BMI Bantah Tudingan Tangkap Pendemo saat Aksi di Depan UMI

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 22:06 WIB
loading...
BMI Bantah Tudingan Tangkap Pendemo saat Aksi di Depan UMI
Lokasi kejadian saat terjadi pembubaran aksi unjuk rasa yang diduga dilakukan organisasi masyarakat BMI, Jumat (16/10/2020). Foto: Tangkapan layar
A A A
MAKASSAR - Sejumlah video pembubaran rencana aksi demonstrasi mahasiswa menjadi perbincangan warganet setelah diunggah akun twitter @AnugrahBadai. Pelaku pembubaran diduga dilakukan organisasi masyarakat Brigade Muslim Indonesia (BMI).

Tampak lokasi pembubaran rencana aksi demonstrasi dalam video itu terjadi di depan Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) , Jalan Urip Sumoharjo, Kecamatan Panakkukang. Tepatnya di sebuah halte bus.

"Alerta. Dua kawan kami diculik Ormas. Sebelum aksi kamisan depan kampus UMI, massa aksi dibubarkan Ormas. Mari bersolidaritas," tulis akun twitter @AnugrahBadai pada Kamis 15 Oktober 2020.



Salah satu video menunjukan seorang aktivis dipaksa naik ke sepeda motor berwarna putih yang dibawa pria berbadan tambun. Beberapa pria yang memaksa aktivis berbaju hitam itu berteriak ”Naik moko. Polisi itu, jangan moko takut,” begitu ucapan orang diduga ormas BMI di dalam video.

Sementara seorang aktivis lain sudah lebih dulu duduk di atas motor matic. “Jalan moko. Awas jangan ada yang memukul,” ucap pria lainnya di video itu.

Informasi yang diterima SINDOnews dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, dua aktivis tersebut bernama Farhan Nazer Ahmad dan Muh Azrian Islan Hehanusa. Mereka merupakan aktivis dari Aliansi Pro Demokrasi yang termasukdalam gabungan mahasiwa Makassar yang hendak melakukan aksi kamisan santuy dengan mengangkat isu HAM dan Demokrasi Direpresi, Cabut Omnibus Law .

"Tapi belum sempat melakukan aksi. Massa aliansi pro demokrasi sudah mendapatkan perlakuan represif dari beberapa ormas yang diidentifikasi sudah sering melakukan hal demikian sampai melakukan pembubaran aksi mahasiswa ketika mengangkat isu-isu demokrasi dan HAM di Kota Makassar," kata Wakil Direktur LBH Makassar, Abdul Azis Dumpa, Jumat (16/10/2020).

Dijelaskan Azis, ormas BMI menuding massa aksi bagian dari kelompok anarko dan diduga terlibat dalam aksi unjuk rasa Omnibus Law yang berujung pengrusakan di sekitar kantor Gubernur Sulsel. "Mereka dipukul, ditendang. Bahkan beberapa orang mengaku sebagai intel dan mengkap dua orang aktivis," ungkap dia.

Padahal menurut Azis penyampaian pendapat di depan umum merupakan hak setiap warga negara dan telah dijamin undang-undang.



"Maka jelas tindakan terhadap massa aliansi pro demokrasi telah melanggar aturan yang ada dan itu merupakan tindak pidana karena bukan bagian dari kewenangan mereka," tegasnya.

Olehnya itu, LBH Makassar lanjut Azis mengecam tindakan represif dan pembubaran aksi yang dilakukan ormas BMI, "Kami minta polisi mengusut dugaan tindak kekerasan tersebut dan membebaskan dua orang yang diamankan ormas itu. Mereka ada di Polrestabes Makassar sekarang," tukas dia.

Terpisah Ketua BMI, Zulkifli membenarkan keterlibatan pihaknya dalam insiden pembubaran rencana aksi demonstrasi di depan kampus UMI Makassar . Zulkiflimenyebukan, dua aktivis yang kini berada di Mapolrestabes Makassar sudah sering berbuat ulah.

Farhan alias Atu dan Azrian Islan alias Iyan menurut Zulkifili sering menyuarakan aksi mendukung gerakan Papua Merdeka dan diduga terlibat dalam kelompok anarko yang disinyalir kerap membuat keributan di setiap demonstasi di Makassar.

Terlebih, kata dia pihaknya mendapatkan beberapa foto aksi vandalisme yang menggambarkan simbol Papua merdeka di seputaran jembatan layang atau fly over. Selain dua orang aktivis tersebut, ada lagi satu orang bernama Marco Pahabol yang berasal dari Aliansi Mahasiswa Papua.

"Kemarin itu, mereka teridentifikasiakan melakukan aksi di sekitar kampus. Kami berada ada di sana monitoring. Kami datang suruh mereka pulang, tapi masih bersikeras. Dari pada ramai, saya panggil polisi dua orang dari Polrestabes. Jadi bukan kami yang tangkap, tidak benar itu," ungkapnya.



Terkait video yang beredar, mempertontonkan aksi kekerasan fisik, lanjut dia bukan dari pihaknya, melainkan korban dari aksi unjuk rasa di anarkis di depan kantor Gubernur Sulsel pada Kamis 8 Oktober 2020 lalu, bernama Riyan.

"Pak Riyan ini datang karena lihat ada ramai-ramai. Nah itu Atu lari. Riyan itu yang baju kuning yang patah tangannya waktu kejadian pembakaran videotron depan kantor gubernur. Ternyata Riyan ini kenal mukanya itu Atu makanya lari. Artinya diduga memang itu Atu terlibat atau mengetahui kejadian itu. Makanya saya panggil polisi," Jelas Zulkifli.

Zulkifli mengatakan Atu saat ditanya pihaknya masih mengaku sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi UMI . "Padahal informasinya dia sudah drop out. Saya tanya aksinya ini apa dia bilang aksi HAM. Papua merdeka jugakan HAM, kalau aksi Omnibus Law kami persilahkan, malah kami kawal," ungkapnya.
(luq)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3436 seconds (0.1#10.140)