Lahan Terendam Banjir, Petani di Mojokerto Dipastikan Gagal Panen

Senin, 02 November 2020 - 20:37 WIB
loading...
Lahan Terendam Banjir, Petani di Mojokerto Dipastikan Gagal Panen
Banjir merendam empat desa di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Luapan air sungai juga merendam puluhan hektar tanaman padi. Foto/SINDOnews/Tritus Julan.
A A A
MOJOKERTO - Hujan deras yang terjadi sejak Sabtu (31/10/2020) di seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto, menyebabkan sejumlah rumah di empat desa terendam air hingga ketinggian lebih dari 60 sentimeter. Bukan hanya rumah, lahan pertanian pun ikut terimbas yang mengakibatkan petani merugi karena gagal panen.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Teguh Gunarko mengatakan, dari laporan sementara, ada sekitar 20 hektar lahan pertanian yang mengalami gagal panen lantaran banjir. Kondisi terparah dialami petani di Desa Candiharjo, Kecamatan Ngoro. (Baca Juga: banjir-rendam-pasuruan-bnpb-6379-kk-terkena-dampak)

Menurut Teguh, ada tiga kelompok tani yang melaporkan dampak kerugian akibat banjir. ”Ada yang baru tanam dan terpaksa harus menanam kembali bibitnya. Ada yang memasuki usia panen, dan ini jumlahnya banyak, sekitar 12 hektar,” katanya, Senin (02/11/2020).

Dia menegaskan, banjir merendam lahan pertanian lantaran adanya sumbatan pintu air sungai yang mengalir dari kawasan industri. Sehingga, air meluber dan merendam puluhan hektar tanaman padi petani yang siap panen. ”Kita akan terus mengumpulkan data. Nantinya akan kita tindaklanjuti,” tegasnya. (Baca Juga: cuaca-buruk-petani-durian-asal-langkat-gagal-panen)

Sementara untuk perumahan, sebanyak ratusan rumah warga Desa Jasem dan Desa Kembangsri, Kecamatan Ngoro juga terendam. Tercatat ada 40 kepala keluarga yang terkena dampak banjir. Selain itu, banjir luapan air sungai juga merendam puluhan hektare tanaman padi yang sudah berusia tiga bulan. Kemudian di Desa Kertosari, Kecamatan Kutorejo serta Desa Wunut, Kecamatan Mojoanyar. Dari empat desa tersebut, Desa Wunut menjadi yang paling banyak terkena dampak. Setidaknya ada seratusan rumah warga yang terendam air.

“Yang di Mojoanyar penyebab melubernya aliran air ke pemukiman di sebabkan pintu air dam Desa belum dibuka, dan kini air sudah berangsur surut," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, Muhammad Zaini. (Baca Juga: tiga-kecamatan-di-kabupaten-pasuruan-terendam-banjir)

Zaini menuturkan, banjir disebabkan akibat hujan deras yang mengguyur seluruh wilayah Mojokerto, Sabtu malam (31/10/2020) kemarin. Hingga mengakibatkan debit air Avur Sungai Sadar naik cukup signifikan. Imbasnya luberan air membuat rumah warga dan jalan penghubung antar desa tergenang air. Padahal, Sungai Sadar di Mojokerto sudah seringkali dinormalisasi oleh Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS) Provinsi Jawa Timur. Akan tetapi, tingginya intensitas hujan di pengunjung Oktober kemarin, membuat air Sungai Sadar kembali meluap. (Baca Juga: banjir-robohkan-jembatan-di-lima-puluh-kota-petani-gagal-panen)

“Dari hasil kajian anggota di lapangan, memang kapasitas sungai tidak mampu menampung debit air kemudian adanya pendangkalan. Morfologi sungai berkelok-kelok, kondisi DAS di hulu kritis. Ditambah, debit dari anak-anak sungai, avour, saluran drainase perumahan, tersumbat sampah," imbuhnya.

Pihaknya pun mengimbau agar masyarakat terus meningkatkan kesadaran untuk tidak membuang sampah di sungai. Sebab apa, ketika musim penghujan seperti ini, banyak sekali ditemukan sampah baik rumah tangga atau sampah berasal dari hutan yang menyumbat aliran sungai.
(nic)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.0972 seconds (0.1#10.140)