Lebih Dekat dengan Suku Asli Australia Lewat NAIDOC Week 2020
loading...
A
A
A
MAKASSAR - NAIDOC Week 2020 kembali digelar Konsulat Jenderal Australia di Makassar dan Rumata’ Artspace. Acara ini merupakan perayaan hubungan historis antara pencari teripang dari Makassar dengan masyarakat Yolŋu di Arnhem Land Australia Utara melalui diskusi webinar dan pameran virtual.
Konsul Jenderal Australia di Makassar, Bronwyn Robbins mengatakan, event ini merupakan kesempatan bagi masyarakat Makassar untuk mengetahui lebih jauh dan lebih dalam tentang hubungan sejarah antara Australia Utara dan Sulawesi Selatan. Setiap tahun, NAIDOC Week dirayakan di seluruh Australia dan di beberapa tempat di belahan dunia untuk menghormati sejarah, budaya, dan prestasi penduduk suku asli Australia.
"Tahun ini, NAIDOC Week 2020 mengangkat tema ‘Always Was, Always Will Be’, sebuah pengakuan dan apresiasi kepada penduduk Aborigin dan penduduk asli Kepulauan Selat Torres yang telah menduduki dan merawat benua Australia selama lebih dari 65.000 tahun,” kata Bronwyn Robbins dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Jumat (6/11/2020).
Dia menyampaikan, webinar bakal membahas sejarah Makassar-Yolŋu sejak tahun 1700-an melalui kuliah umum oleh Peneliti Utama Laureate Global Encounters, Monash Indigenous Studies Center, Professor Lynette Russell AM.
Selain itu akan ada presentasi oleh Dr Lily Yulianti Farid dan Fikri Yathir dari Laureate Global Encounters tentang jejak kehadiran orang Aborigin di Makassar, serta Andi Buyung Saputra dari Aliansi Masyarakat Adat Sulawesi Selatan yang memperkenalkan kehidupan masyarakat adat Kajang.
Kemudian acara tersebut juga akan di isi pameran virtual. Menampilkan karya seni seniman Makassar dan Yolŋu melalui tur virtual Rumata’ Artspace di Makassar dipandu Febri Hasanah dan Buku-Larrŋgay Mulka Art Centre di Yirrkala dipandu oleh Siena Stubbs.
Pameran virtual tersebut bercerita tentang pengaruh sejarah perdagangan dan kerja sama maritim terhadap karya-karya seniman Makassar dan Yolŋu. Setelah tur virtual, akan ada percakapan antar para seniman.
“Perayaan NAIDOC tahun ini sangat istimewa karena kami mengerahkan kreativitas kami semaksimal mungkin untuk menghubungkan Makassar dan masyarakat Yolŋu dengan publik di Indonesia dan Australia secara virtual,” kata Direktur Rumata’ Artspace, Dr Lily Yulianti Farid.
Sekadar informasi, selama tiga tahun terakhir, Konsulat Jenderal Australia di Makassar telah bekerja sama dengan Rumata’ Artspace untuk menggelar NAIDOC Week. Idealnya perayaan NAIDOC Week dilaksanakan secara paralel bersama Makassar International Writers Festival (MIWF).
Namun karena pandemi COVID-19 sehingga dilaksanakan secara virtual. MIWF adalah festival sastra peraih penghargaan International Excellence Award sebagai festival sastra terbaik 2020 dari London Book Fair. MIWF telah menjadi penghubung antara Makassar dan dunia selama sepuluh tahun.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kegiatan Rumata' Artspace, Konsulat Jenderal Australia Makassar dan MIWF silahkan mengunjungi instagram @rumata_artspace @konjenmakassar @makassarwriters. Twitter @RumataArtspace @KonJenMakassar @makassarwriters. Facebook @RumataArtspace @KonJenMakassar @makassarwriters dan website, http://rumata.or.id https://makassar.consulate.gov.au http://makassarwriters.com
Lihat Juga: Australia Nekad Larang Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun, Langkah Positif atau Salah Arah?
Konsul Jenderal Australia di Makassar, Bronwyn Robbins mengatakan, event ini merupakan kesempatan bagi masyarakat Makassar untuk mengetahui lebih jauh dan lebih dalam tentang hubungan sejarah antara Australia Utara dan Sulawesi Selatan. Setiap tahun, NAIDOC Week dirayakan di seluruh Australia dan di beberapa tempat di belahan dunia untuk menghormati sejarah, budaya, dan prestasi penduduk suku asli Australia.
"Tahun ini, NAIDOC Week 2020 mengangkat tema ‘Always Was, Always Will Be’, sebuah pengakuan dan apresiasi kepada penduduk Aborigin dan penduduk asli Kepulauan Selat Torres yang telah menduduki dan merawat benua Australia selama lebih dari 65.000 tahun,” kata Bronwyn Robbins dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Jumat (6/11/2020).
Dia menyampaikan, webinar bakal membahas sejarah Makassar-Yolŋu sejak tahun 1700-an melalui kuliah umum oleh Peneliti Utama Laureate Global Encounters, Monash Indigenous Studies Center, Professor Lynette Russell AM.
Selain itu akan ada presentasi oleh Dr Lily Yulianti Farid dan Fikri Yathir dari Laureate Global Encounters tentang jejak kehadiran orang Aborigin di Makassar, serta Andi Buyung Saputra dari Aliansi Masyarakat Adat Sulawesi Selatan yang memperkenalkan kehidupan masyarakat adat Kajang.
Kemudian acara tersebut juga akan di isi pameran virtual. Menampilkan karya seni seniman Makassar dan Yolŋu melalui tur virtual Rumata’ Artspace di Makassar dipandu Febri Hasanah dan Buku-Larrŋgay Mulka Art Centre di Yirrkala dipandu oleh Siena Stubbs.
Pameran virtual tersebut bercerita tentang pengaruh sejarah perdagangan dan kerja sama maritim terhadap karya-karya seniman Makassar dan Yolŋu. Setelah tur virtual, akan ada percakapan antar para seniman.
“Perayaan NAIDOC tahun ini sangat istimewa karena kami mengerahkan kreativitas kami semaksimal mungkin untuk menghubungkan Makassar dan masyarakat Yolŋu dengan publik di Indonesia dan Australia secara virtual,” kata Direktur Rumata’ Artspace, Dr Lily Yulianti Farid.
Sekadar informasi, selama tiga tahun terakhir, Konsulat Jenderal Australia di Makassar telah bekerja sama dengan Rumata’ Artspace untuk menggelar NAIDOC Week. Idealnya perayaan NAIDOC Week dilaksanakan secara paralel bersama Makassar International Writers Festival (MIWF).
Namun karena pandemi COVID-19 sehingga dilaksanakan secara virtual. MIWF adalah festival sastra peraih penghargaan International Excellence Award sebagai festival sastra terbaik 2020 dari London Book Fair. MIWF telah menjadi penghubung antara Makassar dan dunia selama sepuluh tahun.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kegiatan Rumata' Artspace, Konsulat Jenderal Australia Makassar dan MIWF silahkan mengunjungi instagram @rumata_artspace @konjenmakassar @makassarwriters. Twitter @RumataArtspace @KonJenMakassar @makassarwriters. Facebook @RumataArtspace @KonJenMakassar @makassarwriters dan website, http://rumata.or.id https://makassar.consulate.gov.au http://makassarwriters.com
Lihat Juga: Australia Nekad Larang Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun, Langkah Positif atau Salah Arah?
(luq)