Tips Jitu Melamar Kerja di Tengah Pandemi COVID-19
loading...
A
A
A
(Baca juga: Harga Cabai Meroket, Petani Blitar: Yang Paling Untung Pedagang )
“Ketika memiliki pengalaman magang misalnya, jangan hanya dituliskan tempat magangnya, namun juga tuliskan tugas dan tanggung jawab yang diemban selama magang,” jelas Luki.
Informasi tersebut perlu dicantumkan agar recruiter tidak menebak-nebak dan mengira bahwa magang yang dilakukan hanya mengantarkan surat atau hal lain yang kurang berkesan. Padahal, banyak mahasiswa yang terlibat dalam proyek bagus ketika melakukan magang.
Selain itu, penting juga melampirkan achievement ketika mengikuti lomba. Tidak harus juara 1, 2, atau 3. Juara harapan juga akan menjadi pertimbangan bagi para recruiter karena menunjukkan bahwa pelamar merupakan orang yang mau berjuang dan tidak mudah menyerah untuk mendapatkan juara tersebut.
“Pelamar model seperti itu (memiliki achievement, red) pasti model orang yang tangguh,” ucapnya.
3. Jujur dan Menjadi Diri Sendiri
Setelah lolos tahap administrasi dan memasuki tahap wawancara, maka hal yang perlu diperhatikan oleh pelamar adalah berlaku jujur dan menjadi diri sendiri. Berlaku jujur yang dimaksudkan adalah tidak berbohong, terlebih ketika ditanyai mengenai kelemahan.
Sebagai contoh, ketika ditanya apakah pernah melanggar peraturan lalu lintas, maka jawab saja jujur, pernah seperti ketika naik motor tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM). Karena ketika kita latihan motor saja itu sudah melanggar peraturan karena tidak memiliki SIM.
“Mengakui kesalahan bukan sesuatu yang buruk tapi mengakui bahwa kita manusia memiliki kesalahan,” jelasnya.
4. Pelajari Nilai dan Budaya Perusahaan
Luki juga menegaskan perlunya pelamar untuk mempelajari budaya dan nilai organisasi atau perusahaan yang dituju. Hal tersebut karena ketika seseorang ditolak, bukan berarti karena dia kurang pintar atau kurang berpengalaman, bisa jadi karena karakternya tidak sesuai dengan budaya dan nilai dalam organisasi tersebut.
Sebagai contoh, pada perusahaan IT mungkin tidak perlu dibutuhkan orang yang suka bergaul karena membuat program biasanya hanya dikerjakan sendiri atau kalau tidak, hanya dengan satu timnya. Berbeda dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang butuh kerja sama tim, sehingga orang yang individualis tidak cocok dengan budaya tersebut.
“Ketika memiliki pengalaman magang misalnya, jangan hanya dituliskan tempat magangnya, namun juga tuliskan tugas dan tanggung jawab yang diemban selama magang,” jelas Luki.
Informasi tersebut perlu dicantumkan agar recruiter tidak menebak-nebak dan mengira bahwa magang yang dilakukan hanya mengantarkan surat atau hal lain yang kurang berkesan. Padahal, banyak mahasiswa yang terlibat dalam proyek bagus ketika melakukan magang.
Selain itu, penting juga melampirkan achievement ketika mengikuti lomba. Tidak harus juara 1, 2, atau 3. Juara harapan juga akan menjadi pertimbangan bagi para recruiter karena menunjukkan bahwa pelamar merupakan orang yang mau berjuang dan tidak mudah menyerah untuk mendapatkan juara tersebut.
“Pelamar model seperti itu (memiliki achievement, red) pasti model orang yang tangguh,” ucapnya.
3. Jujur dan Menjadi Diri Sendiri
Setelah lolos tahap administrasi dan memasuki tahap wawancara, maka hal yang perlu diperhatikan oleh pelamar adalah berlaku jujur dan menjadi diri sendiri. Berlaku jujur yang dimaksudkan adalah tidak berbohong, terlebih ketika ditanyai mengenai kelemahan.
Sebagai contoh, ketika ditanya apakah pernah melanggar peraturan lalu lintas, maka jawab saja jujur, pernah seperti ketika naik motor tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM). Karena ketika kita latihan motor saja itu sudah melanggar peraturan karena tidak memiliki SIM.
“Mengakui kesalahan bukan sesuatu yang buruk tapi mengakui bahwa kita manusia memiliki kesalahan,” jelasnya.
4. Pelajari Nilai dan Budaya Perusahaan
Luki juga menegaskan perlunya pelamar untuk mempelajari budaya dan nilai organisasi atau perusahaan yang dituju. Hal tersebut karena ketika seseorang ditolak, bukan berarti karena dia kurang pintar atau kurang berpengalaman, bisa jadi karena karakternya tidak sesuai dengan budaya dan nilai dalam organisasi tersebut.
Sebagai contoh, pada perusahaan IT mungkin tidak perlu dibutuhkan orang yang suka bergaul karena membuat program biasanya hanya dikerjakan sendiri atau kalau tidak, hanya dengan satu timnya. Berbeda dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang butuh kerja sama tim, sehingga orang yang individualis tidak cocok dengan budaya tersebut.