Remaja Perempuan di Makassar Nyaris Jadi Korban Perdagangan Manusia
loading...
A
A
A
Dia melanjutkan, In curiga ketika Niken membawanya ke sebuah wisma tidak jauh dari Bandara Sultan Hasanuddin , Kecamatan Biringkanaya pada Minggu 6 Desember, sekitar pukul 17.00 Wita. Di sana In diperkenalkan dengan wanita lain bernama Lia.
Perempuan bernama Lia ini sambung Lukman, kembali menambah fasilitas In selama pelarian ke berbagai tempat di Kota Makassar. In bahkan dibuatkan KTP baru tanpa diketahui oleh keluarganya. Pembuatan identitas baru untuk memudahkan pengurusan administrasi In mengurus paspor, hingga tiket pesawat ke daerah tujuan, di Dobo.
Dilanjutkan Lukman, selama berada di bawah pengawasan Lia, Niken dan Firsah, In mengaku mendapat perlakuan baik. Makan, minum, sampai uang saku tiap hari diberikan. "Di wisma itu ada beberapa perempuan lain yang diduga korban yang sama seperti In," ucapnya.
Dari pengakuan In, ada empat orang sebayanya dengan asal daerah yang beragam, salah satunya Parepare. In dan satu rekannya sama-sama berasal dari Makassar. "Sampai ada na dengar ini anak ada lagi dua orang yang mau diambil dari Manado sama Bantaeng," imbuh Lukman.
Dia menerangkan, Lia mulai membolehkan korban memberitahukan keluarganya, jika akan bekerja sebagai karyawan swalayan di Dobo. "Karena sudah dapat kabar begitu orang tua sama kakaknya ini anak senang. Kan lama menghilang," tuturnya.
Namun keluarga meminta bertemu malam itu juga, "Tapi tidak dibolehkan sama Lia, kan dia yang komunikasi sama orang tuanya ini korban. "Mulai dari situ ini anak curiga. Kenapa mau diberangkatkan tapi tidak dapat izin," jelas Lukman.
Sekitar pukul 02.00 Wita, Senin 7 Desember. Lia yang mengaku sebagai pemilik tempat hiburan malam di Dobo, memberikan pakaian bergaya minim. "Disuruh pakai. Tapi karena pakaian seksi-seksi makin curiga. Makanya dia bertanya kenapa saya mau kerja di swalayan tapi pakaian seksi begini," ungkap Lukman.
Tidak lama, korban mendengar perbincangan lewat telepon diduga pria hidung belang dengan Lia. "Ada bahasa Rp15 juta, kalau tiba di Dobo tapi harus layani laki-laki. Di situ marah. Ini Lia bilang kenapa ko tidak mau diboking, ini saja baru foto sudah ditawari Rp15 juta," imbuh Lukman.
Pagi harinya sekitar pukul 08.00 Wita, korban menelepon ke kakaknya, untuk menjemput dirinya di dekat bandara, tidak jauh dari depan toko kue, "Kabur lah di situ karena kurang pengawasan. Dijemput sama kakaknya dibawa pulang ke rumahnya. Diceritami sama keluarganya ini masalah," tuturnya.
Perempuan bernama Lia ini sambung Lukman, kembali menambah fasilitas In selama pelarian ke berbagai tempat di Kota Makassar. In bahkan dibuatkan KTP baru tanpa diketahui oleh keluarganya. Pembuatan identitas baru untuk memudahkan pengurusan administrasi In mengurus paspor, hingga tiket pesawat ke daerah tujuan, di Dobo.
Dilanjutkan Lukman, selama berada di bawah pengawasan Lia, Niken dan Firsah, In mengaku mendapat perlakuan baik. Makan, minum, sampai uang saku tiap hari diberikan. "Di wisma itu ada beberapa perempuan lain yang diduga korban yang sama seperti In," ucapnya.
Dari pengakuan In, ada empat orang sebayanya dengan asal daerah yang beragam, salah satunya Parepare. In dan satu rekannya sama-sama berasal dari Makassar. "Sampai ada na dengar ini anak ada lagi dua orang yang mau diambil dari Manado sama Bantaeng," imbuh Lukman.
Dia menerangkan, Lia mulai membolehkan korban memberitahukan keluarganya, jika akan bekerja sebagai karyawan swalayan di Dobo. "Karena sudah dapat kabar begitu orang tua sama kakaknya ini anak senang. Kan lama menghilang," tuturnya.
Namun keluarga meminta bertemu malam itu juga, "Tapi tidak dibolehkan sama Lia, kan dia yang komunikasi sama orang tuanya ini korban. "Mulai dari situ ini anak curiga. Kenapa mau diberangkatkan tapi tidak dapat izin," jelas Lukman.
Sekitar pukul 02.00 Wita, Senin 7 Desember. Lia yang mengaku sebagai pemilik tempat hiburan malam di Dobo, memberikan pakaian bergaya minim. "Disuruh pakai. Tapi karena pakaian seksi-seksi makin curiga. Makanya dia bertanya kenapa saya mau kerja di swalayan tapi pakaian seksi begini," ungkap Lukman.
Tidak lama, korban mendengar perbincangan lewat telepon diduga pria hidung belang dengan Lia. "Ada bahasa Rp15 juta, kalau tiba di Dobo tapi harus layani laki-laki. Di situ marah. Ini Lia bilang kenapa ko tidak mau diboking, ini saja baru foto sudah ditawari Rp15 juta," imbuh Lukman.
Pagi harinya sekitar pukul 08.00 Wita, korban menelepon ke kakaknya, untuk menjemput dirinya di dekat bandara, tidak jauh dari depan toko kue, "Kabur lah di situ karena kurang pengawasan. Dijemput sama kakaknya dibawa pulang ke rumahnya. Diceritami sama keluarganya ini masalah," tuturnya.