Sinergi Pentahelix Hulu Hilir untuk Bangun Kemandirian Pangan Nasional

Jum'at, 18 Desember 2020 - 09:00 WIB
loading...
Sinergi Pentahelix Hulu Hilir untuk Bangun Kemandirian Pangan Nasional
Ketersediaan beras Bulog Divre Jabar. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Sinergi pentahelix hulu hilir dinilai menjadi solusi kunci kemandirian sektor pertanian nasional, menghadapi ancaman krisis pangan dunia. Kolaborasi lima kekuatan, akan menciptakan bauran kebijakan strategis, menghasilkan komoditi pertanian berbasis teknologi untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.

(Baca juga: Selama 6 Jam Terdengar 5 Kali Suara Gemuruh Akibat Guguran Dari Puncak Merapi )

Sinergi pentahelix meliputi pemerintah, masyarakat (petani), pelaku usaha, akademisi, dan media massa. Masing-masing perlu memiliki komitmen sama mencari solusi dan membuat inovasi, memastikan sektor agribisnis mampu menjadi solusi di negeri sendiri. Kemandirian pangan penting diupayakan, menyikapi menguatnya isu krisis pangan dunia.

Di Jawa Barat, ancaman krisis pangan pertama kali diingatkan oleh Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPW BI) Provinsi Jawa Barat Herawanto pada akhir November 2020 lalu. Potensi krisis diprediksi bakal terjadi pada pertengahan 2021, seiring melemahnya produktivitas sektor pertanian di beberapa negara dunia.

Indonesia yang selama ini mengandalkan importasi produk pangan terutama beras, diprediksi bakal kesulitan mendapatkan komoditi karbohidrat. Penyebabnya, sejumlah negara seperti Vietnam, Thailand, Myanmar akan mengerem importasi produk pertaniannya, imbas dari pandemi COVID-19 dan perubahan iklim. "Indonesia diprediksi bakal terimbas, terutama pada komoditi karbohidrat seperti beras," kata Herawanto.

(Baca juga: Astaga, Guru Ngaji di Pringsewu Tega Jejali 2 Muridnya Obat Perangsang Hingga Kejang-kejang )

Sayangnya, pemenuhan kebutuhan karbohidrat di Indonesia tak bisa dilepaskan dari ketergantungan terhadap negara lain. Data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah melakukan impor beras sejak medio 2000-an. Delapan negara tercatat menjadi penyumbang impor beras terbesar ke Indonesia yaitu Thailand, Vietnam, Myanmar, Pakistan, India, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Taiwan.

Data lima tahun terakhir, volume impor terbesar terjadi pada 2018 lalu sebanyak 2,2 juta ton. Namun turun pada 2019 menjadi sekitar 444.508 ton. Negara pengimpor beras terbesar pada 2019 berasal dari Pakistan sekitar 182.564 ton. Di urutan kedua, ada Myanmar dengan volume 166.700 ton.



Menurut Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Indonesia tidak perlu khawatir akan ancaman krisis pangan dunia. Indonesia memiliki sejumlah keunggulan yang memungkinkan mandiri pangan melalui berbagai inovasi pertanian, tanpa harus selalu tergantung terhadap beras.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.6122 seconds (0.1#10.140)