Hadapi Corona, Perguruan Tinggi Desain Ulang Tindakan Strategis
loading...
A
A
A
SURABAYA - Merebaknya wabah pandemi COVID-19 tidak hanya merubah aktivitas individu, tetapi juga mempengaruhi sektor global seperti bidang ekonomi, politik, kesehatan dan pendidikan termasuk internasionalisasi perguruan tinggi di Indonesia.
(Baca juga: Dukung Perpanjangan PSBB, Sampoerna Hentikan Produksi )
Sub Koordinator Penguatan Kelembagaan Perguruan Tinggi Kemendikbud Republik Indonesia, Adhrial Refaddin menyebut, masa pandemi COVID-19 memberi kesempatan bagi perguruan tinggi untuk merencanakan program dan memformulasikan strategi internasionalisasi di perguruan tinggi masing-masing.
Lantas spa saja yang perlu dipersiapkan selama masa pandemi COVID-19? Adhrial menjelaskan, saat inilah waktunya perguruan tinggi mulai rebranding internationalization. Misalnya, mengubah platform komunikasi menjadi online. Mengevaluasi kembali kebijakan dan mendesain ulang tindakan strategis perguruan tinggi.
"Langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi mitra kerjasama perguruan tinggi dan mahasiswa yang potensial serta membuat program yang dapat mencapai tujuan bersama," katanya saat menjadi pembicara dalam seminar online Ubaya Webinar COVID-19 Series yang diselenggarakan oleh Direktorat Kerjasama Kelembagaan, Senin (11/5/2020).
Adhrial menegaskan, bahwa kondisi yang terjadi saat ini bukan akhir dari internasionalisasi perguruan tinggi di Indonesia. Menurutnya, ada beragam cara yang dapat dilakukan selama pandemi COVID-19, sehingga nantinya menjadi hal normal bagi internasionalisasi perguruan tinggi di Indonesia.
"Kegiatan pertama yang dapat dilakukan yaitu internationalization at home," kata dia. Kegiatan selanjutnya ada mobility without movement, yaitu mobilitas yang dapat dilakukan tanpa menghadirkan seseorang secara langsung. Berikutnya, melakukan transformasi pembelajaran menggunakan kemajuan teknologi yang relevan.
"Kemudian yang terakhir sesuai dengan tujuan Kampus Merdeka bahwa perguruan tinggi saat ini diharapkan mampu membina dan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan dibutuhkan oleh sektor publik atau industri," tegasnya.
Direktur Kerjasama Kelembagaan Ubaya, Adi Tedjakusuma menambahkan, ada langkah dan tindakan yang telah dilakukan Ubaya menghadapi internasionalisasi perguruan tinggi saat pandemi COVID-19. Melalui bagan yang ditampilkan, pembahasan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu kegiatan Pre-COVID-19, Current State, dan New Normal and Challenges.
Ia melanjutkan, bagaimana kondisi pembelajaran setelah wabah ini usai? Menurutnya hal ini merupakan kondisi dan tantangan bagi perguruan tinggi. Setelah wabah telah selesai, penilaian pemerintah atau kementerian yang terkait internasionalisasi mungkin bisa berubah khususnya tentang mobility without movement.
Setelah COVID-19 masuk ke Indonesia atau current state, beberapa rencana kegiatan internasionalisasi Ubaya mulai dirubah dan disesuaikan dengan kondisi saat ini. Hal pertama yang bisa kita lakukan yaitu memastikan kondisi mahasiswa asing dan selalu update perkembangan dan peraturan pemerintah. Kemudian mulai mengadakan pembelajaran secara online serta membuat program webinar sessions.
"Kita juga membatalkan program pertukaran mahasiswa untuk bulan Agustus, melakukan Work From Home (WFH), dan memaksimalkan komunikasi secara online dengan mitra perguruan tinggi," lanjutnya.
