UNIMIG Indonesia: Perbudakan Dialami ABK Indonesia di Kapal Taiwan

Sabtu, 09 Mei 2020 - 16:39 WIB
loading...
UNIMIG Indonesia: Perbudakan Dialami ABK Indonesia di Kapal Taiwan
Pemerintah diminta untuk memperhatikan nasib para pekerja migran Indonesia (PMI) atau anak buah kapal (ABK) asal Indonesia di kapal berbendera Taiwan. Foto/Ilustrasi/EJFoundation
A A A
JAKARTA - Pemerintah diminta untuk memperhatikan nasib para pekerja migran Indonesia (PMI) atau anak buah kapal (ABK) asal Indonesia di kapal berbendera Taiwan. Pasalnya, kasus dugaan perbudakan yang dialami ABK asal Indonesia di Kapal China Long Xing juga terjadi di Kapal Taiwan.

"Di Taiwan pun ada masalah sejenis seperti kapal China itu. Malah di sini sempat terjadi kasus pembunuhan kapten kapal itu karena dilakukan oleh pekerja dari Indonesia, karena memang tingkat stresnya sudah sangat tinggi sekali," ujar Program Manager Union Migrant (UNIMIG) Indonesia di Taiwan, Yuherina Gusman dalam diskusi Polemik MNC Trijaya bertajuk Perlindungan Pekerja Migran di tengah pandemi, Sabtu (09/05/2020).

Yuherina mengungkapkan umumnya para ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal berbendera Taiwan tidak memiliki tempat tinggal. "Jadi, mereka tinggal di kapal atau di tempat-tempat umum seperti taman, atau kayak saung-saung gitu yang ada di dekat kapal mereka, nah mereka tinggal di sana," jelasnya.

Dia melanjutkan banyak di antara para ABK asal Indonesia itu yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Padahal, kata dia, pekerjaan para ABK itu risikonya tinggi.

"Dan banyak akhirnya kabur dari sana karena gajinya enggak terlalu besar, karena gajinya beda dengan tenaga kerja formal, mereka akan dihitungnya sebagai tenaga kerja informal dan yang mereka dapatkan juga belum tentu sesuai dengan yang dijanjikan," tuturnya. Dia menuturkan umumnya proses perekrutan para ABK asal Indonesia itu terjadi di pelabuhan-pelabuhan di Tanah Air.

"Di bawa ke kapal dan dibawa ke Taiwan dan alhasil gajinya tidak sesuai dengan yang diatur oleh perundang-perundangan. Jadi, kalau memang ke depannya pemerintah serius menanggapi hal ini, saya meminta teman-teman kami yang di Taiwan pun juga tolong diperhatikan, terutama bagian ABK," imbuhnya.

Kendati demikian, dia tidak mengetahui persis jumlah para ABK asal Indonesia di Kapal Taiwan. "Tapi yang pasti ribuan, di atas 10 ribu sepertinya ada, itu yang terdata, yang tidak terdata yang mereka datang langsung dari kapal misalkan pelabuhan Cirebon didatangkan ke Taiwan itu juga banyak dan mereka tidak terdata," pungkasnya.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2301 seconds (0.1#10.140)