Kolang Kaling Jadi Alternatif Usaha saat di-PHK atau Dirumahkan

Minggu, 10 Mei 2020 - 17:46 WIB
loading...
Kolang Kaling Jadi Alternatif Usaha saat di-PHK atau Dirumahkan
Petani kolang kaling di Desa Pasir Munjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta tetap stabil di tengah potensi rawan pangan akibat pandemi COVID 19. Foto/SINDOnews/Asep Supiandi
A A A
PURWAKARTA - Warga terdampak secara ekonomi akibat pandemi COVID-19 di Kabupaten Purwakarta terus bertambah. Sangat samar untuk membedakan antara warga rawan miskin baru dengan warga yang sejak lama terkategori miskin.

Terlebih bantuan sosial (bansos) yang dijanjikan tidak juga kunjung datang, lengkaplah penderitaan sebagian warga Purwakarta itu.

Namun bagi warga Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, sumber daya alam di wilayah itu telah menjadi solusi atas lemahnya daya beli masyarakat di saat wabah Corona.

Pohon aren atau dalam bahasa Latin, Arenga Pinnata, menjadi salah satu sumber pendapatan pendongkrak ekonomi keluarga. Bagi sebagian warga Desa Pasirmunjul, pohon aren telah menjadi sumber usaha alternatif dikala usaha lain sedang lesu.

Termasuk warga yang sebelumnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dirumahkan, bisa mencoba usaha dengan memanfaatkan pohon aren.

Diketahui, pohon aren merupakan penghasil buah kolang kaling (buah atap) atau dalam Bahasa Belanda disebut glibbertjes, secara harafiah berarti benda-benda licin kecil.

Buah ini tampak lonjong dan transparan serta sering dijadikan camilan kenyal dan digunakan sebagai bahan kolak atau pun sup buah. Lumrahnya buah ini selalu ada saat Ramadhan dan banyak dijual di pasar tradisional hingga supermarket.

Rupanya warga Pasirmunjul ini cukup cerdik memanfaatkan peluang usaha. Banyak di antara mereka mendadak beralih profesi yang semula buruh pabrik atau usaha jenis lain, kini menjadi petani kolang kaling.

Bagaimana tidak menggiurkan, sumber daya alam berupa pohon aren di wilayah itu terbilang banyak. Ditambah keterampilan mumpuni warga dalam mengolah kolang kaling dari mulai awal hingga siap dipasarkan.

“Sering kali, kolang-kaling yang sudah diolah tidak lama-lama ada di rumah. Langsung suka ada yang beli begitu tahu kalau di rumah kami ada stok,” ungkap petani kolangkaling, Sapei (47).

Dia menuturkan, menggeluti usaha kolang kaling dilakoninya bersaam Kohar (30) tetangganya. Usaha ini sudah mereka geluti dalam beberapa waktu terakhir dan dirasa lebih menjanjikan disbanding usaha lainnya.

Apalagi saat Ramdhan, buah kolang kaling seolah menu wajib saat berbuka puasa. Tak heran banyak warga lain yang memburu buah ini.

Sehari, Sapei mengaku mampu memproduksi sedikitnya 30 kg kolang kaling. Buah yang mereka beli dijual setelah melalui serangkaian pengeolahan sebesar Rp10.000/kg. “Ya, rata-rata mampu memproduksi 30 kg dalam sehari,” ujar Sapei.

Sejauh ini, baginya Pandemi COVID 19 tidak terlalu berpengaruh kepada usahanya. Kegiatan ekonomi keluarga masih tetap terjaga disaat orang lain sudah kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan pokok. “Mudah-mudahan wabah corona cepat selesai,” tutur dia.
(awd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1516 seconds (0.1#10.140)