Keren, Aplikasi Telepon Pintar dari Unpad Ini Mampu Deteksi Kualitas Padi

Jum'at, 27 November 2020 - 14:27 WIB
loading...
Keren, Aplikasi Telepon Pintar dari Unpad Ini Mampu Deteksi Kualitas Padi
Tim Peneliti Unpad Bandung menciptakan aplikasi di telepon pintar untuk membantu petani dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam produksi padi. Foto/Ist
A A A
BANDUNG - Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung menciptakan inovasi untuk membantu petani dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam produksi padi. Inovasi yang dikembangkan berupa aplikasi pada perangkat telepon pintar yang memudahkan petani dan PPL dalam mengidentifikasi kecukupan pupuk serta potensi serangan penyakit pada tanaman padi.

Aplikasi “Decision Support System (DSS) Padi” ini dikembangkan oleh tim dosen dan mahasiswa dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian dan Fakultas Pertanian Unpad. Ketua Peneliti, Mimin Muhaemin menjelaskan, DSS Padi dinilai lebih praktis untuk melakukan identifikasi tanaman padi ketimbang alat identifikasi yang ada di lapangan.

(Baca juga: Inovasi, Dosen Unpad Ini Ciptakan Aplikasi Pengukur Stres dari Ponsel)

“Sebenarnya ada alat dari pemerintah berupa bagan warna daun, tetapi banyak petani yang tidak menggunakannya dengan alasan kurang praktis. Kalau lewat handphone, semua petani dan PPL pasti akan membawa,” ujar Mimin, Jumat (27/11/2020).

(Baca juga: Tragis, Usai Nyanyi Karaoke dengan Tamu, Pemandu Lagu Tewas Dibantai Suami)

Di sisi lain, banyak petani dan PPL yang kurang menguasai beragam permasalahan di lapangan terkait tanaman padi. Padahal, selama ini sudah banyak hasil penelitian dan publikasi ilmiah yang sudah dilakukan para ilmuwan.

Untuk itu, Mimin dan tim mencoba menjembatani hasil penelitian tersebut kepada para petani dan PPL. Pengembangan aplikasi diharapkan akan lebih efektif, karena hampir semua petani maupun PPL memiliki telepon pintar.

Mimin menjelaskan, aplikasi DSS Padi dikembangkan sejak 2018. Pada awalnya, aplikasi DSS Padi awalnya bertujuan untuk petani untuk melakukan identifikasi kecukupan pemberian pupuk nitorgen pada padi.

Selanjutnya dibantu dosen dari Departemen Hama dan Penyakit Tanaman Faperta Unpad, tim mengembangkan kembali aplikasi agar bisa mengidentifikasi serangan penyakit, khususnya serangan blast dan brownspot.

Dosen FTIP Unpad yang juga menjadi anggota tim peneliti, Muhammad Saukat menjelaskan, untuk menggunakannya, pengguna terlebih dahulu melakukan registrasi awal. Registrasi ini diperlukan untuk mengidentifikasi nama pengguna, lokasi tanam, serta jenis padi yang ditanam. Nantinya, data ini akan tersimpan di database untuk keperluan pengembangan aplikasi ke depan.

Selanjutnya, pengguna dapat mengunggah foto kondisi tanaman padi ke aplikasi. Saukat menjelaskan, foto yang diunggah bisa foto yang diambil secara langsung ataupun foto yang tersimpan di galeri ponsel.

Foto yang telah diunggah akan dikirim ke server untuk dianalisis. Dari foto tersebut, server akan menentukan apakah tanaman padi sudah cukup nutrisinya atau belum.

Lebih lanjut Saukat mengatakan, proses analisis foto di server tidak memerlukan waktu yang lama, bergantung pada kondisi sinyal internetnya. Tidak kurang dari 5 menit, analisis foto dapat langsung ditampilkan di aplikasi. “Agar pemrosesan image di server lebih optimal, sebaiknya upload banyak foto dengan beberapa angle,” kata Saukat.

Selain itu, hasil analisis juga bergantung pada kualitas foto yang diunggah. Mimin menjelaskan, aplikasi akan memberi peringatan apabila foto tidak memadai untuk dianalisis, contohnya buram. Ke depan, Mimin dan tim juga akan mengembangkan aplikasi dengan kemampuan mengolah foto lebih presisi untuk menghasilkan analisis yang lebih presisi pula.

Penelitian aplikasi ini bekerja sama dengan Yanmar Environmental Sustainability Support Association (YESSA) di Jepang selaku pemberi hibah. Selama 2 tahun, tim terus mengembangkan aplikasi dan menambahkan sejumlah fitur terbaru.

Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTIP Unpad, Handarto menambahkan, dalam 2 tahun, Yanmar memberikan hibah senilai USD35.000 US Dollar. “Unpad berhasil mendapat hibah berdasarkan beberapa parameter yang membuat YESSA menyetujui riset kita,” katanya.

Diharapkan, proyek riset dengan YESSA ini dapat terus berkelanjutan meski terkendala pandemi COVID-19. Tidak hanya menghasilkan inovasi aplikasi, proyek riset ini juga berhasil meluluskan mahasiswa Sarjana hingga mengarah pada publikasi internasional. “Kita juga berhasil mendapat rekognisi internasional dari agensi internasional,” tuturnya.

Saat ini, aplikasi DSS Padi sudah diujicobakan di 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Cianjur, Sumedang, dan Indramayu. Diharapkan, DSS Padi dapat berkontribusi meningkatkan kinerja pertanian.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1161 seconds (0.1#10.140)