Parepare dan Pinrang Pertimbangkan Gelar Sekolah Luring
loading...
A
A
A
PAREPARE - Pemerintah Kota Parepare dan Kabupaten Pinrang, masih mempertimbangkan untuk menggelar pembelajaran secara luring atau tatap muka, yang diwacanakan pada Januari 2021 mendatang.
Hal ini menyusul kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim membuka sekolah tatap muka pada Januari 2021 mendatang pada daerah yang sudah aman penularan Covid-19.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Parepare , Arifuddin Idris, mengatakan, kebijakan terkait sekolah luring per Januari tahun depan, masih akan dipertimbangkan. Kebijakan tersebut, kata dia tetap bermuara pada kewenangan kepala daerah dalam hal ini Wali Kota Parepare, Taufan Pawe.
"Selain tentunya ada persetujuan komite sekolah dan para orang tua siswa. Masih jadi pertimbangan. Setelah libur semester, akan kita ajukan ke pimpinan. Kewenangan pimpinan menyetujui atau tidak," jelasnya.
Arifuddin mengemukakan, memulai kembali sekolah tatap muka pun dibutuhkan kesiapan yang matang dan harus memenuhi protokol kesehatan (Prokes) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) guna menghindari penyebaran Covid-19.
Utamanya, kata dia, dalam lingkungan sekolah. Namun, lanjutnya, Parepare telah memiliki SOP, diantaranya sekolah dibuat sistem shift, dengan pembatasan jam belajar dan jumlah siswa dalam satu ruang kelas belajar (rumbel).
"Yang normalnya per mata pelajaran 1,5 jam dikurangi antara 20 sampai 25 menit. Karena kalau terlalu lama dalam ruangan, juga tentu beresiko bagi pelajar," jelasnya.
SOP lainnya, kata Arifuddin, penghapusan jam istirahat atau keluar main, serta meniadakan kantin sekolah. Bahkan, jam pulang pun harus diatur agar tidak bersamaan, hingga proses pelajar menunggu jemputan setelah bubar sekolah, semua harus difikirkan.
"Termasuk menyediakan alat pengukur suhu tubuh dan fasilitas cuci tangan yang airnya mengalir pada tiap rumbel. Dan semua akan kita bahas melinatkan stake holder serta para guru," paparnya.
Arifuddin menambahkan, akan dibukanya sekolah tatap muka atau tidak di Parepare, tergantung kondisi perkembangan kasus Corona. Karena salah satu syarat paling utama sekolah luring, mesti melihat kondisi kelandaian daerah.
"Jangan sampai keinginan besar sekolah luring tidak dibarengi kedisiplinan masyarakat terhadap prokes. Kalau kita zona kuning dan hijau, mungkin masih memungkinkan dilakukan," ujarnya.
Sementara Bupati Kabupaten Pinrang, Irwan Hamid mengatakan, perkembangan penyebaran Covid-19 Pinrang yang hingga kini masih landai, belum memungkinkan dibukanya sekolah luring.
Kesiapan, kata dia, tak sebatas dititik beratkan pada pihak sekolah, tapi juga pada orang tua dan para pelajar.
"Belum bisa kita pastikan soal pembelajaran secara tatap muka , sejauh Pinrang belum kembali ke zona hijau," tegasnya.
Sebelumnya, kata Irwan, saat masih berada di zona hijau, Pinrang sempat melakukan uji coba sekolah tatap muka pada sejumlah sekolah tingkat dasar dan menengah pertama. Namun, kata dia, itu tidak berlangsung lama setelah terkonfirmasi adanya pelajar yang terpapar Korona.
"Itu betul-betul telah diterapkan prokes yang sangat ketat, tapi tetap saja terjadi penyebaran Covid-19. Sehingga menjadi pertimbangan jika sekolah luring dibuka kembali," tandasnya.
Hal ini menyusul kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim membuka sekolah tatap muka pada Januari 2021 mendatang pada daerah yang sudah aman penularan Covid-19.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Parepare , Arifuddin Idris, mengatakan, kebijakan terkait sekolah luring per Januari tahun depan, masih akan dipertimbangkan. Kebijakan tersebut, kata dia tetap bermuara pada kewenangan kepala daerah dalam hal ini Wali Kota Parepare, Taufan Pawe.
"Selain tentunya ada persetujuan komite sekolah dan para orang tua siswa. Masih jadi pertimbangan. Setelah libur semester, akan kita ajukan ke pimpinan. Kewenangan pimpinan menyetujui atau tidak," jelasnya.
Arifuddin mengemukakan, memulai kembali sekolah tatap muka pun dibutuhkan kesiapan yang matang dan harus memenuhi protokol kesehatan (Prokes) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) guna menghindari penyebaran Covid-19.
Utamanya, kata dia, dalam lingkungan sekolah. Namun, lanjutnya, Parepare telah memiliki SOP, diantaranya sekolah dibuat sistem shift, dengan pembatasan jam belajar dan jumlah siswa dalam satu ruang kelas belajar (rumbel).
"Yang normalnya per mata pelajaran 1,5 jam dikurangi antara 20 sampai 25 menit. Karena kalau terlalu lama dalam ruangan, juga tentu beresiko bagi pelajar," jelasnya.
SOP lainnya, kata Arifuddin, penghapusan jam istirahat atau keluar main, serta meniadakan kantin sekolah. Bahkan, jam pulang pun harus diatur agar tidak bersamaan, hingga proses pelajar menunggu jemputan setelah bubar sekolah, semua harus difikirkan.
"Termasuk menyediakan alat pengukur suhu tubuh dan fasilitas cuci tangan yang airnya mengalir pada tiap rumbel. Dan semua akan kita bahas melinatkan stake holder serta para guru," paparnya.
Arifuddin menambahkan, akan dibukanya sekolah tatap muka atau tidak di Parepare, tergantung kondisi perkembangan kasus Corona. Karena salah satu syarat paling utama sekolah luring, mesti melihat kondisi kelandaian daerah.
"Jangan sampai keinginan besar sekolah luring tidak dibarengi kedisiplinan masyarakat terhadap prokes. Kalau kita zona kuning dan hijau, mungkin masih memungkinkan dilakukan," ujarnya.
Sementara Bupati Kabupaten Pinrang, Irwan Hamid mengatakan, perkembangan penyebaran Covid-19 Pinrang yang hingga kini masih landai, belum memungkinkan dibukanya sekolah luring.
Kesiapan, kata dia, tak sebatas dititik beratkan pada pihak sekolah, tapi juga pada orang tua dan para pelajar.
"Belum bisa kita pastikan soal pembelajaran secara tatap muka , sejauh Pinrang belum kembali ke zona hijau," tegasnya.
Sebelumnya, kata Irwan, saat masih berada di zona hijau, Pinrang sempat melakukan uji coba sekolah tatap muka pada sejumlah sekolah tingkat dasar dan menengah pertama. Namun, kata dia, itu tidak berlangsung lama setelah terkonfirmasi adanya pelajar yang terpapar Korona.
"Itu betul-betul telah diterapkan prokes yang sangat ketat, tapi tetap saja terjadi penyebaran Covid-19. Sehingga menjadi pertimbangan jika sekolah luring dibuka kembali," tandasnya.
(agn)