
Padahal, KEK ini memiliki potensi luar biasa dapat meningkatkan perekonomian di Sumut dan khususnya di Kabupaten Simalungun. Apalagi, KEK Sei Mangkei ini juga didukung Pelabuhan Kuala Tanjung yang juga dikembangkan menjadi Kawasan Industri Kuala Tanjung (KIKT) oleh Pelindo I.
Tidak hanya sebagai Hub Indonesia Bagian Barat, tetapi kawasan ini diharapkan akan menciptakan Hinterland baru dengan mengoptimalkan pengembangan lahan dan pertumbuhan industri di sekitar Kuala Tanjung.
Asisten Manager Pemasaran PT Kawasan Industri Nusantara (KINRA) Muhammad Fadillah didampingi Windi Octhiadi mengatakan, sebagai perusahaan pengelola KEK Sei Mangkei, Kabupaten Simalungun, target awal bagi mereka tetap membenahi website marketing untuk mencari investor agar perusahaan-perusahaan masuk ke daerah itu.
"Karena website itu modal utama untuk mencari investor. Memang meyakinkan investor itu tidak semudah membalikkan tangan," Fadillah, Rabu (4/2/2012).
Menurut Fadillah, kendala lingkungan seperti regulasi, persediaan bahan investasi apakah terpenuhi kebutuhannya di KEK Sei Mengkei menjadi pertimbangan penting bagi investor.
Saat ini sudah 5 perusahaan masuk memanfaatkan lahan di KEK Sei Mangkei yakni, PT Unilever, PT Aice, PT Lembaga PT Lestari, PT Cosmos dan PT API.
PT KINDRA, sambung Fadillah saat ini memiliki strategi pemasaran dengan cara menggodok dan menata ulang serta memperbaharui pemasaran.
"Strategi sedang menggodok berusaha menata ulang dan perbaharui pemasaran dengan fokus digital marketing. Kami bermitra dengan perusahan lain," ungkapnya.