Ubaya Webinar dengan tema "Tantangan dan Prospek Internasionalisasi Perguruan Tinggi Indonesia di Masa Pandemik COVID-19" kali ini diikuti oleh 55 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian dari Ubaya Webinar COVID-19 Series yang diselenggarakan oleh Direktorat Kerjasama Kelembagaan.
(Baca juga: Dukung Perpanjangan PSBB, Sampoerna Hentikan Produksi )
Sub Koordinator Penguatan Kelembagaan Perguruan Tinggi Kemendikbud Republik Indonesia, Adhrial Refaddin menyebut, masa pandemi COVID-19 memberi kesempatan bagi perguruan tinggi untuk merencanakan program dan memformulasikan strategi internasionalisasi di perguruan tinggi masing-masing.
Lantas spa saja yang perlu dipersiapkan selama masa pandemi COVID-19? Adhrial menjelaskan, saat inilah waktunya perguruan tinggi mulai rebranding internationalization. Misalnya, mengubah platform komunikasi menjadi online. Mengevaluasi kembali kebijakan dan mendesain ulang tindakan strategis perguruan tinggi.
"Langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi mitra kerjasama perguruan tinggi dan mahasiswa yang potensial serta membuat program yang dapat mencapai tujuan bersama," katanya saat menjadi pembicara dalam seminar online Ubaya Webinar COVID-19 Series yang diselenggarakan oleh Direktorat Kerjasama Kelembagaan, Senin (11/5/2020).
Adhrial menegaskan, bahwa kondisi yang terjadi saat ini bukan akhir dari internasionalisasi perguruan tinggi di Indonesia. Menurutnya, ada beragam cara yang dapat dilakukan selama pandemi COVID-19, sehingga nantinya menjadi hal normal bagi internasionalisasi perguruan tinggi di Indonesia.
"Kegiatan pertama yang dapat dilakukan yaitu internationalization at home," kata dia. Kegiatan selanjutnya ada mobility without movement, yaitu mobilitas yang dapat dilakukan tanpa menghadirkan seseorang secara langsung. Berikutnya, melakukan transformasi pembelajaran menggunakan kemajuan teknologi yang relevan.
"Kemudian yang terakhir sesuai dengan tujuan Kampus Merdeka bahwa perguruan tinggi saat ini diharapkan mampu membina dan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan dibutuhkan oleh sektor publik atau industri," tegasnya.
Direktur Kerjasama Kelembagaan Ubaya, Adi Tedjakusuma menambahkan, ada langkah dan tindakan yang telah dilakukan Ubaya menghadapi internasionalisasi perguruan tinggi saat pandemi COVID-19. Melalui bagan yang ditampilkan, pembahasan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu kegiatan Pre-COVID-19, Current State, dan New Normal and Challenges.
Ia melanjutkan, bagaimana kondisi pembelajaran setelah wabah ini usai? Menurutnya hal ini merupakan kondisi dan tantangan bagi perguruan tinggi. Setelah wabah telah selesai, penilaian pemerintah atau kementerian yang terkait internasionalisasi mungkin bisa berubah khususnya tentang mobility without movement.
Setelah COVID-19 masuk ke Indonesia atau current state, beberapa rencana kegiatan internasionalisasi Ubaya mulai dirubah dan disesuaikan dengan kondisi saat ini. Hal pertama yang bisa kita lakukan yaitu memastikan kondisi mahasiswa asing dan selalu update perkembangan dan peraturan pemerintah. Kemudian mulai mengadakan pembelajaran secara online serta membuat program webinar sessions.
"Kita juga membatalkan program pertukaran mahasiswa untuk bulan Agustus, melakukan Work From Home (WFH), dan memaksimalkan komunikasi secara online dengan mitra perguruan tinggi," lanjutnya.
Ubaya Webinar dengan tema "Tantangan dan Prospek Internasionalisasi Perguruan Tinggi Indonesia di Masa Pandemik COVID-19" kali ini diikuti oleh 55 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian dari Ubaya Webinar COVID-19 Series yang diselenggarakan oleh Direktorat Kerjasama Kelembagaan.
(eyt)